Welcome

News Industri Indonesia

Rabu, 17 Oktober 2012

Indonesia Jadi Basis Produksi Komponen Bangunan Tahan Gempa Jepang

Komponen Bahan Bangunan Tahan Gempa
Perusahaan komponen struktur bangunan tahan gempa asal Jepang, Fuji Bolt Manufacturing Co Ltd berinvestasi membangun pabrik seluas 5.500 m2 di Wanaherang, Gunung Putri, Bogor-Jawa Barat. Pabrik ini merupakan basis produksi pertama di luar Jepang yang didirikan Fuji Bolt melalui anak usahanya Fuji Bolt Indonesia.

"Fuji Bolt memilih Indonesia sebagai basis produksi pertama yang berada di luar Jepang," ungkap Presiden Fuji Bolt Manufacturing Co Ltd, Fujio Yamazaki, Rabu (17/10/2012).

Pabrik ini sudah mulai berproduksi sejak Agustus 2012 lalu dan memiliki kapasitas 12.000 ton. Perusahaan menargetkan, produk komponen ini mampu masuk pasar domestik mulai bulan Oktober 2012 ini.

Fujio menambahkan, saat ini porsi pemasaran produk komponen ini masih didominasi oleh pasar ekspor, yaitu ke Jepang.

"Kondisi awal, 90% produksi yang dihasilkan pabrik kami di Indonesia ini memang untuk memenuhi pasar ekspor ke luar negeri yaitu ke Jepang. Proporsi ini akan kami sesuaikan menjadi 30% domestik dan 70% ekspor," tambahnya.

Alasan Fuji Bolt memilih Indonesia sebagai basis produksi pertama di luar Jepang karena menurut Fuji, secara geografis Indonesia termasuk wilayah yang dikelilingi cincin api yang rawan gempa.

"Karena itu kami optimis produk-produk struktur bangunan tahan gempa yang kami produksi ini juga akan sukses di pasar Indonesia," pungkasnya.

Fuji Bolt memproduksi komponen yang disebut FD Grip dengan berbagai tipe yang merupakan sambungan antar tulangan baja atau besi beton yang tahan gempa. Fuji Bolt terbukti telah berkontribusi terhadap beberapa proyek infrastruktur besar di Jepang seperti jembatan dan rel kereta api selama 30 tahun dan seluruh dunia.

Sumber: Detik

Minat Industri Taiwan Perluas Pasar di Indonesia Cukup Tinggi

Taiwan
Minat industri Taiwan untuk meluaskan pasar di Indonesia cukup tinggi. Hal itu terlihat dalam '2012 Taiwan Procurement Industry Cluster Week' yang digelar di Taipei, Taiwan, Senin (15/10/2012).

5 Stan perusahaan Indonesia paling banyak dikunjungi perusahaan Taiwan. Tak kurang dari seratus perusahaan Taiwan melakukan pembicaraan kerjasama industri dengan perusahaan-perusahaan Indonesia yang menjadi peserta.

"Sangat bagus. Saya melihat antusiasme dan minat perusahaan-perusahaan Taiwan untuk kerjasama sangat tinggi dibanding event-event yang sama yang pernah digelar," ujar General Manager PT Tarsius Telecommunication, Kusyono Machmudi, saat berbincang dengan detikFinance di sela-sela acara tersebut di TAITRA Building, Taipei, Taiwan, Senin (15/10/2012).

Kusyono mengatakan perusahaannya menerima pembicaraan kerjasama industri dari 30 perusahaan Taiwan. Menurutnya, tingginya minat industri Taiwan terhadap Indonesia karena faktor melemahnya ekonomi Eropa dan ketidakpastian perkonomian di AS saat ini.

Sebelum ini, lanjut dia, Eropa dan AS menjadi pasar utama industri Taiwan. Dengan terpuruknya kondisi ekonomi dua kawasan itu, Taiwan mengalihkan ekspansi pasar industrinya ke Asia Tenggara.

"Apalagi populasi Indonesia menjadi market besar bagi mereka," imbuh Kusyono.

Hal senada juga dikatakan Presiden Direktur PT Prima Citra Lazuwardi, Kunarto Mintarno. Menurutnya, dengan tingginya minat industri Taiwan ekspansi ke Indonesia akan menjadi peluang baik bagi peningkatan perekonomian Indonesia.

"Ini juga menjadi upaya kami membantu pemerintah untuk meningkatkan hubungan industri dengan Taiwan," katanya.

Executive Vice President TAITRA, Peter WJ Huang, mengatakan persaingan yang kompetitif dalam industri kluster di Taiwan mendorong ekspansi kerjasama industri negaranya ke negara-negara Asia, seperti Indonesia.

"Industri di Taiwan sangat kompetitif, terutama industri kluster," ujar Peter.

Industri kluster Taiwan terdiri dari 12 kota kawasan industri dengan bidang industri berbeda-beda, mulai dari industri elektronics, automobile, software, ICT, tekstil, machinery, bicycles, steel dan hingga bioteknologi.

Taiwan telah memulai pengklasteran industri mereka sejak 50 tahun lalu. Pembentukan industri dengan sistem klaster terbukti mendorong perekonomian Taiwan menjadi kompetitif dan berkembang.

Selain PT Tarsius Telecommunication dan PT Prima Citra Lazuardi, tiga perusahaan Indonesia lainnya yang ikut dalam acara itu adalah PT Trans Therich Jaya, Notebook88, dan PT Metaplas Citra Cemerlang.

Perusahaan yang ikut dalam acara tersebut sebanyak 225 perusahaan dari 23 negara di Asia dan Amerika Latin. Sementara suppliers dari perusahaan Taiwan sebanyak 170 perusahaan.

Acara tersebut berlangsung hingga 19 Oktober disertai dengan kunjungan ke pusat-pusat industri Taiwan di Kaohsiung, Taichung, dan Tainan.

Sumber: Detik

Taiwan Akan Bangun Sejumlah Industri di Indonesia

Perkembangan industri domestik di tanah air dinilai positif bagi investor asing. Seperti Taiwan, kebijakan pemerintah Indonesia untuk mendorong industri lokal justru menjadi salah satu alasan negara tersebut berencana untuk ekspansi basis industrinya ke Indonesia.

"Indonesia menjadi sangat penting sebagai negara tujuan ekspor Taiwan. Karena big market juga penting di Asia, dan kami melihat ada kebijakan pemerintah Indonesia yang menjadi peluang untuk kami," ujar Harrison K M Lan dari Market Research Department, Taiwan External Trade Development Council (TAITRA).

Hal itu disampaikannya di sela-sela '2012 Taiwan Procurement Industry Cluster Week' yang diselenggarakan TAITRA, di TAITRA Building, Taipei, Taiwan, Senin (15/10/2012).

Lan mengatakan selain faktor big market karena populasi Indonesia yang sangat besar di Asia, kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia yang pro industri lokal menjadi alasan utama Taiwan untuk tidak sekadar meningkatkan ekspornya ke Indonesia, tapi juga membangun basis industrinya di tanah air.

Faktor lain adalah perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin baik dan menjanjikan di masa mendatang.

"Karena hal-hal ini kami optimistik terhadap Indonesia. Jadi tidak sebatas ekspor, kami juga mempertimbangkan untuk membangun basis industri di Indonesia. Karena kebijakan pemerintah Indonesia yang mendorong produsen lokal tadi," jelasnya.

Saat ini, lanjut dia, Indonesia menjadi negara tujuan ekspor terbesar kelima setelah China, Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

"Ini berdasarkan index perdagangan eksternal kami dalam 4 tahun terakhir. Kami yakin Indonesia bisa menjadi yang terbesar ketiga setelah China dan Vietnam 5 tahun mendatang," tuturnya.

Total nilai ekspor Taiwan ke Indonesia mencapai US$ 4,8 juta pada tahun 2011. Sementara total impor dari Indonesia ke Taiwan mencapai US$ 7,4 juta untuk semua produk. Taiwan berharap nilai ekspor ke Indonesia dapat meningkat hingga 5% dibanding tahun sebelumnya.

Komoditi ekspor terbesar Taiwan ke Indonesia adalah gasoline, diesel, steel product, dan tekstil. Ekspor ICT Taiwan ke Indonesia seperti elektronik, handphone dan gadget dinilai masih cukup rendah dibanding ke negara lain. Karena itu, Lan mengatakan pihaknya berharap beberapa perusahaan multinasional Taiwan, seperti Pou Chen Group dan Foxconn dapat membangun basis industrinya di Indonesia.

"Ada banyak perusahaan Taiwan, yang ingin membangun basis industrinya di Indonesia, mungkin mencapai 100 perusahaan. Ini jumlah yang sangat potensial untuk meningkatkan kompetitif industri Taiwan di luar negeri. Dan kami berharap kebijakan pemerintah Indonesia dapat mendorong harapan ini," pungkas Lan.

Sumber: Detik

Foxconn Industri Taiwan Tegaskan akan membangun perusahaan di Indonesia

Gambar Pekerja Foxconn
Foxconn Technology Group, produsen komponen elektronik terbesar asal Taiwan dipastikan akan membangun basis industrinya di Indonesia akhir tahun ini. Foxconn juga merupakan produsen komponen iPad dan iPhone.

Rencana itu ditegaskan kembali oleh Executive Vice President Taiwan External Trade Development Council (TAITRA) Walter Yeh, di Taichung, Taiwan.

"Iya, Foxconn akan membangun di Indonesia. Sekarang sedang membicarakan evaluating investment-nya di Indonesia," ujar Yeh di sela-sela acara '2012 Sourcing Taiwan-Cluster Industry Week' di Evergreen Hotel, Taichung, Taiwan, Rabu (17/10/2012).

Yeh mengatakan, tidak hanya Foxconn yang tertarik untuk membangun pabrik produksinya di Indonesia, sejumlah perusahaan Taiwan lainnya juga memiliki perencanaan yang sama di masa mendatang. Karena menurutnya, pasar Indonesia akan terus tumbuh dan ini penting untuk Taiwan.

"Saya tidak tahu berapa jumlahnya (perusahaan Taiwan yang tertarik bangun pabrik di Indonesia). Karena banyak perusahaan Taiwan tertarik untuk set up operasi di Indonesia. Ini tidak hanya jumlah di satu waktu. Tapi akan terus bertambah perusahaan yang menunjukkan ketertarikannya untuk set up operation di Indonesia," tuturnya.

Saat ini, kata Yeh, beberapa industri Taiwan sudah membangun basisnya di Indonesia seperti industri tekstil, sparepart motor, dan sepatu.

"Dan Foxconn ini adalah industri komponen elektronik yang akan masuk berikutnya," ujar Yeh.

Foxconn berpusat di New Taipei, Taiwan. Beberapa produk yang dihasilkannya berhasil menembus pasar dunia dan sangat dikenal sekarang ini, termasuk iPad, iPhone, Playstation, Xbox, dan lainnya.

Sebelum ke Indonesia, Foxconn juga telah beroperasi di negara-negara lain seperti Brasil, India, Jepang, Meksiko, dan beberapa negara di Eropa. Di Indonesia, Foxconn akan mulai memproduksi telepon seluler akhir tahun ini. Nilai investasi yang akan digelontorkan Foxconn mencapai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 95 triliun.

Untuk produksi di tahun pertama, Foxconn menargetkan produksi 10 juta unit smartphone per tahun. Modern Cikande Industrial Estate (MCIE) di Banten menjadi lokasi pembangunan pabriknya.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, masuknya Foxconn membawa angin segar pada iklim investasi Indonesia. Bahkan Foxconn tak hanya sekadar membuat pabrik, namun juga membuat sebuah kawasan bertema smart city atau kota pintar.

"Mereka akan membangun smart city," ungkap Gita beberapa waktu lalu.

Sumber: Detik

Ilmuan Cilacap Pamer Mesin Biofuel Canggih ke Dahlan

Ilmuan Cilacap Gambar
Menteri BUMN Dahlan Iskan hari didatangi puluhan orang dari muda hingga tua dari Cilacap, Jawa Tengah. Apa maksud kedatangan mereka?

Mereka adalah anggota Yayasan Pengembangan Sain dan Teknologi (YPST) Cilacap yang terdiri dari kalangan akademisi, pekerja, dan akitivis.

Puluhan orang tersebut bermaksud menunjukkan mesin pengolahan biofuel generasi keempat atau terbaru untuk pengolahan limbah atau slat seperti limbah sawit untuk dirubah menjadi minyak diesel atau biofuel berkualitas tinggi.

Dahlan mengaku, anak-anak muda dari Cilacap ini terpanggil menunjukkan mesin pengolahan limbah untuk diubah menjadi bahan bakar bernilai ekonomi tinggi.

"Pertama agar tidak menjadi limbah, kedua agar bisa dimanfaatkan. mereka menemukan satu sistem pengolahan limbah slat. Itu menjadi bisa berguna dan bisa menjadi minyak bakar," kata Dahlan di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (17/10/2012).

Dahlan menegaskan, dirinya akan memfasilitasi YPST dengan PT Batan Tekno untuk penyempurnaan alat canggih pengolahan limbah menjadi biofuel ini.

"Saya undang teman BUMN yang menguasai bidang itu, dan secara teknologi itu bisa diterima, dan itu perlu disempurnakan. Nanti di laboratoriumnya Batan Tekno," tambahnya.

Alat ini setelah mengalami proses penyempurnaan, menurut Dahlan, bisa dimanfaatkan. Salah satunya untuk pengolahan limbah dari pabrik pengolahan sawit miliki BUMN. "Nanti juga menyelesaikan limbahnya sawit," papar Dahlan.

Di tempat yang sama, Ketua YPST Rangga Sani Hambara menjelaskan, pihaknya hanya membawa mesin pengolah limbah dalam bentuk prototipe penelitian. Setelah proses penyempurnaan dari hasil kerjasama dengan Batan Tekno, ia optimistis alat ini bisa menjadi bagian untuk mewujudkan green industry dalam sekala besar.

"Kualitas sangat bagus (minyak dihasilkan) ini bisa meringankan beban dari industri sawit (limbah) dia bisa mendapatkan produk yang bagus. ini bisa mewujudkan plant yang besar. Ini menuju konsep green industri," kata Rangga.

Alat ini, menurut Rangga, telah beberapa mengalami penyempurnaan sejak ditemukan di 2005. Ia bersama rekan-rekannya sangat bangga dengan respons Dahlan yang ikut berpartispasi membantu mengembangkan alat tersebut.

Sumber: Detik

Investasi komponen otomotif 2013 ditarget 1,5 miliar dolar

Komponen Otomotif Gambar
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menargetkan pada 2013 investasi komponen otomotif dapat menyentuh angka 1,5 miliar dolar AS seiring meningkatnya ekspansi 100 pabrikan asal Asia Timur.

"Tahun depan, investasi komponen otomotif untuk `tier` I dan `tier` II dari Asia Timur seperti Jepang, Taiwan serta China diproyeksikan mencapai 100 industri dengan penanaman modal mencapai 1,5 miliar dolar AS," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Budi Darmadi, di Jakarta, Rabu.

Ia juga menjelaskan bahwa investasi baru ini menambah jumlah industri komponen otomotif dari 1.400 unit pada tahun ini menjadi 1.500 unit pada 2013.

Investasi komponen otomotif di Indonesia, menurut Budi, mengalami pertumbuhan yang bagus seiring meningkatnya permintaan kendaraan roda empat di pasar domestik.

"Empat tahun yang lalu, industri komponen otomotif Indonesia baru 900 unit, hal ini menunjukkan bahwa pasar otomotif nasional semakin besar. Nantinya, produksi dari 100 industri komponen yang baru akan memasok komponen untuk industri-industri otomotif seperti mesin," paparnya.

Investasi disektor komponen, lanjut Budi, diharapkan didukung dengan peningkatan investasi penelitian dan pengembangan atau "research and development" (R&D).

"Pembangunan R&D sangat dibutuhkan karena produksi untuk satu buah mobil mampu bertahan dalam kurun waktu tujuh tahun hingga delapan tahun. Sementara itu, dibutuhkan riset tiga sampai empat tahun untuk menghasilkan satu model mobil baru sampai dipasarkan ke konsumen," ujarnya.

Budi menambahkan, pihaknya terus mendorong pertumbuhan volume penjualan dan pasar mobil nasional.

"Kami berharap kondisi tersebut akan menopang skala ekonomis untuk memacu investasi manufaktur mobil maupun komponennya," tandasnya.

Sumber: Antara News

Mobil Murah Asing Ancaman Proyek Mobil Nasional


Suhari Sargo
Keberadaan mobil murah ramah lingkungan (LCGC) di Indonesia menjadi ancaman keberlangsungan proyek mobil nasional. Pengamat ekonomi Suhari Sargo, mengatakan pengembangan mobil murah bisa membuat industri mobil nasional kolaps. "Pengembangan itu seolah membiarkan industri mobil nasional kita collaps," katanya kepada Tempo, Sabtu, 29 September 2012.

Menurut Suhari, keberadaan mobil LCGC yang dikembangkan pabrikan asing harusnya disesuaikan dengan kebijakan mobil nasional. Soalnya, industri mobil nasional merupakan aset nasional yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. "Industri mobil seperti Kancil, Esemka, itu kan 100 persen punya kita, kalau (Toyota) Agya, (Daihatsu) Ayla itu kan punya asing, jadi pemerintah harus atur itu juga," katanya.
Executive Vice President Toyota Motor Corporation Yukitoshi Funo (kiri), Menteri Perdagangan Gita Wirjawan (2kiri), Dirut Astra International, Prijono Sugiarto (3kiri) pada pengumuman kolaborasi Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla di Jakarta, Rabu (19/9). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Pemerintah dinilai Suhari terkesan tidak serius mengembangkan program mobil nasional yang selama ini kencang dihembuskan. Soalnya, berbagai proyek mobil nasional saat ini terkesan yang tidak difokuskan pengembangannya oleh pemerintah. "Waktu itu dari PT Inka mau dipakai, lalu mau buat mobil listrik juga, sekarang mengembangkan LCGC yang harganya di bawah Rp 100 juta, jadi membingungkan," ujarnya.

Sikap pemerintah yang tidak konsisten dan tidak fokus dinilai Suhari membuat proyek mobil nasional tidak terkesan main-main. Karena itu, dia mendesak pemerintah untuk menyelaraskan kebijakan-kebijakan yang sudah dibuat sebelumnya. "Jadi kebijakan pemerintah soal industri otomotif harus sejalan dengan kebijakan di sektor lainnya, seperti infrastruktur, energi, dan lain-lain," ujarnya.

Sejumlah pabrikan otomotif saat ini sedang berlomba-lomba untuk menggarap pasar Indonesia dalam segmen mobil murah. Sejumlah produsen besar juga tercatat sudah memiliki mobil murah mereka, yaitu Honda Brio, Nissan March, dan Mitsubishi Mirage. Selain itu, ada pula mobil murah ramah lingkungan yang dibanderol dengan harga di bawah Rp 100 juta, seperti Toyota Agya - Daihatsu Ayla, Tata Nano, dan Geely Panda.
 
Sumber : Asia Nusa

Kebijakan Mobil Murah Bisa Jadi Bumerang

Menteri Perindustrian M.S Hidayat sebelumnya pernah mengatakan bahwa kebijakan mobil murah ramah lingkungan (LCGC) akan segera dikeluarkan.
Ilustrasi mobnas Indonesia
Beritasatu.com - Rencana pemerintah memberikan insentif untuk mobil murah ramah lingkungan (low cost green car) bisa menjadi senjata makan tuan. Menurut Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) kebijakan tersebut tidak tepat sasaran dan malah menimbulkan kemacetan.

Ketua KPBB, Ahmad Syarifuddin mengatakan orang yang dengan tingkat ekonomi yang sudah baik, dan sudah memiliki kendaraan yang cukup, karena memiliki uang lebih membeli lagi kendaraan low-cost green car (mobil murah ramah lingkungan) hanya dengan pertimbangan harga yang lebih murah, yang justru hanya menyebabkan Jakarta semakin macet saja, sambungnya.

“Padahal mobil murah yang diluncurkan pemerintah tersebut, dalam hal ini adalah Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) pada beberapa waktu lalu adalah dikhususkan untuk warga miskin dan untuk angkutan pedesaan, tetapi kita kaget ketika Menteri Perindustrian menggulirkan ini tanpa ada posisi pada angkutan pedesaan yang akhirnya diambil menjadi kendaraan pribadi,” kata dia, hari ini.

Menteri Perindustrian M.S Hidayat sebelumnya pernah mengatakan bahwa kebijakan mobil murah ramah lingkungan (LCGC) akan segera dikeluarkan. Rencananya, salah satu isi dari kebijakan tersebut akan membebaskan mobil kategori LCGC dari pajak pertambahan nilai barang mewah (PPNBM).

Sejumlah distributor mobil seperti Astra dan Tata Motors Indonesia bahkan sudah mempersiapkan mobil yang dapat menerima insentif pajak LCGC.

Ahmad mengatakan masyarakat Jakarta yang tinggal di kota yang memiliki tingkat polusi udara tertinggi ternyata tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai pencemaran udara ini.

“Orang-orang cenderung membeli kendaraan hanya melihat dari fungsi umum di luar dari apakah kendaraan tersebut ramah lingkungan atau tidak,” sebutnya.

Untuk itu, sambungnya, ketika kebijakan mobil murah justru tidak bisa sepenuhnya berhasil dan malah cenderung menjadi bumerang bagi Jakarta, maka Pemerintah bersama industri otomotif disarankan melakukan alternatif lain yakni dengan memberikan rating terhadap mobil yang ramah lingkungan.

Pemerintah Indonesia didesak untuk segera melakukan perubahan atas sistem transportasi yang ada sehingga menjadi lebih ramah lingkungan dan tidak semakin membahayakan kualitas udara khususnya di ibukota. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan memberikan rating kepada kendaraan yang diukur dari tingkat emisi yang dikeluarkannya.

“Bagaimana kita memberikan rating kepada kendaraan, misalnya mobil yang konsumsi BBMnya sangat irit diberikan bintang lima, yang dibawah itu empat, dan seterusnya, atau bahkan ada mobil yang tidak usah diberikan rating karena malah justru sangat tidak ramah lingkungan,” kata Ahmad

Dalam konteks ini misalnya, sambungnya, meningkatkan kualitas udara dari sumber bergerak, pemerintah dapat memetakan dari lima aspek yang salah satunya adalah bahan bakar, teknologi kendaraan, manajemen transportasi, emisi standar dan penegakkan hukum.

Sumber: Asia Nusa