Tambang bauksit rusak, akibat terlalu banyak permintaan dari jepang mengakibatkan kerusakan lingkungan |
MedanBisnis – Jakarta. Belum adanya
industri pengolahan bahan baku bauksit menjadi alumina membuat 100%
bauksit mentah diekspor. Bahkan sejak 2011 terjadi ekspor besar-besaran
bauksit yang mencapai 40 juta ton per tahun.
Menteri
Perindustrian MS Hidayat mengatakan, industri alumunium adalah industri
terpenting kedua setelah industri besi baja. Tetapi pada saat ini
industri aluminum hulu khususnya yang mengolah bahan baku bauksit
menjadi alumina belum ada di Indonesia.
"Padahal kebutuhan alumina PT Inalum (perusahaan yang memproduksi aluminium) saat ini mencapai 500.000 ton per tahun. Dan yang jadi masalah seluruhnya harus diimpor. Sementara itu produksi aluminium ingot PT Inalum sebesar 240.000 ton per tahun sebanyak 60%-nya atau 135.000 ton diekspor ke Jepang," ujar Hidayat di Jakarta, Rabu (13/6).
Apalagi kata Hidayat, pada sisi lain, industri hilir aluminium nasional masih membutuhkan aluminium ingot sebesar 600.000 ton yang 83%-nya masih diimpor. "Sebanyak 135.000 produksi aluminium ingot PT Inalum diekspor ke Jepang, padahal industri hilir aluminium nasional masih membutuhkan aluminium igot sebesar 600.000 ton yang sebagian besar (83%) masih diimpor," ungkapnya.
Sementara saat ini telah terjadi ekspor besar-besaran bijih bauksit khususnya pada 2011 yang mencapai sebesar 40 juta ton, meningkat 5 kali dibanding di 2008. "Sementara cadangan terbukti bauksit Indonesia adalah sebesar 180 juta ton, sehingga diperkirakan cadangan tersebut akan habis dalam 4-5 tahun ke depan. Apabila tidak dilakukan pengendalikan ekspor bauksit yang akan berakibat tidak tumbuhnya industri aluminium dalam negeri," katanya. (dtf)
"Padahal kebutuhan alumina PT Inalum (perusahaan yang memproduksi aluminium) saat ini mencapai 500.000 ton per tahun. Dan yang jadi masalah seluruhnya harus diimpor. Sementara itu produksi aluminium ingot PT Inalum sebesar 240.000 ton per tahun sebanyak 60%-nya atau 135.000 ton diekspor ke Jepang," ujar Hidayat di Jakarta, Rabu (13/6).
Apalagi kata Hidayat, pada sisi lain, industri hilir aluminium nasional masih membutuhkan aluminium ingot sebesar 600.000 ton yang 83%-nya masih diimpor. "Sebanyak 135.000 produksi aluminium ingot PT Inalum diekspor ke Jepang, padahal industri hilir aluminium nasional masih membutuhkan aluminium igot sebesar 600.000 ton yang sebagian besar (83%) masih diimpor," ungkapnya.
Sementara saat ini telah terjadi ekspor besar-besaran bijih bauksit khususnya pada 2011 yang mencapai sebesar 40 juta ton, meningkat 5 kali dibanding di 2008. "Sementara cadangan terbukti bauksit Indonesia adalah sebesar 180 juta ton, sehingga diperkirakan cadangan tersebut akan habis dalam 4-5 tahun ke depan. Apabila tidak dilakukan pengendalikan ekspor bauksit yang akan berakibat tidak tumbuhnya industri aluminium dalam negeri," katanya. (dtf)
Sumber: Medan Bisnis Daily
Tidak ada komentar:
Posting Komentar