Welcome

News Industri Indonesia

Selasa, 29 November 2011

PLN, ITB dan ITS Kerjasama 'Jiplak' Komponen PLTU

Jakarta, PT PLN (Persero) bekerjasama mengembangkan rekayasa balik atau reverse engineering untuk 'menjiplak' komponen PLTU dengan ITB dan ITS. Hal ini dilakukan agar Indonesia tak terus bergantung dengan komponen impor dalam setiap pembangunan proyek PLTU.

"Reverse engineering kita punya barang, kita tiru kita jiplak kita bongkar lalu dibuat sendiri yang punya barang tidak tahu. Misalnya kompa kita lihat bagaimana kompanya. Lalu kita buat kompa yang sama dengan fungsi yang sama, kita kerjasama dengan ITS dan ITB," kata Direktur Utama PLN Nur Pamudji di acara MoU antara PLN dengan ITB dan ITS tentang pendidikan dan penelitian ketenagalistrikan di kantor pusat PLN, Jakarta, Kamis (24/11/2011)

Ia mengatakan komponen-komponen yang akan dijiplak itu adalah di komponen yang bisa membuat PLTU itu berfungsi. Menurutnya di PLTU ada komponen utama yaitu boiler dan generator, nantinya yang akan dijiplak adalah komponen pompa dan pipa.

"Rencananya akan segera dimulai kita akan kerjasama identifikasi untuk pembagiannya misalnya ITS di mana, ITB di mana," katanya.

Menurutnya hal yang paling penting dari kerjasama ini adalah soal penguasaan teknologi bagi Indonesia di bidang ketenagalistrikan. Nantinya secara langsung akan mengurangi ketergantungan impor.

"Jadi suatu saat ini kalau bangun PLTU lagi sudah produksi dalam negeri," katanya.

Pamudji juga mengatakan selain kerjasama reverse engineering dimungkinkan kerjasama lainnya seperti pekerjaan redesain, remanufacturing dan lain-lain.

"Sebelumnya dengan ITB dan ITS ada kerjasama transportasi batubara, ITB evaluasi sumur gas dan kerjasama bidang pendidikan. Penandantangan ini kelanjutan dari keerjasama yang telah dibina bersama khususnya dengan ITB sejak 2005 dan ITS tahun 2009 dibidang peneltian dan pengembangan ketenagalistrikan," katanya.

Manager Komunikasi Korporat PT PLN (Persero) Bambang Dwiyanto menambahkan langkah reverse engineering ini tidak akan melanggar hak cipta dari pemilik merek atau lainnya.

"Nggak, nggak tidak ada pelanggaran hak cipta, kita tahu kalau pelanggaan hak cipta ada hukuman 4 tahun, itu sudah menjadi pertimbangan," katanya.

Sumber : Detik Finance

Kamis, 24 November 2011

'Ekonomi domestik harus lebih dioptimalkan'

JAKARTA, Meski faktor eksternal global tengah dipenuhi ketidakstabilan, optimalisasi potensi ekonomi domestik dan pemerataan pembangunan dinilai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi kuantitas dan kualitas.
 
Bambang P.S. Brodjonegoro, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, menuturkan faktor nonekonomi juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan. Namun, ukuran ekonomi Indonesia yang besar, serta daya beli domestik yang terus naik, bisa menopang ekonomi nasional.
 
"Tapi kita belum sampai tingkat optimal dalam memanfaatkan potensi ekonomi domestik, akibatnya meski pertumbuhan ekonomi naik, IPM [Indeks Pembangunan Manusia] turun, peringkat doing bussines juga turun. Ini tidak masuk akal," tuturnya. 
 
Untuk itu, lanjut Bambang, pemerintah melalui MP3EI berupaya meningkatkan investasi infrastruktur yang disadari dapat memberikan dampak ekonomi yang sangat besar di mana pembangunan berlangsung. 
 
Di lain pihak, pemerintah tengah berupa membereskan kebijakan  yang menghambat pembangunan, a.l. UU Pengadaan Lahan untuk Kepentingan Umum, dan Perpres No.54/2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang mengatur soal proses tender proyek-proyek pemerintah.
 
"Tema penting ekonomi Indonesia itu salah satunya pembangunan infrastuktur karena ini menyumbang pertumbuhan dan multiply effect nya besar untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan, sehingga kelas ekonomi Indonesia bisa meningkat dari middle low income country menjadi middle income country," papar Bambang.

Sumber : Bisnis

Rabu, 23 November 2011

Teknologi industri harus diprioritaskan

Thee Kian we
JAKARTA: Indonesia jangan terjebak kutukan negara kaya sumber daya (resources curse), tetapi harus memprioritaskan pengembangan teknologi industri guna menghasilkan barang jadi bernilai tambah lebih.

Ekonom senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Thee Kian Wie menyampaikan pelaku industri sebaiknya tidak terlena hanya mengekspor hasil kekayaan barang mentah. Untuk membangun daya saing, menurut dia, kelompok industri harus meningkatkan kemampuan teknologi.

“Teknologi industri untuk mengolah SDA ke barang jadi adalah hal paling utama untuk mencapai kemajuan pertumbuhan ekonomi,” ujar Thee di Jakarta, hari ini.

Dia menjelaskan pencapaian petumbuhan ekonomi saat ini berpusat pada kemajuan di bidang industri. Untuk itu, pemerintah perlu fokus terhadap prospek industri dalam negeri.

Dia menguraikan, terdapat tiga hal yang menjadi tolak ukur keberhasilan kinerja industri, yaitu quality atau kualitas yang baik, cost atau pembiayaan yang rendah, dan delivery atau pengiriman yang tepat waktu.

“Kalau dilihat pengiriman di pelabuhan kita bisa dua minggu baru sampai, cost pun jadi besar. Ini sangat menghambat,” terangnya.

Menurut Thee, upaya yang perlu dilakukan untuk memenuhi tiga hal tersebut yakni dengan menambah kembali insentif.

Pemerintah perlu memaksimalkan anggaran untuk perbaikan prasarana fisik dan infrastruktur untuk mendukung kinerja industri.

“Pembangunan infrastruktur tentu dari anggaran dan PPP [Public-Private Partnership],” ucapnya.

Untuk menarik minat swasta membantu pembangunan infrastruktur, Thee mengatakan pemerintah tentu perlu mempermudah sistem perizinan yang hingga kini masih sangat rumit.

Kondisi iklim usaha yang baik, sambungnya, akan menarik investasi yang besar dari luar negeri.

“Laporan Bank Dunia, akses kemudahan melakukan bisnis di Indonesia itu buruk. Kita nomor 124, sedangkan Singapura nomor satu. Ini fakta kongkrit,” tegasnya.

Dia menuturkan pemerintah harus kembali memiliki inovasi sistem seperti pembenahan industri yang terjadi pada zaman orde baru. Saat itu, ia bercerita muncul dua sistem yang mendukung perkembangan industri.

Sistem tersebut antara lain, deregulasi yang merupakan penghapusan berbagai peraturan pemerintah yang menghambat kegiatan swasta.

Kedua, dilakukan pembaruan kebijakan niaga atau trade reform yang memudahkan transaksi regional.

“Dengan adanya deregulasi dan trade reform penghasilan devisa dari sektor industry melesat tajam, dari Cuma 5% pada 1980-an, menjadi di atas 50% pada 1993 dengan perkembangan manufaktur mencapai dua digit,” jelasnya.

Senada dengan Thee, ekonom senior Bank Dunia untuk Indonesia Sjamsu Rahardja mengimbau pemerintah untuk melakukan reformasi kebijakan di tingkat regional dan kepastian pembangunan infrastruktur.

“Domestic market dan demand kita sedang bagus. Kita harus melakukan paket reformasi seperti perizinan di tingkat regional,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga harus melakukan reformasi di bidang kekayaan intelektual, kepastian regulasi, dan kebijakan persaingan industri untuk meningkatkan kepercayaan investasi. Hal ini perlu diupayakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Sumber : Bisnis

SBY: Proteksi diprioritaskan bagi industri muda

Susilo Bambang Yudhoyono
JAKARTA, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono cenderung lebih  memprioritaskan proteksi bagi industri baru berkembang, dengan lebih dulu mempertimbangkan sejumlah aspek dan implikasi ekonominya.

Kepala Negara mengatakan dalam mengambil kebijakan untuk  melakukan proteksi tersebut pemerintah harus mempertimbangkan implikasi ekonominya.

“Pandangan saya melindungi satu sampai dua industri yang masih berkembang tidak berarti kita mensahkan kebijakan proteksionisme. Dalam hal ini, apabila ambil keputusan [itu], kita harus pertimbangkan semua aspek,” kata Presiden seusai mendengarkan kuliah Ha-Joon Chang, profesor bidang ekonomi dari Universitas Cambridge, Inggris, hari ini di Istana Negara.

Presiden menegaskan tujuan untuk melindungi industri muda atau baru berkembang agar mereka dapat bersaing di pasar dan industri lain.

Sikap pemerintah tersebut sekaligus menciptakan kondisi yang adil bagi semua pihak. Sebaliknya, perusahaan yang berskala kecil dan baru berkembang harus bertekad agar bisa bersaing, ujar Kepala Negara.

Menurut Yudhoyono, pemerintah dalam mengambil langkah kebijakan melakukan proteksi terhadap industri tetap harus mempertimbangkan implikasi ekonominya, dan melakukan evaluasi dampak dari keputusan itu.

“Bila yakin negara ini akan diuntungkan dengan strategi tersebut, yaitu keputusan yang kita ambil dalam melindungi industri muda, maka kita akan menjalankan kebijakan itu. Kita miliki target jangka panjang untuk kepentingan negara dan rakyat,” kata Presiden.

Pemerintah, jelasnya, akan memberikan peranan bagi BUMN dalam upaya mengembangkan ekonomi, dengan cara menciptakan badan usaha yang sehat dan memiliki produktivitas tinggi.

Presiden mengemukakan saat ini dibutuhkan penciptaan sektor ekonomi dengan memanfaatkan peluang yang ada, termasuk di sektor pertanian, industri pertambangan dan industri pelayanan, agar mencapai produktivitas yang tinggi serta memiliki kemampuan bersaing yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan teknologi dan inovasi, ujarnya.

Yudhoyono berpandangan Indonesia harus mampu menentukan dan meletakkan target pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah harus bertekad memilih cara sendiri.

Dia mengatakan  Indonesia tidak bisa hanya mencontoh langkah yang digunakan oleh negara lain, termasuk negara yang telah maju.

“Kita tidak bisa impor dan sahkan model asing, karena kita ingat tiap kemeja beda ukuran dengan tiap orang,” katanya.

Terbukti Indonesia mampu melewati tantangan krisis ekonomi global yang terjadi pada 2008, dengan melakukan sejumlah regulasi dan menciptakan mekanisme pasar yang efektif sehingga menjadikan ekonomi efisien.

Untuk itu, lanjutnya, juga diperlukan peranan Indonesia untuk menjamin tercapainya suatu ekonomi global yang diharapkan.

Sumber : Bisnis

Chang: RI harus kembangkan industri baru

Prof Ha-Joon Chang
JAKARTA, Profesor bidang ekonomi dari Universitas Cambridge, Inggris, Ha-Joon Chang, menilai untuk menjadikan Indonesia sebagai negara emerging economy, pemerintah mesti meningkatkan mutu  industri tertentu serta melakukan pengembangan manufaktur yang baru. Chang yang menjadi konsultan badan keuangan dunia seperti World Bank dan Asian Development Bank juga menilai agar kebijakan Indonesia tidak menyerap sepenuhnya pada paham pasar bebas, karena dinilai pemerintah tetap harus melakukan perlindungan serta memberikan peranan aktif bagi BUMN yang ada.

“Jika ingin [menjadi negara] emerging economy dan negara ekonomi maju, [Indonesia mesti melakukan] upgrading industri tertentu dan perlu pengembangan industri baru,” kata Ha-Joon Chang saat memberikan kuliah kepresidenan di Istana Negara hari ini.

Dalam kuliah tersebut hadir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, serta sejumlah jajaran menteri Kabinet Indonesia Bersatu II serta pejabat tinggi lainnya.

Menurutnya, Indonesia perlu membangun industri yang memiliki produktivitas tinggi untuk menggantikan industri dengan produktivitas yang rendah, meski diakui potensi sumber daya alam di dalam negeri cukup besar.

Memang, tambahnya, ada beberapa negara yang memiliki sumber daya alam khususnya minyak bisa menjadi negara kaya seperti Brunei Darussalam dan Saudi Arabia, begitu juga dengan Australia. Namun tidak semua negara seberuntung negara tersebut, meski punya potensi alamnya besar.

“Intinya Indonesia perlu membangun industri dengan produtivitas tinggi untuk menggantikan industri dengan produktivitas rendah,” katanya.

Chang juga mengharapkan pemerintah Indonesia juga tidak sungkan untuk masuk dalam industri teknologi tinggi seperti halnya pabrikan yang membuat mobil serta kapal terbang seperti yang sudah ada sekarang ini.

Dia mengatakan Indonesia mesti bisa melawan kekuatan pasar untuk membangun ekonomi dari industri berteknologi tinggi tersebut, seperti halnya yang dilakukan pabrikan telepon genggam Nokia di Finlandia.

“Di bidang industri otomotif dan penerbangan, Indonesia  telah berusaha mengembangkan industri produktivitas tinggi yang tidak alami, tapi [memang pernah punya] pengalaman tidak mengenakkan. Lawan kekuatan pasar untuk membangun ekonomi, khususnya bidang high tech, agar Indonesia tidak menyerah atau mengabaikan industri produktivitas tinggi,” katanya.

Pria yang lahir tahun 1963 tersebut juga menilai untuk sektor pertanian, Indonesia mesti melengkapinya dengan teknologi tinggi. Belanda dan Denmark bisa dijadikan contoh, negara yang luas tanahnya terbatas tapi mampu menjadi negara ekportir pertanian tertinggi di dunia dalam segi nilai.

Belanda yang lahannya tidak luas menggunakan cocok tanam berteknologi seperti hidroponik, menggunakan rumah kaca, serta menggunakan bahan kimia berkualitas tinggi dengan membangun perusahaan kimia paling canggih di seluruh dunia

Sektor pertanian, tambahnya, juga membutuhkan gudang yang mencukupi. Dari laporan Bank Dunia dijelaskan pasokan buah dan sayur berkurang karena tidak adanya fasilitas pergudangan yang baik.

Menurutnya, untuk memajukan pertanian, juga memerlukan dukungan kelembagaan serta koperasi pertanian yang diberikan peranan seperti halnya dilakukan Belanda, Jepang, dan Korea Selatan.

Di samping itu Chang juga menilai agar kebijakan pemerintah Indonesia tidak hanya didasarkan pada paham pasar bebas, karena dinilai pemerintah tetap harus melakukan perlindungan serta memberikan peranan aktif bagi BUMN yang ada.

Berdasarkan kenyataan yang ada ketika perekonomian pasar bebas memberikan respons untuk berusaha menggagalkan dampak negarif karena ada proteksionisme atau pembatasan, justru negara maju melakukannya.

Sementara itu, ada negara dengan sumber daya alam hasil produksi di negaranya yang terbatas serta pasar internal yang juga tidak luas, mampu tumbuh pesat indutrinya karena ada proteksi di negaranya.

“Industri masih membutuhkan perlindungan, supaya bisa memproduksi dengan biaya rendah,” katanya.

Sumber : Bisnis

Wirausaha pemula butuh pendampingan

Wirausaha Muda Indonesia
JAKARTA, Percepatan lahirnya wirausaha pemula membutuhkan pendampingan dari inkubator bisnis  sehingga mahasiswa tidak hanya menjadi spesialis pembuat proposal bisnis tetapi benar-benar mampu mewujudkan ide wirausahanya.
“Kehadiran inkubator bisnis sekarang ini saat dibutuhkan terutama untuk membantu program pengembangan wirausaha  yang berada di kampus-kampus perguruan tinggi,” kata Dondi Hananto, pendiri Kinara Inkubator Bisnis, hari ini.

Menurut dia, gerakan wirausaha  yang diawali oleh Ciputra kini telah menjadi gerakan nasional yang melahirkan banyak pelatihan entrepreneurship dan kompetisi business plan yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan kalangan swasta.

Untuk berkontribusi pada gerakan nasional yang telah dicanangkan pemerintah, kalangan praktisi seperti  inkubator bisnis yang dimilikinya melakukan pendampingan mulai dari membantu para mahasiswa untuk memperjelas ide-ide bisnis yang dimilikinya hingga akhirnya benar-benar dapat diwujudkan menjadi usaha yang mampu berkembang  dari skala kecil hingga menjadi skala besar.

“Seperti halnya di rumah sakit, bayi-bayi yang baru lahir dengan kondisi yang tidak sehat akan distabilkan dengan masuk inkubator. Di dunia bisnis, para pemula (startup) bisa memilih masuk inkubator sehingga mereka dapat melakukan pembelajaran sekaligus praktek bisnis (learning by doing),” kata Dondi.

Kesulitan dari para mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan entrepreneurship di kampus-kampus untuk memulai bisnis startupnya adalah modal. Problem  ini pula yang dihadapi para pelaku UKM pada umumnya  untuk bisa mewujudkan gagasan-gagasan ide bisnis mereka.
Oleh karena itulah peranan para pengelola incubator bisnis dibutuhkan untuk memfasilitasi kebutuhan mereka.

Menurut Dondi, para startup (pemula) kesulitan meminjam uang di bank dan jika memperoleh pinjaman kreditpun sebulan setelah dana cair sudah ada kewajiban mencicil pinjaman, sementara bisnisnya sendiri masih belum berjalan.

“Inkubator bisnis dibutuhkan terutama oleh mahasiswa yang membangun startup dengan memanfaatkan dana hibah Kemendiknas. Pasalnya kebanyakan usaha mahasiswa itu tidak mampu bertahan lama sehingga dalam setahun sudah berguguran. Dengan pendampingan di incubator bisnis maka mereka dapat mempertahankan usahanya,” kata Dondi.

Dia mengaku rajin hadir di acara kompetisi busisness plan dan kegiatan seperti Startup Weekend Indonesia yang baru pertama kali digelar akhir pekan lalu. “Kami sangat menghargai ide-ide bisnis yang lahir dari kegiatan-kegiatan itu. Kalau peserta  proposal bisnisnya tidak menang tapi dapat diwujudkan menjadi bisnis yang menguntungkan maka kami  langsung memfasilitasi mereka untuk pengembangan perencanaan bisnisnya,” tandasnya.

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dalam pengembangan entrepreneurship ini muncul lembaga-lembaga seperti YCombinator Company yang memberikan solusi pendanaan dengan dana sedikit tapi memberikan pendampingan dan koneksi yang luas sehingga seseorang yang ingin memulai usahanya bisa lebih focus dalam ide, pemasalahan dan solusi-solusi bisnis serta cara masuk ke pasar.

“Di Indonesia YCombinator Company itu seperti  inkubator bisnis yang kami tekuni dan kami yakini akan memberikan akselarasi pada upaya mencetak sarjana pencipta lapangan kerja bukan pencari kerja," ujarnya.

Sumber : Bisnis

Selasa, 22 November 2011

Mau Jadi Negara Maju, Alihkan Subsidi BBM ke Pendidikan

German Student
Jakarta - Bank Dunia menilai pemerintah Indonesia belum cerdas untuk menggunakan anggaran. Seharusnya subsidi BBM bisa ditekan dan digunakan untuk peningkatan pendidikan di Indonesia.

Padahal untuk menjadi negara maju dengan pertumbuhan lebih cepat, kuncinya ada di pendidikan.

"Pada regulasi, 20% anggaran untuk pendidikan. Ini sudah cukup besar, tapi perlu ada perbaikan penggunaan. Indonesia tinggi di tingkat dasar, perlu memperbaiki tingkat menengah dan pendidikan tinggi," papar Ekonom Senior Bank Dunia Enrique Blanco Armas di kantornya, Gedung BEI, Jakarta, Selasa (22/11/2011).

Menurut Enrique, engan memaksimalkan perubahan sistem subsidi ini maka ada surplus anggaran yang bisa dimanfaatkan untuk pendidikan.

"Untuk menjadi negara maju, harus lebih memanfaatkan pendidikan supaya pertumbuhan bisa lebih cepat," imbuhnya.

Perlu ada transformasi terkait subsidi, agar dapat meningkatkan anggaran bantuan sosial seperti pendidikan dan kesehatan, serta infrastruktur.

"Memang sudah ada pembicaraan menaikkan harga, tapi belum ada reformasi kebijakan bahan kabar," ucap Enrique.

Pemerintah harus berani merumuskan kebijakan baru, seperti menaikan harga BBM subsidi. Opsi lain adalah mengeluarkan kebijakan larangan kuantitatif. Seperti pembatasan jenis kendaraan yang boleh dan tidak menikmati BBM subsidi, atau opsi pembatasan alokasi BBM subsidi secara geografis.

"Contoh, menaikkan harga, kedua, larangan kuantitatif tentu secara administrasi sangat rumit dan kompleks,atau menurut area geografis. Tentu beberapa pilihan ini ada untung dan rugi. Sedang dibicarakan pemerintah," paparnya.

Saat kebijakan bahan bakar tepat, ada potensi penghematan anggaran negara dan dimanfaatkan untuk pos-pos lain. "Ada biaya oportunitas untuk subsidi ke barang lain, infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. Ini yang harus diperhatikan," tegas Enrique.

"Memang sudah ada pembicaraan menaikkan harga, tapi belum ada reformasi kebijakan bahan kabar. Transformasi subsidi bahan bakar! Sisa subsidi untuk meningkatkan bantuan sosial," pungkasnya.

Sumber : Detik Finance

Minggu, 13 November 2011

Desak insentif nyata untuk padat karya

JAKARTA, Pemerintah harus memberikan insentif kepada investasi yang bersifat padat karya demi mempercepat pengurangan pengangguran dan pengentasan kemiskinan.
Insentif ini penting agar penanaman modal asing (PMA) lebih terpacu untuk masuk ke sektor yang mempunyai dampak pengganda bagi perekonomian, tak melulu masuk lewat portofolio surat berharga.
Chief Economist Bank Internasional Indonesia (BII) Juniman mengatakan, pemerintah memang sudah mempunyai instrumen tax holiday sebagai insentif investasi. Hanya saja, instrumen itu hanya menyasar industri pionir, tidak langsung menyasar ke industri yang bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak.
"Pemerintah juga semestinya mendorong realisasi pembentukan kluster-kluster industri yang sebenarnya sudah dicanangkan, seperti otomotif, industri perkebunan, dan sebagainya. Dalam hal ini, infrastruktur terpadu di kluster itu harus dibangun serius," ujar Juniman saat dihubungi, Sabtu (12/11/2011).

Sumber : Kabar Bisnis

Sabtu, 12 November 2011

BUMN Emirat Arab Garap Smelter Alumunium di Kalbar

Jakarta - BUMN asal Uni Emirat Arab Mubadala Development Company mengajukan proposal investasi ke pemerintah Indonesia. Mereka tertarik membangun pabrik olahan (smelter) bauksit menjadi alumina.

Hal ini disampaikan oleh Dirjen Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto di sela-sela acara pameran P3DN di Jakarta, Jumat (11/11/2011)

"Mereka mau memperluas tahap dua, tahap satunya sudah di Emirat Arab, tahap dua ini ia merencanakan kapasitas 300.000 ton aluminum ingot ton per tahun untuk alumunium ingot, dia menjajaki dengan Indonesia untuk mengolah bauksit menjadi alumina," kata Panggah.

Ia menjelaskan selama ini bahan baku 1,5 juta ton bauksit bisa diolah menjadi 700.000 ton alumina. Setelah proses pemurnian lagi akan dihasilkan sekitar 350.000 ton menjadi alumunium ingot. Selama ini mereka mendapatkan alumunium ingot dari Australia.

"Jadi lebih baik mengolah bauksit di kalimantan, nanti si Mubadala membangun pabrik pengolahan alumina masih di Kalimantan Barat. Nanti 700.000 itu diolah bisa dari Antam ini masih penjajakan. Untuk nilai investasi smelter ya nyampe sampai US$ 500 juta" katanya.

Menurut Panggah pada akhir November 2011, pihak Mubadala akan ke Indonesia untuk mendalami rencana mereka. Mereka juga berpotensi menjajaki kerjasama soal hasil produksi dengan Inalum.

"Pembanguan smelter itu intinya energi murah tidak semua tempat seperti itu, seperti Asahan apakah bisa ditingkatkan, belum tahu. Kalau memang nggak ada mereka bangun pabrik sendiri. Hasilnya ada 350.000 alumunim ingot, yang akan dibagi dua, separuh lagi ke Mubadala separuh lagi dujual ke Inalum," katanya.

Sumber : Detik Finance

Kamis, 10 November 2011

JK: semangat tentukan negara maju atau berkembang

Jusuf Kalla
Surabaya - Mantan Wapres Jusuf Kalla menegaskan bahwa semangat untuk maju bisa menentukan suatu negara akan maju atau berkembang.

"Ada yang mengatakan negara akan maju karena sumber daya alam yang besar, sejarah yang panjang, atau penduduk yang besar, tapi ternyata ekonomi yang menentukan," katanya di Surabaya, Rabu.

Ia mengemukakan hal itu saat berbicara dalam seminar kewirausahaan bertajuk "Menantang Dunia dengan Wirausaha Menuju Indonesia Mandiri" yang digelar Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan (PPKK) Unair bekerja sama dengan PT Semen Gresik (SG) dalam rangka Dies Natalis ke-57 Unair.

Menurut Ketua Umum PMI itu, Jepang dan Korea adalah negara dengan sumber daya alam terbatas, Belanda adalah negara berpenduduk hanya delapan juta, dan China adalah negara berpenduduk besar.

"Semuanya bisa maju, termasuk China, karena ekonomi mereka juga maju dan kemajuan ekonomi itu ditentukan semangat untuk maju," katanya dalam seminar yang juga menampilkan Dirut PT Semen Gresik, DR Ir Dwi Soetjipto.

Ia menambahkan bila ekonomi maju, maka negara, militer, dan sebagainya juga akan maju, karena itu wirausaha itulah yang menentukan kemajuan suatu bangsa.

"Apalagi untuk menjadi PNS sekarang sudah tertutup, kecuali di bidang kesehatan, pendidikan, dan pertanian, karena itu menjadi wirausaha itulah solusinya," katanya.

Untuk menjadi wirausaha yang menang dalam persaingan, pengusaha nasional itu menyebut tiga kunci yakni memproduksi sesuai yang lebih baik/enak, lebih murah, dan lebih cepat.

Sementara itu, Dirut PT Semen Gresik DR Ir Dwi Soetjipto mengatakan sumber daya alam Indonesia memang besar, tapi semuanya masih "mentah" sehingga tidak berdampak pada kemajuan, karena tidak ada nilai tambah.

"Karena itu, sumber daya manusia harus melakukan pergeseran dengan bukan menikmati bahan mentah dari alam, namun memberinya nilai tambah. Kalau kita menjual gas, misalnya, akan bernilai satu, tapi kalau menjual pupuk akan bernilai lima, karena ada nilai tambah di dalamnya," katanya.

Namun, katanya, mereka yang meningkatkan nilai tambah dengan menjadi wirausaha harus bersemangat, inovatif, berani, konsisten pada target bersama, dan mengesampingkan intervensi politis.

"Kalau kita bersemangat dan bekerja keras dalam rel yang benar, tentu akan didukung, apalagi bila kita senantiasa melakukan sinergi melalui pendekatan keinginan karyawan dan melakukan perencanaan bersama," katanya.


Sumber : Antara News

Rabu, 09 November 2011

Ningxia Hengshun bangun smelter nikel US$ 7 miliar

Smelter Nikel
JAKARTA - Industri pengolahan (smelter) bijih nikel bakal kedatangan pemain baru. Itu adalah Ningxia Hengshun Smelter Group, perusahaan asal China yang akan membangun smelter nikel di Indonesia dengan dana investasi US$ 7 miliar. Pemain baru ini bakal meningkatkan produksi dan ekspor produk olahan biji nikel pada periode mendatang.
Himawan Hariyoga, Deputi Bidang Promosi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan, manajemen Nigxia Hengshun sudah menyampaikan rencana investasi itu. Perusahaan asal China itu akan membangun pabrik pengolahan nikel berkapasitas hingga 100.000 ton per tahun.
"Manajemennya sudah menyatakan minatnya, tinggal kita follow up," jelas Himawan, di sela-sela acara The 8th ASEAN Finance Ministers\' Investor Seminar di Jakarta, Selasa (8/11).
Hanya saja, perusahaan tersebut belum mendapatkan lokasi yang tepat. "Dari BKPM inginagar lokasi pabrik baru sesuai Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)," tambah Himawan. Berdasarkan MP3EI, lokasi industri pertambangan terdapat di Kalimantan dan Sulawesi.
Rencananya, perusahaan itu akan masuk ke Indonesia pada tahun ini. Namun, hal itu baru langkah awal saja. "Nantinya, prosesnya masih panjang, butuh penjajakan dan berbagai perizinan," ungkap Himawan.
Namun, BKPM siap memfasilitasi proses perizinan perusahaan tersebut. "Kami siap memfasilitasi, agar mendorong industri smelter di Indonesia," jelas Himawan.
Asal tahu saja, Ningxia Hengshung merupakan perusahaan pertambangan terbesar di China yang bergerak di bidang peleburan besi-nikel, bijih nikel, ferosilikon, paduan silikon mangan, batubara, hingga konstruksi jalan dan jembatan. Per Maret 2011, total aset perusahaan sebesar RMB 5,3 miliar.
Sebelumnya,Eramet Group dari Prancis juga berencana akan membangun smelter nikel di Halmahera, Maluku Utara pada tahun 2012. Total investasinya US$ 6 miliar.

Sumber : Kontan

Tahun ini, ekspor produk industri bisa mencapai US$ 121,66 miliar

JAKARTA Ekspor produk industri sepanjang tahun ini diperkirakan akan mencapai US$ 121,66 miliar atau naik sekitar 24% dari realisasi tahun lalu. Angka itu mengacu pada realisasi ekspor hingga bulan Agustus 2011 yang sudah mencapai US$ 80 miliar.

Dirjen Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahajana mengatakan, perkiraan nilai ekspor itu juga mengacu pada target total ekspor migas dan non migas Indonesia yang mencapai US$ 200 miliar tahun ini. "Bisa lebih tinggi lagi kalau pertumbuhan ekspor setelah Agustus lebih cepat," kata Agus, Senin (7/11).

Menurutnya, optimisme peningkatan kinerja ekspor produk industri tahun ini ditopang oleh pertumbuhan industri pengolahan bukan migas pada kuartal III-2011 yang mencapai 6,98% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Selama periode itu, semua sektor mengalami pertumbuhan kecuali kertas dan barang cetakannya yang turun 1,22%. Pemerintah sendiri sebenarnya hanya menargetkan pertumbuhan industri tahun ini sebesar 6,5%.

Sekadar catatan, total nilai ekspor Indonesia dari sektor migas dan non migas tahun 2010 mencapai US$ 157,79 miliar. Dari jumlah itu ekspor produk industri mencapai US$ 98 miliar.

Sementara itu, Agus menilai, krisis global belum terlalu berpengaruh pada ekspor industri tahun ini. Tapi menurutnya, dampaknya perlu diwaspadai pada kinerja ekspor semester I-2012. Ekspor yang kemungkinan bisa terganggu terutama ke Amerika Serikat yang berkontribusi 9% dan Uni Eropa yang berkontribusi sekitar 10,9% dari total ekspor produk industri.

Sumber : Kontan

Jangan punya Ijazah Tanpa skill

Jakarta - Direktur Bank Dunia Sri Mulyani menyindir negara-negara ASEAN termasuk Indonesia untuk bisa meningkatkan skill dan kualitas sumber daya manusianya. Jangan hanya menghasilkan orang berijazah saja.

Hal ini disampaikan Sri Mulyani saat ditemui di konferensi Menteri Keuangan se-ASEAN di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (8/11/2011).

"Investasi di bidang pendidikan tinggi perlu diperbaiki, apakah itu dari sisi matching labour market. Bagaimana tidak hanya menghasilkan orang yang punya ijazah. Tapi bagaimana mereka bisa masuk ke pasar tenaga kerja yang baik," kata Sri Mulyani.

Mantan Menteri Keuangan ini menyatakan, tingkat pendidikan yang lebih tinggi ini bisa menghasilkan riset yang bisa memperbaiki teknologi sehingga produktivitas perekonomian meningkat.

Di ASEAN menurut Sri Mulyani masih banyak sumber daya manusia yang skillnya rendah. Ini yang perlu ditingkatkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani mengatakan soal perkembangan investasi di ASEAN yang belum pulih 100% dibandingkan sebelum krisis di 1997/1998.

"Indonesia sudah mulai meningkat (investasi). Tapi meningkat pada level 30% seperti yang dicapai Korea maupun Jepang sebelum mereka benar-benar take off itu belum tercapai," kata Sri Mulyani.

Kunci peningkatan perekonomian di ASEAN saat ini adalah bagaimana meningkatkan investasi dan kualitas investasi tersebut dengan cara pembangunan infrastruktur besar.

"Banyak negara di ASEAN masih butuh memperbaiki kualitas dari institusinya sheingga mereka bisa memeprsiapkan infrastruktur itu untuk bisa dibangun tepat waktu, tepat kualitas, tapat harga tentunya," kata Sri Mulyani.

Sumber : Detik Finance


Sri Mulyani: Keluar Hotel di Jakarta, Anda Temui Kemacetan

Jakarta - Direktur Bank Dunia Sri Mulyani menyindir masalah macet di Indonesia akibat kondisi infrastruktur yang tertinggal. Dia mengatakan tidak menemui kemacetan di Washington tempatnya bekerja saat ini.

Mantan Menteri Keuangan ini mengatakan, pemerintah Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan infrastruktur yang sangat besar. Bahkan infrastruktur jalan menjadi hambatan terbesar bagi swasta untuk menanamkan investasinya.

"Setelah keluar dari hotel ini, Anda langsung menemui kemacetan. Ini tidak saya temukan di Washington," sindirnya dalam acara ASEAN Minister's Investor Seminar di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (8/11/2011).

Sri Mulyani mengungkapkan saat ini banyak negara ASEAN yang masih tertinggal ekonominya karena infrastruktur yang tidak memadai.

"Banyak ekonomi ASEAN tertinggal karena pembangunan infrastruktur yang tidak mendukung kebutuhan pertumbuhan dan konektivitas," ujar Sri Mulyani.

Misalnya Filipina, tambah Sri Mulyani, kualitas infrastruktur kota seperti jalan, pelabuhan, dan bandara diidentifikasikan sebagai penghambat investasi dan pertumbuhan. Selain itu, lebih dari 15% perusahaan manufaktur di Laos masih mengandalkan generator sehingga menyebabkan masih kekurangan daya pasokan listrik.

Untuk menutupi kebutuhan pembangunan infrastruktur yang luas dibutuhkan investasi baru di bidang Information Communication Technology (ICT), seperti untuk infrastruktur transportasi, pelabuhan udara dan pelabuhan laut, serta proses inovasi untuk meningkatkan rantai nilai dan konektivitas yang efisien.

"Peningkatan produktivitas dan kualitas infrastruktur di kawasan ini, tidak hanya meningkatkan industri manufaktur juga dapat memfasilitasi diversifikasi industri guna meningkatkan nilai tambah untuk meningkatkan ekspor," pungkasnya.

Sumber : Detik Finance

Jero 'Sentil' Perusahaan Tambang Suka Barang Impor

Jakarta - Pemerintah meminta perusahaan tambang dalam negeri untuk mendukung industri barang pendukung usaha tambang dalam negeri. Selama ini perusahaan tambang lebih suka mengimpor.

Demikian disampaikan Menteri ESDM, Jero Wacik pada acara Pameran Produksi Dalam Negeri Pendukung Usaha Pertambangan di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (2/11/2011).

"Dalam rangka pameran produksi dalam negeri di pertambangan, saya sampaikan agar pengusaha pertambangan wajib mengutamakan produksi dalam negeri. Saya minta industri tambang atau energi menggunakan produksi dalam negeri. Kalau tidak terpaksa jangan sampai impor," harapnya.

Sempat dipaparkan, pembelian barang pendukung usaha tambang dalam negeri di 2009 mencapai US$ 1 miliar dari total pembelian US$ 2,7 miliar. Di 2010 tercapai US$ 1,2 miliar dari total US$ 2,8 miliar.

Sedangkan di 2011 ditargetkan pembelian barang pendukung usaha tambang domestik mencapai US$ 1,8 miliar dari total rencana pembelian mencapai US$ 4,3 miliar. Sejauh ini baru mencapai 41% jadi masih terbuka bagi industri atau produsen dalam negeri penunjang usaha pertambangan mengembangkan usahanya.

"Kalau mahal sedikit barang dalam negeri, belilah. Agar hidup teman sendiri sejahtera, jadi perusahaan menengah dan kecil bisa berkembang besar. Semakin rajin menggunakan produksi dalam negeri maka kita bisa berkembang," lanjut Jero.

Amanat untuk memanfaatkan produksi dalam negeri ada di dalam kontrak pengusaha pertambangan. Sehingga oleh Kementerian terkait bisa diperketat pengawasan.

"Saya juga dulu pengusaha, kalau ada yang dari dalam negeri kenapa harus order ke luar negeri," tanggapnya.

Dalam pameran ini diperlihatkan barang-barang penunjan usaha pertambangan antara lain bahan peledak, serta alat-alat penunjang keselamatan para pekerja tambang.

Sumber : Detik Finance

Ajak Investasi ke RI, Hatta Temui Bos Marvell

Hatta, Sehat dan istri
Fransisco - Pesona Dr Sehat Sutardja sebagai pengusaha papan atas di bidang semi konduktor memikat pemerintah Indonesia. Menko Perekonomian Hatta Rajasa menemuinya untuk mengajak berinvestasi di Indonesia.

Hatta bersama Dubes RI untuk AS Dino Patti Djalal dan didampingi sejumlah pejabat dari Menko Perekonomian berkunjung ke kantor pusat Marvell Selasa (8/11/2011). Kantor ini berada Silicon Valley yang beralamatkan di 5488 Marvell Lane Santa Clara, San Jose, sekitar 1,5 jam perjalanan darat dari San Francisco.

Hatta berada di kantor Marvell yang sangat tenang dan nyaman itu selama 2,5 jam. Selain melihat-lihat kantor tersebut, Hatta dan rombongan juga berdiskusi dengan Sehat Sutardja yang merupakan Chairman, President, sekaligus CEO Marvell.

Seusai pertemuan, Hatta menjelaskan pertemuannya dengan Sehat untuk bertukar informasi dan pikiran terkait pembangunan ekonomi di Indonesia. "Saya meminta saran dan mengajak Pak Sehat berinvestasi di Indonesia," jelas dia.

Hatta menilai Sehat yang dulu merupakan warga Indonesia merupakan pengusaha luar biasa yang sukses di negeri Paman Sam. "Kita butuh saran-saran Pak Sehat agar Indonesia punya motivasi yang kuat untuk membangun ekonomi Indonesia," ujar Hatta.

Sementara Sehat yang saat itu mengenakan baju batik lengan panjang menyatakan hingga saat ini dirinya belum berinvestasi di Indonesia. "Masih perlu waktu lama untuk berinvestasi (di Indonesia)," ujar Sehat yang meninggalkan Indonesia pada tahun 1985 itu.

Namun, Sehat mengaku saat ini sudah mempekerjakan sejumlah insinyur Indonesia. "Saya memiliki dua design center. Yang pertama di Amerika. Yang kedua, di Singapura. Banyak insinyur Indonesia yang bekerja di Singapura," kata Sehat yang tidak ingat berapa jumlah insinyur Indonesia yang bekerja di Marvell.

Sehat mengaku sangat senang atas kunjungan pemerintah Indonesia. Dia mendapat informasi baru dari Hatta Rajasa mengenai rencana pembangunan ekonomi Indonesia di masa mendatang, termasuk rencana pembangunan infrastruktur dan telekomunikasi. Dia senang karena Indonesia sudah semakin maju.

PT Marvell sendiri saat ini merupakan lima besar perusahaan dunia dalam bidang semikonduktor. Perusahaan yang dibangun Sehat sejak 1995 itu memproduksi chip dan software untuk menjalankan chip itu di berbagai platform, seperti telepon seluler, smart phone, dan juga smart TV.

Sehat membangun Marvell dengan modal US$ 350 ribu. Setelah 16 tahun berdiri, kini perusahaan yang dikelola Sehat bersama istrinya, Weilin, itu mengantongi pendapatan sekitar US$ 3,5 miliar per tahun.

Sumber : Detik Finance

Sehat Sutardja, Mendunia Berawal dari Reparasi Radio

Jakarta - Bicara bahasa Indonesia-nya terpatah-patah. Tapi Sehat Sutardja masih paham betul bila diajak bincang-bincang dengan bahasa Indonesia. Pria berusia 50 tahun itu mendunia berawal dari kursus reparasi radio transistor di kawasan Jalan Gadjah Mada, Jakarta Pusat.

Sehat Sutardja merantau ke Amerika Serikat (AS) pada tahun 1980, setelah tamat dari SMA Kanisius Jakarta. Dia melanjutkan kuliah di Iowa State University di bidang electrical engineering dan mendapat PhD dari University of California di Barkeley di bidang electrical engineering dan computer science.

Pada tahun 1995, dia mendirikan Marvell, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang semi konduktor. Perusahaan yang dia kelola bersama saudaranya, Pantas Sutardja, semakin maju dari tahun ke tahun.

"Saya mendirikan Marvell dengan modal US$ 350.000. Sekarang pendapatan perusahaan saya US$ 3,5 miliar per tahun," kata Sehat saat ditemui di kantor Marvell, yang berada di Silicon Valley dan beralamatkan di 5488 Marvell Lane, Santa Clara, California, Selasa (8/11/2011).

Kini, Marvell merupakan perusahaan semi konduktor yang masuk lima besar dunia. "Ini perjalanan yang sangat panjang. Dari 16 tahun yang lalu yang bukan apa-apa, sekarang menjadi lima besar dunia," kisah Sehat.

Apa kunci sukses Sehat sehingga bisa mendunia? "Kerja keras, pantang menyerah, passion yang tinggi, dan ada juga faktor keberuntungan," tutur pria yang beristrikan Weili ini.

Jalan sukses Sehat juga tak bisa dilepaskan dari kisah kecilnya di Jakarta. Dia yang lahir di Jakarta pada 9 Juli 1961 itu menghabiskan masa kecilnya hingga lulus SMA di Jakarta. Saat tinggal di Jakarta, Sehat dan keluarganya bertempat tinggal di Jalan Kebun Jeruk XIV nomor 1 Jakarta Barat.

Dari kecil, Sehat memang sudah senang dengan dunia elektronika. Karena itu, selain menempuh pendidikan formal, Sehat yang bernama asli Tjiaoe Siu Wen, juga mengikuti pendidikan kursus 'Reparasi Radio Transistor' di sebuah tempat kursus di Jalan Gadjah Mada, Jakarta Pusat.

Hingga sekarang, Sehat masih menyimpan ijazah sebagai tanda lulus dari tempat kursus radio 'Gembira' itu. Dia mendapat ijazah kursus reparasi radio transistor itu pada 1 Januari 1975.

"Ijazah kursus ini sempat hilang. Tapi, akhirnya saya ketemukan lagi," kata Sehat sambil menunjukkan ijazah yang masih tampak rapi dan sudah ia laminating itu.

Kini, Sehat sudah memiliki ribuan karyawan. Dia memiliki kantor di AS dan Singapura. Produk Marvells juga semakin makin beragam. Selain memproduksi chip, Marvell juga membuat software untuk mengoperasikan chip itu di berbagai platform seperti telepon seluler, smart phone, smart TV, dan lain-lain.

"Di kantor di Singapura, banyak insinyur dari Indonesia yang bekerja di perusahaan saya," kata pria yang memiliki tiga anak itu.

Saat ditanya mengapa dia menamakan perusahaannya 'Marvel', Sehat menjawab, "Saya itu saya menginginkan perusahaan saya akan menakjubkan (marvellous-red). Dan untuk menjadi nomor satu di dunia, saya harus bekerja lebih keras lagi," kata pria ramah ini.

Sumber : Detik Finance

Industri kehutanan RI tertekan kampanye negatif

JAKARTA, Asosiasi Pengusaha Kehutanan Indonesia (APHI) menduga ada kepentingan korporasi global yang menginginkan industri kehutanan nasional tidak berkembang. Alhasil, pemanfaatan hasil sektor kehutanan bagi negara tidak lagi dapat dioptimalkan secara maksimal.
Wakil Ketua Umum APHI Bidang Ekonomi Pemasaran David menilai, kepentingan aliansi global itu kerap menggunakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk melakukan kampanye hitam di kancah internasional tentang pengelolaan hutan di tanah air. Industri kehutanan nasional dinilai sebagai sunset industry alias industri yang tidak memiliki prospek bisnis.
Bahkan, aksi LSM mampu menekan pemerintah menelurkan kebijakan yang merugikan industri kehutanan nasional. "Namun, di sisi lain memberi ruang industri kehutanan asing baik hulu maupun hilirnya terus berkembang," ujar David.
Wakil Ketua Umum APHI Bidang Hutan Alam, Nana Suparna, menuturkan, asing mengakui tipologi tanah hutan Indonesia yang subur dan iklim tropis yang dihiasi dua musim adalah keunggulan komparatif yang bisa memacu pertumbuhan hutan tanaman lebih cepat.
Misalnya, hutan sengon minimal rakyat mencapai 30 meter kubik per hektare (m3 per ha) dalam waktu delapan tahun. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat dan China yang memilki empat musim membuat potensi pertumbuhan kayu sengon tidak sampai 10 m3 per ha. "Kalau hutan di Indonesia, dengan menganut tata kelola hutan lestari dibiarkan begitu saja bisa tumbuh. Tapi kalau di Amerika harus membutuhkan pelbagai riset agar bisa tumbuh," terangnya.
Nana menyesalkan, kuatnya lobi asing terhadap pemerintah membuat Kementerian Kehutanan sulit melepaskan izin pengusahaan yang berada pada kawasan cadangan kehutanan seluas 30 juta ha.
Padahal, menurut David, industriawan hanya membutuhkan lahan 14 juta ha yang akan digunakan sebagai hutan tanaman industri (HTI).
Menurutnya, dengan prinsip pengelolaan hutan lestari, industri kehutanan Indonesia berpotensi memperoleh bahan baku kayu sebanyak 362,5 juta m3 dengan nilai devisa yang dihasilkan mencapai US$ 70 miliar. Sayangnya, lobi asing berkeinginan membuat industri kehutanan nasional terus menjelma sebagai raksasa tidur.
Akibat lobi dan kepentingan asing itu,sambung David, Kemenhut melarang ekspor kayu log sejak 10 tahun lalu. Keinginan pemerintah agar industri pengolahan kayu di luar Jawa berkembang, realitasnya tidak terbukti. Di sisi lain, akibat pelarangan itu industri hulu kehutanan tidak berkembang.
"Kayu sawn timber grade A dihargai US $ 1.000 dolar per m3 . Tapi pemerintah menginginkan industri pengolahan maju, membuat industri kayu lapis hanya dihargai US$ 600," ujar Davids seraya berharap agar kebijakan ini dapat ditinjau kembali. Bandingkan dengan industri kehutanan China. Tahun 1991, China baru mengekspor 1 juta m3 produk panel kayu. Sementara tahun 2009, ekspornya meningkat menjadi 120 juta m3. Tahun lalu dikabarkan, ekspornya sudah mencapai 150 juta m3. Berbanding terbalik dengan Indonesia, tahun 1991, ekspor kayu panel pernah mencapai 10 juta m3. Namun, hingga tahun lalu surut tinggal 3 juta m3.

Sumber : Kabar Bisnis

Ekspor Ban dari Indonesia Meningkat Pesat

JAKARTA, Nilai ekspor ban produksi PT Multistarda Arah Sarana tbk tumbuh 37 persen menjadi Rp 1,54 triliun hinggá Triwulan III 2011. Pertumbuhan ekspor hampir terjadi di semua negara tujuan ekspor. Bahkan kenaikan terbesar terjadi pada pasar tujuan ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa yang sedang dilanda krisis ekonomi.
"Penjualan ekspor perseroan naik hampir di seluruh negara tujuan ekspor. Kenaikan terbesar tercatat dalam ekspor ke AS dan Eropa yang tumbuh masing-masing 278 persen dan 68 persen," ungkap Direktur Utama Multistrada Arah Sarana, Pieter Tanuri, Selasa (8/11/2011) di Jakarta.
Produk ban Multistrada dengan merek Achilles, Corsa, dan Strada ini secara penjualan hingga Triwulan III 2011 mencatat Rp 2,08 triliun. Nilai penjualan ini melampui pencapaian pada periode yang sama tahun 2010 yang hanya Rp 2,01 triliun. Pada Triwulan III 2011 ini, perseroan mencatat kenaikan penjualan naik 36,51 persen dibanding periode yang sama tahun 2010.
Kalau penjualan ekspor mencapai Rp 1,54 triliun, maka penjualan dalam negeri juga tumbuh 36 persen mencapai Rp 535 miliar. Dengan pertumbuhan penjualan ini, maka Multistrada mencatatkan diri sebagai emiten ban nasional dengan pertumbuhan tercepat. Perkembangan ini membuat laba bersih perseroan pada trwulan II 2011 tumbuh 18,51 persen menjadi Rp 136,25 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.
Multistrada mencatat volumen penjualan ban mencapai 7,2 juta ban untuk periode selama 9 bulan tahun 2011. Volume penjualan ini naik 50 persen dibanding volume penjualan semester I 2011 sebesar 4,8 juta unit ban. Kenaikan penjualan ini seiring dengan peningkatan kapasitas produksi dengan peningkatan dari 17.500 unit ban mobil per hari menjadi 22.500 unit ban mobil per hari. Dalam produksi ban sepeda motor juga meningkat dari 8.000 unit per hari menjadi 15.000 unit per hari.
Pada akhir tahun ini, kata Pieter, perseroan juga akan meningkatkan kapasitas produksi ban mobil tahap II dari 22.500 unit per hari menjadi 28.500 unit per hari. "Peningkatan kapasitas produksi ban mobil dan sepeda motor juga akan ditingkatkan dalam tiga tahun mendatang," ujarnya.

Sumber : Kompas

"Renaisans" Toyota di bawah Akio Toyoda

President Toyota Motor Akio Toyoda selalu teringat imbauan Steve Jobs tahun 2005 : "stay hungry, stay foolish" (Tetaplah merasa lapar. Tetaplah merasa bodoh). "Ucapan itu benar-benar 'kena' kepada saya," kata Akio Toyoda dalam wawancara dengan Reuters.

Kalimat tersebut bagi Toyoda adalah ajakan agar terus menciptakan sesuatu yang makin baik.

"Sesuatu yang lebih baik" bagi Toyoda berarti "kembali ke asal" untuk Toyota. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan otomotif itu mengubah fokus mereka dan tidak lagi berambisi tetap di posisi penjual terbanyak. (Para pengamat memperkirakan gelar produsen terbesar otomotif bisa beralih ke Volkswagen mulai tahun ini).

Toyoda juga tidak khawatir Hyundai mulai "menyalip" Toyota. Saham Toyota turun 20 persen sedangkan Hyundai naik 25 persen.

"Hyundai menurut saya telah membuat kendaraan-kendaraan yang bagus sekali, dan saya pikir dalam beberapa hal kami jadi penguntit. intinya, kadang kami kalah, kadang kami menang," katanya.

Akio, 55, punya ciri khas muncul ke tengah acara resmi dengan mengendarai mobil, termasuk saat di Jakarta dia muncul dengan pick-up Kijang berumur 30 tahun.

Pernah suatu ketika dia muncul dengan sport konsep Lexus LFA. Bau bensin dan raungan mesin v10 memenuhi ruangan.

"Tak seorangpun akan ingat pidato saya, tapi mereka bakal ingat selalu suara dan bau bensinnya," kata Toyoda.

Kali lain, para calon karyawan Toyota diundang ke sirkuit uji coba. Bos besar itu mengelilingi lintasan dengan LFA.

Tak satupun yang tahu sosok di balik kendaraan yang meraung kencang itu. Saat turun dia berbicara antara lain "Kalau kalian tak suka kendaraan, tak usah repot-repot gabung ke perusahaan ini."

Sejak memimpin Toyota pada Juni 2009, Cucu pendiri Toyota itu sudah mengalami banyak hal. Di saat mulai menjabat sebagai bos perusahaan senilai 115 miliar dolar itu, Toyota baru saja merugi untuk pertama kalinya setelah puluhan tahun untung terus.

Dunia saat itu baru saja dihantam krisis global dan Toyota, yang punya 300 ribu karyawan, terpaksa mengistirahatkan sebagian pabrik-pabriknya.

Kritikus menulis bahwa ketika itu kualitas dan inovasi Toyota tergeser oleh ambisi mencari keuntungan besar.

Dalam hitungan bulan sejak memimpin perusahaan itu, Toyoda harus menghadapi kenyataan bahwa Toyota terseret ke dalam krisis terbesarnya. Merek yang punya citra bagus itu  dikecam habis dengan tuduhan lamban dalam melakukan recall (penarikan untuk perbaikan) jutaan kendaraan di Amerika Serikat.

Krisis tersebut membuat Toyoda dipanggil Kongres AS pada Februari 2010. Di saat itu, Toyota dalam bahaya terbesar akan ditinggalkan oleh salah satu pembeli terbesar mereka yaitu Amerika Serikat.

Beberapa waktu kemudian terbukti bahwa masalahnya bukan pada kendaraan tapi pada "human error" para pengemudi. Tapi, keadaan tidaklah menjadi mudah bagi Toyoda.

Tantangan selanjutnya adalah mata uang yen yang terus naik, sehingga harga kendaraan terus naik dan tak bisa bersaing.Yen yang terus menguat membuat ekspor Toyota dari Jepang anjlok dari 1,5 juta unit pertahun. Hal ini diperparah bencana tsunami di Jepang dan banjir di Thailand.

lapangan kerja
Pemanggilan oleh Kongres AS memicu Toyoda untuk mengambil langkah baru untuk perusahaannya. Dia memproklamirkan hari ketika dirinya berbicara di depan Kongres AS, 24 Februari 2010, sebagai awal dari renaisans Toyota.

Fokus Toyoda saat pertama kali berada di pucuk teratas perusahaan adalah pada mobil mewah. Lexus terus diperbarui agar menarik konsumen.

Toyoda menginginkan budaya perusahaan diset ulang karena sudah bertahun-tahun "membosankan".

Dia juga memperkenalkan gaya kepemimpinan baru. Dia menginginkan rapat mingguan dengan lima executive vice president berlangsung mengalir, tanpa dokumen-dokumen yang disiapkan, ini belum pernah terjadi.

Toyoda juga memberikan otonomi makin besar kepada pabrik di kawasan regional sehingga bisa menyerap "cita rasa lokal". Dia juga mengurangi 27 posisi direktur menjadi 11 untuk mempercepat pengambilan keputusan.

Keputusan cepat itu menentang kultur toyota yang sesuai prosedur dan biasa  dengan membangun konsensus.

Toyoda membuat jalur pelaporan langsung divisi Lexus kepada dirinya. Dia juga mentes langsung GS350 di sirkuit Nuerburgring berkali-kali.

Hasilnya, mobil itu diperbaiki agar bodinya makin kokoh, suspensi makin empuk dan body roll dikurangi. Camry seri 2012 yang diluncurkan Agustus tahun ini juga mengalami modifikasi besar khususnya interior.

Banyak keputusan besar Toyota datang langsung dari Toyoda, termasuk langkah untuk keluar dari ajang balap Formula One.

Sosoknya yang mengambil langkah-langkah drastis bukan berarti tidak mengundang kritik. Toyoda berkeras dengan ambisi menghasilkan tiga juta kendaraan pertahun di Jepang, tiga kali lipat jumlah Nissan dan Honda Motor Co. Alasannya, Toyota punya kewajiban sosial untuk melindungi lapangan kerja dan keunggulan manufaktur di Jepang.

Hal itu menyebabkan debat terbuka dengan kepala keuangan Toyota, Satoshi Ozawa, yang menilai membuat sejumlah itu di Jepang tidak masuk akal.

Satu pekerja yang menolak diungkap nama dan jabatannya mempertanyakan kepada Reuters,  apakah Toyoda  akan mengambil tanggung jawab ketika terjadi kesalahan besar.

"Kukira dia akan mendengarkan semua masukan dengan hati-hati jika masalahnya di luar hal yang dia kuasai, tapi saya tak yakin dia akan bersikap sama pada hal yang dia sudah familiar. Kalau ada keputusan yang keliru soal kendaraan, apakah dia tangung jawab?," katanya.

Dia juga penuh percaya diri bahwa langkah yang selama ini ditempuh adalah benar. Soal Camry yang dirancang ulang, dirinya menganggap hal itu sesuai bahkan pada beberapa hal melebihi perkiraan.

Toyoda menginginkan perusahaannya membuat kendaraan yang menarik dan selalu dinanti-nantikan.

"Aku tak ingin meluncurkan kendaraan hanya sekedar sesuai jadwal perubahan. Aku ingin orang menebak-nebak, seperti apa Corolla baru nanti? Ini perlu waktu, tapi Toyota seperti inilah yang ingin kami tuju sekarang."

Sumber : Antara News

Selasa, 08 November 2011

Krakatau Steel Pasok 30 Juta Ton Baja ke IndoJapan

Krakatau Steel Corporation
Jakarta - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) siap pasok 30 juta ton bahan baku baja untuk anak usaha baru perseroan, PT IndoJapan Steel Center, hasil patungan Nippon Steel Trading Co Ltd, PT Adyawinsa Dinamika, PT Dwijaya Sentosa Abadi. Dengan pertumbuhan industri otomotif yang tinggi di masa mendatang, besar peluang suplai bahan baku ini bertambah.

Hal ini disampaikan Direktur Utama KRAS Fadwar Bujang usai RUPS di Hotel Gran Melia, Jakarta, Senin (7/11/2011).

"Kita bisa suplai 20-25% dari total kapasitas di IndoJapan," ungkapnya. IndoJapan sendiri menargetkan produksi 120 juta ton baja lembaran untuk industri otomotif.

Fadwar menambahkan, perusahaan patungan ini membuka peluang perseroan untuk mengakses pasar otomotif, melalui pengembangan produk baja. "Kan industri otomotif terus tumbuh. Pasti jumlah permintaan mesin juga naik," tuturnya.

IndoJapan Steel Centre menjadi harapan baru dalam pembuatan baja berkualitas yang berasal dari dalam negeri. Dengan Nippon Steel sebagai pemegang saham lain di IndoJapan, membawa optimisme tersendiri, karena ia berpengalaman dalam memproduksi baja untuk industri otomotif.

Selama ini memang KS belum mampu memproduksi baja otomotif. Suplai baja lebih banyak dipasok oleh merek-merek Jepang. "Kita memang belum ada mesin lebar. Maka dengan adanya ini, membuat baja lokal yang diproduksi Krakatau Steel bisa memenuhi kebutuhan baja industri otomotif nasional," tambahnya.

KS Ingin Menambah Porsi Saham di IndoJapan

Fadwar menerangkan, kepemilikan saham perseroan di IndoJapan hanya 10%. Karena porsi yang minim, KRAS bermaksud menambah kepemilikan saham pada masa mendatang, mengingat potensi pertumbuhan bisnis baja otomotif cukup besar.

Namun Fadwar belum mengungkapkan berapa porsi saham dan dana yang disiapkan KRAS. "Ada peluang untuk menambah saham, tapi kita lihat ke depannya. Yang penting dari kami, tidak masalah kecil (porsi saham IndoJapan), tapi kita sudah ada kesepakatan yang bagus," tegasnya.

Saat ini komposisi saham IndoJapan adalah Nippon Steel 30%, Adyawinsa 30%, Dwijaya 30%, dan Krakatau 10%.

Sumber : Detik Finance

Aturan Indonesia Berbelit, Toyota tidak mau Pindahkan Pabrik dari Thailand

Toyota Motor Corporation
Jakarta - Meskipun Thailand masih terus dilanda banjir, namun raksasa otomotif Jepang Toyota Motor Corporation tak mau memindahkan pabriknya dari Thailand ke Indonesia karena aturan di Indonesia berbelit.

Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor, Johnny Darmawan aturan di Indonesia sangat ruwet, belum lagi kondisi infrastruktur Indonesia masih kalah jauh dari Thailand.

"Lebih ruwet. Nah sekarang ini mereka (Toyota) pikir potensial. Tapi tergantung pemerintah. Agresifitas kita tergantung pada regulasi dan infrastruktur," jelas Jhonny saat ditemui di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, SCBD, Jakarta, Senin (7/11/2011).

Di tempat yang sama, Managing Officer Toyota Motor Corporation Hiroji Onishi dari Jepang mengatakan Indonesia berpeluang besar menjadi basis produksi Toyota ke depan. Namun itu tergantung apakah Indonesia bisa memanfaatkan peluang ini.

"(Basis industri) tergantung Indonesia, dalam menjawab pasar lokal untuk membeli produk . Tapi di masa depan, memang banyak yang kami produksi dan lebih banyak ekspor," ungkap Hiroji.

Hiroji menambahkan, alasan Toyota tetap menjadikan Thailand sebagai basis produksi adalah karena pasar di negara gajah putih ini masih lebih besar. Total pasar Indonesia mencapai 800-900 ribu unit, sedangkan Thailand 1 juta unit.

Selain itu, jumlah suplai suku cadang di Thailand lebih banyak dibandingkan Indonesia. Sehingga lebih menguntungkan untuk membuat satu mobil, jika dukungan suku cadang lengkap.

Sumber : Detik Finance

Minggu, 06 November 2011

Cerita mahasiswa Indonesia di Aussie

Suatu pagi, kami menjemput seseorg klien di bandara. Org itu sdh tua, kisaran 60 thn. Si Bapak ini merupakan pengusaha asal Singapura dengat logat bicara gaya melayu & english. beliau menceritakan pengalaman-pengalaman hidupnya kepada kami yang masih muda. Beliau berkata,"Ur country is so rich!" Ahk biasa banget denger kata-kata itu, Tapi tunggu dulu. "Indonesia doesn't need the world,but the world needs Indonesia,"lanjutnya. "Everything can be found here in Indonesia,U don't need the world." Mudah saja, Indonesia paru-paru dunia. Tebang saja hutan di kalimantan, dunia pasti kiamat.

Dunia yang butuh Indonesia! Singapura is nothing, we can't be rich without Indonesia 500.000 org Indonesia berlibur ke Singapura tiap bulan. Bisa terbayang uang yg masuk ke kami, apartemen-apartemen terbaru kami yang beli orang-orang Indonesia, ga peduli harga selangit, laku keras. Lihatlah Rumah Sakit kami, orang Indonesia semua yg berobat. Trus kalian tau bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan Indonesia masuk? Ya, bener-bener panik Sangat terasa, we are nothing. Kalian tau kan kalo Agustus kemarin dunia krisis beras. Termasuk di Singapura dan Malaysia? Kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras. Lihatlah negara kalian air bersih di mana-dimana, lihatlah negara kami air bersih pun kami beli dari Malaysia.

Saya ke Kalimantan pun dalam rangka bisnis, karena pasirnya mengandung permata. Terliat glitter kalo ada matahari bersinar. Penambang jual cuma Rp 3rb/kg ke pabrik china, si pabrik jual kembali seharga Rp 30rb/kg. Saya liat ini sebagai peluang. Kalian sadar tidak kalo negara-negara lain selalu takut meng-embargo Indonesia! Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak diembargo. Harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI.

Belilah pangan dr petani2 kita sendiri,belilah tekstil garmen dr pabrik2 sendiri.Tak perlu impor klo bs produk sendiri. Jika kalian bs mandiri,bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, INDONESIA WILL RULE THE WORLD!!"

Pepatah mengatakan: Negara Mandiri bukanlah Negara yang tertutup tanpa berhubungan dengan negara lain, tetapi Negara Mandiri merupakan Negara yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa terlalu menggantungkan hidupnya dengan Negara lain dari segi Sumber daya Manusia (Pengetahuan, pengolah, pendidikan) dan Sumber daya alam (Emas, Timah, Batu bara dan sebagainya).

Sumber : Asia Nusa

Sabtu, 05 November 2011

Tak Pesimis Meski Mobnas Selalu Gagal

Mobil Gea, Produk Inka Motor Corporation
Dalam hal teknologi, sangat susah bagi negara berkembang seperti Indonesia menghadirkan inovasi teknologi mobil terbaru.Bagai tak pernah akan menyerah, sejak beberapa waktu, kembali lahir mobil nasional (mobnas) yang diprakarsai Asosiasi Industri Otomotif Nusantara (Asianusa), gabungan pengusaha yang mengklaim konsisten bercita-cita untuk memproduksi mobnas Indonesia. 

Mobnas yang satu ini bernama GEA (diambil dari singkatan gulirkan energi alternatif), hasil produksi kerja sama Asianusa dengan PT INKA, BUMN pabrikan gerbong kereta api.

Berita mengembirakan yang terakhir adalah, mulai datangnya pemesanan 250 unit GEA varian pengangkut sayur. "Pemesanan mobil tersebut dilakukan Pemprov Sulawesi Selatan dalam dua tahap. 

Tahap pertama sebanyak 50 unit pada 2011. Sisanya sebanyak 200 unit akan diselesaikan pada 2012," kata Direktur PT INKA, Roos Diatmoko, di Madiun beberapa waktu lalu.

Mobnas yang satu ini masuk kategori city car berdemensi 3.320×1.490×1.640 mm dengan wheelbase 1.965 mm. Mesinnya 650 cc dan mampu melaju hingga kecepatan 85 km/jam dengan sistem pembakarannya injeksi EFI dengan penggerak roda depan. 

Kabarnya bahan bakarnya sangat hemat.Mengomentari itu, Ketua Umum Asianusa, Ibnu Susilo kepada Republika mengatakan, dalam sejarahnya kehadiran Mobnas memang belum berhasil tampil di pasar mobil secara nasional. "Kita tidak perlu pesimistis dengan keadaan Mobnas yang selalu gagal di pasaran selama ini," ujarnya. Dengan keinginan gigih dari para produsen Mobnas, saat ini sedikit banyak telah bertahan dengan menjual hasil karyanya. Sebelum GEA, perusahaan yang dinaungi Asianusa, PT Fin Komodo Teknologi (FEN), berhasil membuat Mobil Komodo di tahun 2009, yang telah dipasarkan diseluruh Tanah Air hingga saat ini. Ibnu yang juga sebagai CEO dari PT FEN mengungkapkan hasil kerja keras perusahaannya menghadirkan mobil Komodo. "Mobil ini adalah hasil karya para teknisi dan modal dari anak Indonesia," ungkapnya.

Mobil Komodo adalah kendaraan of-froad jenis Cruiser asli Indonesia, yang sangat lincah dan handal sebagai kendaraan penjelajah. Ibnu selama ini menjual mobil Komodonya berdasarkan pemesanan, setiap tahun sekitar 100unit mobil Komodo berhasil terjual.

Selain Komodo, ada juga Mobnas bernama Tawon. Mobil berkapasitas mesin 650 cc ini diproduksi oleh PT Super Gasindo Jaya (Auto-gas) dengan pusat produksi di Rangkasbitung, Kabupaten Tangerang, Banten. Direktur Penjualan PT Auto-gas, Dewa Yuniardi, mengatakan, mobil Tawon ini memiliki peluang pasar yang potensial.

Pasar yang akan dituju mobil Tawon ini adalah segmen masyarakat pedesaan, khususnya bagi unit koperasi. "Kita tidak menjual secara ritel, tapi kepada koperasi," ujarnya. Saat ini, beberapa koperasi di tiga provinsi pulau Jawa telah siap memasarkan mobil tawon.

Untuk layanan after sales, pihaknya bekerja sama dengan berbagai koperasi dalam penyediaan suku cadang dan layanan service. Rencananya akhir bulan Oktober 2011 ini mobil Tawon sudah siap dipasarkan secara masal. Saat ini, jelas Dewa, pihaknya sedang memasuki tahap akhir analisis pasar dan penjualannya. "Dari komunikasi kami dengan pihak koperasi, kami optimis 40 hingga 50 unit akan terjual setiap bulan," ungkapnya.

Pilihan kerja sama dengan Koperasi juga dilakukan PT ENKA dalam pen-jualan lanjutan kepada Pemprov Sulawesi Salatan. "Penjualannya tidak dilakukan per unit melainkan per paket dan diharapkan dapat dilakukan oleh koperasi atau badan hukum," kata Roos Diatmoko.

Dukungan gubernur

Sementara itu, Gubernur Sulawesi Selatan Sharul Yasin Limpo mengatakan, pemesanan mobil GEA buatan PT ENKA tersebut bertujuan mewujudkan mobil Indonesia di wilayahnya. Setelah dimodifikasi menjadi mobil sayur, mobil GEA tersebut akan digunakan untuk memajukan perekonomian masyarakat pedesaan di wilayahnya dengan memberikan mobil ini sebagai bantuan kepada masyarakat.

"Saya telah menganggarkan dana, hingga Rp 6 miliar untuk pemesanan mobil ini bagi masyarakat Sulawesi

Selatan. Teknisnya baru akan dibahas saat rapat paripurna mendatang," ujar Gubernur.

Ia menilai sudah saatnya Indonesia memiliki mobil nasional. Oleh karena itu, pihaknya atau Pemprov Sulawesi Selatan akan menjadi pendukung utama PT INKA untuk melahirkan mobil GEA menjadi mobil nasional.

Selain produsen yang tergabung dalam Asianusa, belakangan hadir pula konsep Mobnas hasil karya siswa SMK. Konsep Mobnas yang dikenal dengan mobil Esemka ini hasil kreasi siswa SMK. Namun mobil konsep ini belum direncanakan diproduksi dan dijual secara massal.

Pengamat Otomotif Suhari Sargo mengingatkan kepada produsen Mobnas untuk tidak sebatas memproduksinya. Ada tiga hal yang harus dilakukan produsen Mobnas. Pertama akselerasi teknologi mobil terkini harus dikejar dalam penyempurnaan produk. Kedua fokus di segmen pasar yang dituju dan terakhir perkuat mata rantai penjualan dan layanan after sales. Bila ketiga langkah itu konsisten dijalankan produsen Mobnas, maka ia yakin aka bertahan. "Minimal tidak tergilas penjualan mobil merek luar," ujarnya. Idealnya Mobnas adalah mobil yang dibuat secara sumber daya baik manusia, bahan dan teknologinya dari Indonesia. Yang kemudian diakui secara sah oleh pemerintah sebagai Mobnas. Namun dalam perjalanannya, tidak berlaku seperti itu. Dalam hal teknologi, Suhari menjelaskan, sangat susah bagi negara berkembang seperti Indonesia menghadirkan inovasi teknologi mobil terbaru. Karenanya perlu dilakukan kerja sama dengan beberapa produsen otomotif untuk awal mula pengembangan teknologi industri otomotif. Seperti yang dilakukan Proton dengan menggandeng Mitsubishi ketika didirikannya di tahun 1983.

Faktanya pengembangan Mobnas oleh pemerintah Indonesia, tidak pernah konsisten untuk mempertahankannya. Beberapa Mobnas yang sempat tenar pun, akhirnya harus rela terhenti akibat kebijakan politik atau keadaan ekonomi yang tidak kondusif. Bila melihat satu setengah dekade kebelakang. Indonesia memang pernah memiliki konsep Mobnas. Karena itu diperlukan lebih banyak pimpinan daerah yang rela mendukung-berkembangnya mobnas, seperti yang dilakukan Pemprov Sulawesi Selatan.

Sumber : Networkedblog

Kamis, 03 November 2011

Pasar Produk Konsumsi RI Tembus Rp 275 Triliun Tahun Depan

Jakarta, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat peningkatan pasar produk-produk konsumsi di Indonesia setiap tahun. Tahun depan pasar barang-barang konsumsi di dalam negeri bisa menembus Rp 275 triliun

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan barang-barang yang masuk dalam katagori konsumsi antara lain batik, garmen, alas kaki, kosmetik, jamu, pangan lokal, buah-buahan, dan furnitur.

"Perkiraan pertumbuhan Rp 275 triliun diisi oleh domestik," kata Bayu di kantornya, Jl Ridwan Rais, Jakarta, Kamis (3/11/2011)

Bayu menuturkan dengan melihat pertumbuhan serapan produksi konsumsi tahun depan sebesar 275 triliun. Maka pasar Indonesia menjadi sangat menarik, sehingga pemerintah akan terus melakukan langkah penguatan pasar domestik.

"Salah satunya adalah memperkuat perlindungan konsumen," jelas Bayu.

Hari ini kementerian perdagangan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan sidak bersama. Beberapa temuan pelanggaran seperti produk elektronika non-SNI hingga makanan yang melanggar izin edar.

"Selain itu ada langkah pengamanan produk selang dan elpiji yang tak memenuhi SNI karena sangat berbahaya," katanya.

Kepala Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) Kustantiah menambahkan pada sidak hari ini seperti di toko makanan India di daerah Sunter Jakarta Utara ditemukan 99% makanan olahan India tersebut tak terdaftar di BPOM.

"Tercatat dari Januari 2011 sampai saat ini terdapat 25 kasus pelanggaran tindak pidana, kebanyakan pangan olahan impor, yang banyak berasal dari Malaysia terutama beredar di Pekanbaru dan Batam. Juga dari Jepang Korea dan India kebanyakan beredar di Jakarta," katanya.

Kustantinah menegaskan selama ini BPOM selalu mengedepankan tahapan penindakan yaitu pembinaan, peringatan, penarikan barang hingga ke pengadilan. Ia menuturkan ada 4 langkah untuk meminimalkan barang impor ilegal yaitu melakuan diplomasi dengan negara asal, perketat perbatasan melalui bea cukai, pengawasan barang beredar dan membangun pengetahun masyarakat.

"Dengan langkah-langkah ini kita tidak menjadi anti perdagangan (bebas), ini dilakukan untuk melakukan perlindungan pada konsumen dan pedagang itu sendiri," katanya.

Sumber : Detik Finance

Rabu, 02 November 2011

Kapital Intelektual

Satryo Soemantri Brodjonegoro
Guru Besar Institut Teknologi Bandung; Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

Akhir-akhir ini ramai dipersoalkan mengenai remunerasi peneliti utama atau peneliti senior (penulis belum menggunakan istilah profesor riset) yang lebih rendah daripada guru sekolah dasar.

Pembandingan juga dilakukan di mana penghasilan guru besar di perguruan tinggi jauh melebihi peneliti utama. Belum lagi jika dibandingkan dengan peneliti di negara maju, remunerasi peneliti kita tampak semakin kecil.

Profesor riset, nomenklatur yang digunakan oleh peneliti yang telah mencapai tingkatan tertinggi, sejujurnya merupakan sebutan yang dipaksakan dalam sistem jabatan fungsional di pemerintahan ini. Nomenklatur tersebut sengaja dibuat supaya peneliti memperoleh tunjangan tambahan yang setara dengan tunjangan guru besar di perguruan tinggi.

Tunjangan guru besar telah lama ada dalam sistem penganggaran pemerintah, sedangkan tunjangan profesor riset baru diadakan sejak tahun 2005. Sebenarnya, bagi peneliti sudah ada tunjangan ahli peneliti utama untuk mereka yang mencapai tingkatan tertinggi dalam bidang penelitian, tetapi besarannya lebih kecil daripada tunjangan guru besar. Itulah sebabnya nomenklatur profesor riset diadakan.

Profesor riset dan guru SD
Ternyata meskipun sudah ada profesor riset, pendapatan para peneliti masih rendah, bahkan lebih rendah daripada guru SD. Pembandingan ini mudah-mudahan tidak mengganggu para guru SD yang berdedikasi tinggi karena terkesan bahwa guru SD lebih rendah statusnya daripada para peneliti, di mana peneliti tidak dapat menerima kenyataan bahwa pendapatannya di bawah guru SD.

Keliru sekali apabila peneliti dibandingkan dengan guru SD ataupun dengan guru besar di perguruan tinggi. Kita tidak selayaknya membandingkan profesi tertentu dengan profesi lainnya karena sejatinya tidak ada profesi yang lebih rendah atau lebih tinggi statusnya. Setiap profesi mempunyai ruang lingkup dan tanggung jawab cakupannya masing-masing. Setiap profesi mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan masyarakat dan negara.

Pemahaman masyarakat terhadap profesi peneliti juga belum utuh. Pemerintah pun bahkan belum seutuhnya paham mengenai profesi peneliti sehingga cara pemberian remunerasinya disamakan dengan struktur gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil (PNS) pada umumnya. Memang itu cara yang paling mudah dan aman bagi pemerintah. Selain sesuai dengan undang-undang yang berlaku, juga mudah diaudit oleh pemeriksa.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sistem penggajian PNS tidak mengenal prestasi dan kinerja. Artinya, profesi apa pun akan sama gajinya selama golongannya sama. Selain itu, dalam sistem ini mereka yang rajin dan berprestasi juga mendapatkan gaji yang sama dengan mereka yang malas dan tanpa kinerja asalkan golongannya sama.

Pendek kata, sistem penggajian PNS sangat melemahkan peningkatan kinerja birokrasi dan tidak mendorong orang untuk menekuni profesinya, tetapi mendorong orang untuk mencari jabatan dalam rangka naik golongan. Selama pemerintah masih menggunakan sistem penggajian yang ada selama ini, persoalan disparitas penghasilan akan selalu ada dan tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu pula, para PNS akan selalu mengeluh dan protes karena pendapatannya rendah, termasuk para peneliti di lembaga pemerintah.

Penataan remunerasi
Reformasi harus dilakukan dalam penataan besaran remunerasi untuk setiap profesi yang ada di negara ini. Penetapan remunerasi tak semata-mata didasarkan pada kebutuhan pasar, tetapi harus didasarkan pada kemampuan profesi yang mumpuni.

Sangat tidak etis apabila peneliti dipersalahkan karena hasil penelitiannya hanya dalam bentuk publikasi dan tidak dapat digunakan oleh industri, bahkan peneliti disalahkan karena meneliti hanya untuk minatnya, lalu pemerintah terkesan membiarkan rendahnya remunerasi peneliti. Bahkan, perhatian pemerintah terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat rendah tanpa ada kenaikan yang signifikan.

Pemerintah memang kurang peduli atau belum peduli terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi sebaliknya sangat peduli terhadap ekonomi dan keuangan. Padahal, negara akan maju jika peduli terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena diyakini sebagai motor penggerak kemajuan.

Bagaimana menata sistem yang tak menganggap peneliti lebih tinggi daripada guru SD? Bagaimana menata sistem yang tak menyalahkan peneliti yang hasilnya hanya berupa publikasi dan tak digunakan oleh industri?

Perlu ada konsep yang mampu menghitung atau menilai kapital intelektual yang terkandung dalam setiap individu ataupun institusi tempat individu tersebut bernaung. Besaran kapital intelektual itu kemudian digunakan untuk menakar kelayakan remunerasi, baik bagi institusi maupun individunya.

Dengan cara ini, remunerasi akan menjadi layak, terlepas dari apa pun profesinya; bisa lebih tinggi atau lebih rendah, bergantung pada kapital intelektualnya dan bukan karena status atau status sosialnya. Kapital intelektual tidak semata-mata ditera berdasarkan IQ atau intelegensinya, tetapi berdasarkan potensi menyeluruh yang ada dalam diri individu bersangkutan. Kapital intelektual akan memberikan nilai tambah sehingga kapital intelektual tersebut seyogianya terus ditingkatkan melalui pengembangan.

Dengan kapital intelektual, setiap profesi mempunyai takaran masing-masing sehingga tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi statusnya. Dengan kapital intelektual, peneliti tidak akan disalahkan karena hanya menghasilkan publikasi, bahkan akan dihargai meskipun belum ada hasil penelitiannya. Penelitian tidak selalu berhasil. Peraih Hadiah Nobel sekalipun baru berhasil setelah selama sekian tahun mengalami kegagalan.

Penganggaran lembaga riset ataupun perguruan tinggi, termasuk SD, akan memadai dan layak jika didasarkan kepada kapital intelektual yang dimiliki institusinya. Dengan demikian, pemborosan anggaran pemerintah dapat diminimalkan karena semua institusi mendapatkan anggaran yang proporsional.

Kapital intelektual merupakan tolok ukur potensi dan kinerja sekaligus sebagai tolok ukur audit oleh publik. Reformasi sistem remunerasi di semua lini, termasuk di pemerintah, seyogianya mengacu kepada kapital intelektual sehingga asa keadilan pun bisa tercapai.

Sumber : BPPT

KEPALA BPPT: TINGKATKAN PERAN DARI TEACHING MENJADI ENTREPRENEURIAL UNIVERSITY

“Tantangan dalam upaya mencapai tujuan bernegara yaitu meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, kemandirian dan peradaban bangsa. Hal tersebut harus diantisipasi dengan  meningkatkan daya saing dan kohesi sosial dari suatu bangsa, yang hanya dapat diperkuat melalui Sistem Inovasi Nasional (SIN). Pelaksanaannya dengan membangun kecenderungan dan tantangan universal seperti globalisasi, kemajuan iptek nasional, ekonomi pengetahuan ekonomi jaringan dan faktor-faktor lokalitas”.
Hal demikian dipaparkan Kepala BPPT, Marzan A Iskandar saat Orasi Ilmiah di Universitas Yarsi, Jakarta (29/10). Menurutnya, ada beberapa permasalahan dan tantangan dalam penguatan SIN, diantaranya rendahnya input inovasi, keluaran lembaga litbang yang belum memuaskan, serta belum dominannya peran swasta belum menjadi pelaku inovasi. “Dari sisi penyedia teknologi, permasalahan yang ada dikarenakan masih lemahnya keterkaitan antara penyediaan potensi inovasi dengan industri serta kelemahan keterkaitan dengan kondisi umum dan kerangka kebijakan inovasi,” jelasnya.
Berdasarkan kondisi demikian, Marzan berpandangan perguruan tinggi harus berperan penting dalam meningkatkan perannya dari Teaching University menjadi Research University dan tujuan akhirnya menjadi Entrepreneurial University. Perguruan tinggi ditekankan untuk menghasilkan lulusan yang tidak sekedar pencari kerja (job seeker) tetapi pencipta kerja (job creator), sebagai entrepreneur atau technopreneur. Selain itu, perguruan tinggi harus menjadi pusat-pusat unggulan (Center of Excellence) yang mendukung koridor-koridor MP3EI dan sebagai “stock of invention” yang bermanfaat dalam memecahkan permasalahan di masyarakat/dunia usaha.
Dalam upaya memperkuat SIN yang kaitannya dengan kerangka kebijakan inovasi, perguruan tinggi juga berperan dalam mengkaji regulasi-regulasi yang tidak kondusif bagi inovasi dan bisnis dengan memperkuat infrastruktur Iptek dan jaringan inovasi dengan mendukung klaster industri unggulan di daerahnya.
Selanjutnya, dalam budaya inovasi perguruan tinggi berperan untuk meningkatan kompetensi para pengajar kewirausahaan dengan mendorong lahirnya teknoprener-teknoprener baru dan meningkatkan apresiasi bagi inventor dan inovator. “Oleh karena itulah perguruan tinggi harus mengikuti perkembangan iptek global dan berpartisipasi aktif dalam fora internasional”.
Di sela-sela orasi ilmiah, Kepala BPPT mengajak para lulusan dari Universitas Yarsi yang baru saja diwisuda untuk melakukan dan mengasosiasi suatu gerakan nasional untuk membangun sistem inovasi, daya saing dan kohesi sosial diseluruh wilayah nusantara atau secara singkat disebut Gerbang Indah Nusantara. “Karena kompleksitas dan keragaman sumberdaya yang dibutuhkan serta luasnya wilayah Indonesia, diperlukan adanya keterpaduan banyak pihak untuk melakukan prakarsa penguatan sistem inovasi melalui komitmen bersama dan kolaborasi secara sinergis,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut telah dilakukan pula penandatanganan Kesepakatan Bersama antara BPPT dengan Universitas Yarsi mengenai Peningkatan Sumberdaya Manusia dalam Upaya Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Kesepakatan bersama ini ditandatangani oleh Kepala BPPT dan Abdul Salam M Sofro selaku Rektor Universitas Yarsi.
Adapun ruang lingkup dari kesepakatan bersama ini meliputi pengembangan pengajaran iptek yang strategis untuk meningkatkan kinerja kedua institusi, peningkatan kualitas pendidikan iptek yang bermanfaat bagi masyarakat dan pengembangan kerjasama riset antara dunia pendiidikan tinggi, lembaga riset dan industri terkait. 

Sumber : BPPT