Welcome

News Industri Indonesia

Minggu, 15 Desember 2013

Ini 5 Mineral yang Perlu Dikembangkan Pemerintah


Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melansir sejumlah mineral yang perlu dikembangkan di Indonesia.

Menurut Kepala Badan Geologi, Dr Ir R Sukhyar, ada 5 jenis mineral yang harus diperhatikan Pemerintah Indonesia untuk lebih meningkatkan jumlah industri yang dapat menyerap mineral-mineral tersebut.

"Ada lima jenis mineral yang menjadi saka guru di Indonesia yaitu nikel, bauksit, tembaga, timah, dan besi," kata Sukhyar di Bandung, Jumat (13/12/2013).

Jika dikembangkan, kata Sukhyar, 5 mineral tersebut dipastikan mampu untuk menopang kebutuhan industri dalam negeri. "Indonesia tidak perlu lagi bergantung pada mineral dari luar negeri. Indonesia bisa membangun industri dalam negeri berbasis 5 mineral tadi," jelasnya.

Menurut catatan Dirjen Mineral Kementrian ESDM pada tahun 2013, cadangan mineral jenis nikel sebesar 1,17 miliar ton bijih, sementara sumber daya alam yang dimiliki mencapai 3,5 miliar ton bijih.

Adapun untuk mineral jenis bauksit, cadangan yang dimiliki mencapai 582 juta ton bijih, sementara sumber daya alam yang ada mencapai 1,2 miliar ton bijih.

"Untuk timah cadangannya 800 juta ton, sementara sumber dayanya hanya 450 juta ton. Kenapa sumber daya bisa lebih besar daripada cadangan? Itu berarti sumber daya sudah dikonversi ke cadangan bukan?" terangnya.

Sukhyar melanjutkan, untuk mineral jenis tembaga, cadangan yang dimiliki mencapai 3 miliar ton bijih, sementara sumber dayanya mencapai 17 miliar ton bijih. Selain itu, untuk mineral jenis besi yang berasal dari pasir besi memiliki cadangan mencapai 173 juta ton, sementara untuk sumber daya alamnya mencapai 2,1 miliar ton.
"Kalau yang berasal dari bijih besi cadangannya kecil, hanya 56 juta ton sementara sumber daya alamnya mencapai 700 juta ton," bebernya.
Sumber: Kompas

Selasa, 12 November 2013

Kemenperin subsidi mesin produksi yang dibeli IKM


Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan subsidi potongan harga sebesar 30%-40% untuk pembelian mesin produksi seharga Rp 30 juta-Rp 300 juta untuk industri kecil menengah (IKM).

"Potongan harga ini untuk pembelian mesin produksi, misalnya mesin buatan dalam negeri dapat potongan 40%, untuk mesin impor dipotong 30%," kata Direktur Jenderal IKM Kemenperin Euis Saedah ditemui disela-sela Pameran Jakcraft VI di Plasa Pameran Kementerian Perindustrian, Selasa (12/11/2013).

Euis mencontohkan mesin bordir buatan China dengan 12 kepala harganya Rp 100-Rp 300 juta atau mesin goreng buah buatan dalam negeri Rp 40 juta.

"Sekarang itu lagi tren mesin bordir dari China Rp 100 juta-Rp 300 juta dengan 12 kepala, jadi tinggal masukkan foto ke dalam komputer, mesinnya jalan sendiri membentuk sesuai gambar, ada pula mesin buatan dalam negeri yang banyak diminati yakni mesin goreng buah, itu harganya Rp 40 juta, lumayankan dapat potongan 30-40% bisa buat modal lain," ungkapnya.

Euis mengungkapkan sangat mudah bagi IKM untuk bisa mendapatkan potongan harga dari Kemenperin.

"Ini bebas siapapun pengusahanya, kalau Anda mau, beli dulu mesinnya lalu notanya tunjukkan ke kami, datang saja ke lantai 15 Kementerian Perindustrian, setelah itu ada petugas yang mengecek mesinnya, buatan mana, harganya berapa, diperuntukkan untuk apa, setelah itu sudah cair uangnya," katanya.

Euis menambahkan program ini sebetulnya sudah dimulai sejak 2010, dan peminatnya sangat banyak sekali. "Tahun ini total subsidi potongan harga mesin produksi dianggarkan Rp 11 miliar, tahun depan kami targetkan Rp 20 miliar," tutupnya.

Sumber: Detik

Sabtu, 02 November 2013

Pengusaha: Myanmar dan Kamboja Bakal Salip RI Karena Upah Buruhnya Murah



Daya saing ekonomi Indonesia saat ini masih lemah, dilihat dari peringkat kemudahan berbisnis (Doing Business) yang dikeluarkan Bank Dunia. Indonesia terancam disalip oleh Myanmar dan Kamboja.

Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton Supit, Indonesia terancam disalip Myanmar dan Kamboja karena salah satu penyebabnya adalah upah buruh di dua negara itu murah.

"Myanmar dan Kamboja itu upah buruhnya lebih murah dia. Kita bakal disaingi sama dia," kata Anton saat ditemui di Cikini, Jakarta, Sabtu (2/11/2013).

Upah buruh buruh di Myanmar dan Kamboja, ujar Anton, rata-rata hanya mencapai US$ 40/bulan. Sedangkan upah buruh di Indonesia rata-rata US$ 200/bulan. Selain dilihat dari upah yang lebih rendah, produktivitas kerja buruh di Myanmar dan Kamboja juga lebih baik.

Hal ini menyebabkan para investor asing khususnya di sektor industri padat karya seperti garmen, tekstil, dan makanan minuman memilih merelokasi investasi mereka dari Indonesia ke Myanmar dan Kamboja. 

Anton menambahkan, tidak hanya Myanmar dan Kamboja saja, Vietnam nantinya bisa sejajar atau bahkan menyalip Indonesia.

"Artinya nanti negara yang sama atau sebanding Indonesia itu ada 3 negara yaitu Vietnam, Myanmar, dan Kamboja. Yang penting saat ini iklim investasi harus dijaga oleh pemerintah betul," cetus Anton.

Dalam laporan 'Doing Business 2013' yang dikeluarkan Bank Dunia, peringkat kemudahan berbisnis Indonesia adalah 120 dari 189 negara di dunia yang disurvei. Indonesia jauh di bawah Singapura yang menduduki peringkat 1 dan Malaysia yang menduduki peringkat 6.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kadin Erwin Aksa mengatakan, kalangan dunia usaha mengimbau pemerintah Indonesia serius membangun daya saing ke depan. Bila tidak, Indonesia bakal disalib negara-negara Indo China. Bahkan sekarang Vietnam sudah jauh di atas Indonesia.

"Bila kita tidak serius, negara-negara Indo China seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar, tidak mustahil meninggalkan kita. Vietnam sudah jauh meninggalkan kita," ujar Erwin.

Dalam pernyataan, Erwin merinci, Vietnam sukses melakukan perbaikan dalam melindungi hak-hak investor dan perpajakan. "Kamboja lain lagi. Dia ada kemajuan dalam perpajakan, begitu juga dengan Laos, dan Myanmar," papar Erwin. 

Kemajuan yang pesat dialami Filipina. Di bawah pemerintahan Ninoy Aquino, Filipina mengambil terobosan di sektor keuangan guna mendukung pertumbuhan sektor riil. "Hasilnya, kebijakan Ninoy ini membuat akses pembiayaan lembaga keuangan mengalami peningkatan pesat dari peringkat 126 menjadi peringkat 86, dalam memperoleh pembiayaan bank atau naik 40 tingkat. Ekonominya tumbuh 7%," ujar Erwin.

Dirilis oleh Bank Dunia, peringkat kemudahan berbisnis Indonesia di posisi 120 dari 189 negara yang disurvei. Tak berdaya dari Singapura dan Malaysia, Indonesia juga kalah dibandingkan Thailand (18) dan Brunei Darussalam (59),

Tak hanya itu, peringkat kemudahan bisnis Indonesia juga masih kalah dari Vietnam yang berada di peringkat 99, dan Filipina 108 dunia. Indonesia hanya hanya unggul dari Kamboja yang ada di peringkat 137 dan Myanmar 182.

"Sangat pahit, kita sebagai negara besar dan sumber dayanya besar, tapi tak punya percepatan yang cukup mengejar perbaikan infrastruktur. Padahal stabilitas politik dan ekonomi makro kita jauh lebih bagus," jelas Erwin.

Sumber: Detik

Rabu, 30 Oktober 2013

Prototype Tank Produksi Pertama Indonesia

prototype tank yang diproduksi PT Pindad
PT Pindad (Persero) siap meluncurkan tank asli buatan Indonesia yang pertama ke publik. Tank ini sekarang masuk ke fase pematangan model prototype atau purwarupa tank tipe medium di pusat pengembangan. 

Dari gambar yang diteroleh detikFinance, tampilan body terlihat mirip panser Anoa 6X6. Kepala Departemen Humas dan Hukum PT Pindad Tuning Rudiyanti menjelaskan medium tank karya Pindad ini memang masih perlu penyempurnaan.

"Nah, kalau tank itu kita mulai dari kelas medium. Sekarang untuk tank baru masuk di litbang. Secara fisik iya sudah jadi tapi kalau teknis baru setengahnya. Ini bisa dilihat di Pindad. Ini benar-benar karya Pindad," ucap Tuning kepada detikFinance, Rabu (30/10/2013).

Tank ini merupakan loncatan dari pengembangan panser Anoa dan kendaraan taktis Komodo. Ketika prototype tank bernama SBS ini tuntas, produsen senjata dan kendaraan tempur pelat merah ini siap melanjutkan ke proses sertifikasi di Kementerian Pertahanan.

"Nanti kalau sudah jadi prototype diajukan sertifikasi baru diproduksi," jelasnya.

Tank produksi bangsa Indonesia ini, bisa disejajarkan dengan tank kelas medium seperti Marder. Selain mengembangkan tank sendiri, Pindad juga ikut membantu Kementerian Pertahanan Indonesia bersama Turki mengembangkan medium tank.

Sumber: Detik

Sabtu, 26 Oktober 2013

Turbin Uap Pertama Buatan Indonesia Dipesan Untuk Proyek PT Sawit Putra Riau

Perusahaan produsen turbin PT Taka Turbotechnology Indonesia telah mampu menghasilkan produk turbin uap (steam turbine) pertama di Indonesia. Satu unit steam turbine diproduksi untuk memenuhi pesanan PT Zug Industry Indonesia.

Turbin uap pesanan PT Zug Industry Indonesia tersebut berkapasitas 4 MW yang akan dipasang di proyek PT Sawit Putra Riau, dan diselesaikan dalam waktu kurang lebih 1 tahun.

"Kami kerjakan 18 hari lebih awal dari waktu yang dijanjikan yaitu 1 tahun," kata Chairman Taka Group Denny Andri saat ditemui di sela acara Peluncuran Turb in Uap Pertama PT Taka Turbotechnology Group di PT Taka, Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Sabtu (26/10/2013).

PT Taka Turbotechnology Indonesia menargetkan dalam 5 tahun ke depan bisa membuat 20 unit turbin uap dengan kapasitas sampai 35 MW dalam 1 tahun, dengan tingkat komponen dalam negeri sebesar 50%. Sedangkan saat ini, dia baru bisa memproduksi 1 unit turbin uap berkapasitas 15 MW dengan tingkat komponen dalam negeri sebesar 30%, karena bahan baku utama yaitu baja masih diimpor.

"Kami harapkan ke depannya ada industri baja yang memenuhi bahan baku kita. Kalau ada, TKDN kita bisa 100%," tambahnya.

Dalam memproduksi turbin uap, PT Taka Turbotechnology bekerja sama dengan perusahaan China yaitu Xi'an Shaan Gu Steam Turbine. Kedua perusahaan tersebut melakukan joint venture atau kerjasama dengan nilai investasi sebesar US$ 1 juta selama 5 tahun dengan komposisi 30% untuk Xi'ann Shaan Gu dan 70% dari Taka Indonesia.

"Investasi ini difokuskan pada penambahan permesinan seperti high speed balancing, pengembangan SDM, transfer technology dan research and development, dan lainnya," papar Denny.

Sampai hari ini kami membuar 1 steam turbin 4 MW dengan tkdn 30%. Tahun 2014-2017 kami masuk size yang lebih besar hingga 25 mw tkdn 40%. 2018. Tkdn lebih dari 50% dan ukuran lebih dari 35 MW.

Selain Indonesia, ke depannya PT Taka Turbotechnology pun akan membidik pasar internasional. Turbin uap bisa dipakai untuk proyek perkebunan, pertanian, pembangkit listrik, dan kebutuhan industri lainnya.

Sumber: Detik

Foxconn: Indonesia Masa Depan Kami


Perusahaan elektronik Foxconn atau Hon Hai Precision Industry Co Ltd, produsen gadgetasal Taiwan, menyatakan komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia. Berikut kutipan wawancara dengan CEP Foxconn Terry Gou dan juru bicara Foxconn Simon Hsing di sela-sela APEC CEO Summit Nusa Dua, Senin (7/10/2013) lalu. Foxconn merupakan pemasok berbagai komponen produk eletronik, termasuk telepon pintar Apple. Foxconn sudah menyatakan niatnya berinvestasi di Indonesia.
Apa alasan Foxconn berinvestasi di Indonesia?
Ada tiga alasannya. Pertama, orang-orang di Indonesia itu baik, mudah diajak bekerja sama. Kedua, pemerintahan yang efisien. Namun, kami masih harus banyak berbicara dengan pemerintah. Ketiga, lokasi Indonesia bagus. Kami memiliki pabrik-pabrik kecil di Vietnam, Thailand, dan India. Kami akan membantu Indonesia membangun sumber daya nasional. Di sini banyak sumber daya. Harus ada juga integrasi rantai produksi, juga nilai tambah untuk negara ini. Indonesia adalah masa depan kami.
Kapan pabrik akan terealisasi? Berapa besarnya investasi?
Kami masih harus berbicara dengan banyak pihak dan melakukan kajian terhadap rencana ini dengan hati-hati. Investasi ini bukan sekadar angka, bukan sekadar berapa nilai investasi. Kami ingin membangun industri ICT. Ingin membantu Indonesia. Kami akan membuat ribuan jenis produk, tidak hanya produk telepon genggam saja, tetapi banyak lagi. Ini masih tahap awal. Pemerintah sangat bersabar dalam pembicaraan ini.
Kapan finalnya?
Diharapkan pada tahun 2014 mendatang semua tahap akan diselesaikan. Akan ada kabar baik pada tahun 2014 mendatang. Ketika itu, sudah ada tempat, sudah ada perusahaan, sudah ada mitra.
Di Indonesia bermitra dengan siapa?
Kami merasa tidak nyaman menyebutkan satu nama. Bisa saja mitra kami di sini lebih dari satu. Semua pihak sangat mungkin untuk menjadi mitra kami. Kami sedang bekerja dengan sangat intensif untuk menyelesaikannya.

Sumber: Kompas

Rabu, 23 Oktober 2013

Hidayat: Industri Dasar Sudah Mulai Dibangun


Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat mengatakan, pemerintah telah memulai membangun industri dasar sejak tiga tahun lalu. Industri utama yang difokuskan pemerintah adalah industri besi baja, metal logam, petrokimia, dan industri hulu lainnya. 

Diharapkan, satu tahun ke depan, industri pembuatan mesin tekstil dan manufaktur akan dibuat di Indonesia sehingga tak perlu impor. "Kalau besi baja dan logam dasar sudah dimulai," ujarnya di pabrik Nippon Shukobai Cilegon, Rabu, 23 Oktober 2013.

Terkait dengan kebijakan insentif untuk industri baru seperti tax allowence, kata Hidayat, prosesnya sedang berjalan. "Dari kami dan Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah lolos. Tinggal pendalaman saja."

Karena itulah, MS Hidayat meminta agar penambahan kapasitas produksi petrokimia PT Nippon Shukobai Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. "Sebagian untuk domestik dan sebagian diekspor ke Asia," kata Hidayat. 

Ia menilai industri petrokimia merupakan industri utama (hilir) yang mesti diprioritaskan. Pasalnya, industri semacam ini dapar menekan impor bahan baku sehingga kebutuhan domestik bisa terpenuhi oleh perusahaan yang berbasis di Indonesia.

Sumber: Tempo

Ambil Alih Inalum, Senat Indonesia Dukung Langkah Pemerintah

Inalum company, Produce Aluminum Ingot
Komisi VI DPR menyepakati enam butir kesepakatan untuk mengambil alih PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) antara pemerintah RI dengan pihak Jepang. 

Dengan kesepakatan ini, pemerintah bisa segera bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku. Pertama, Komisi VI DPR memberikan persetujuan usaha tim perunding proyek Asahan melalui Keputusan Presiden RI nomor 27 tahun 2010 dan meminta proses pengambilalihan bisa terlaksana.

"Sehingga, Inalum dapat menjadi 100 persen milik Indonesia terhitung sejak 1 November 2013," kata Ketua Komisi VI Airlangga Hartarto saat rapat kerja Inalum di Jakarta, Selasa (22/10/2013). 

Kedua, Komisi VI DPR menyetujui pembayaran share transfer atas nama pemerintah Indonesia untuk dibayar langsung sesuai kesepakatan dengan NAA sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Master Agreement (MA) beserta addendumnya dan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. 

Ketiga, Komisi VI DPR meminta pengelolaan Inalum setelah pengakhiran perjanjian tetap berada di bawah pembinaan Kementerian BUMN sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 

Keempat, Komisi VI menerima keinginan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara dan 10 pemerintah kabupaten atau kota sekawasan Danau Toba dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan atau daerah strategis proyek Asahan untuk berpartisipasi memiliki saham Inalum dengan catatan saham pemerintah dipertahankan minimal 70 persen. 

Kelima, Komisi VI akan mengawasi pelaksaan hasil rapat kerja ini melalui Panja Inalum. "Namun kami memberikan catatan yaitu Komisi VI meminta pemerintah segra merealisaasikan pembayaran annual fee dan dana lingkungan yang tertunggak kepada pemerintah provinsi atau pemerintah daerah Sumatra Utara dan kabupaten atau kota terkait," tambahnya. 

Rapat penyelesaian ini selesai pukul 22.10 wib. Rapat ini juga dihadiri oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Mardiasmo.

Sumber: Kompas

1.000 Investor Eropa Siap Investasi di Republik Indonesia

Meski sedang dilanda badai krisis keuangan, Uni Eropa (UE) agresif memacu investasi di Indonesia. Ke depan, negara tersebut memperkirakan sekitar 1.000 perusahaan asal Uni Eropa akan menanamkan modalnya di tanah air dengan nilai mencapai 130 miliar euro.

Jacob Friis Sorensen, Chairman EuroCham Indonesia mengatakan, kerja sama bisnis antara Eropa dan Indonesia diharapkan semakin kuat dengan meningkatkan hubungan ekonomi di beberapa sektor.
"Sektornya tentu yang menguntungkan kedua belah pihak. Sehingga membuka kesempatan supaya Indonesia menjadi negara dengan perekonomian terhebat," ujarnya di acara 4th UE-Indonesia Business Dialogue di Jakarta, Selasa (22/10/2013).

Sementara itu, HE Olof Skoog, EU Ambassador-desigate for Indonesia, Brunei Darussalam and ASEAN menambahkan, Indonesia mengalami surplus perdagangan dengan Uni Eropa sebesar 5,7 miliar euro pada 2012.

Dalam catatannya, Indonesia dan Uni Eropa membukukan kerja sama bilateral mencapai 23 miliar euro di tahun lalu. "Dengan angka ini, Eropa menjadi investor kedua terbesar di Indonesia," ucap dia.

Kendati demikian, Skoog menyebut, mesi nilai investasi tersebut mencapai rekor tertinggi, namun masih jauh di bawah investasi dari negara tetangga Indonesia, antara lain Singapura 52 miliar, Malaysia sebesar 35 miliar euro, dan Thailand 32 miliar euro.

"Pada tahun-tahun mendatang, kami memperkirakan ada 1.000 perusahaan akan berinvestasi di Indonesia senilai 130 miliar euro dan membuka kesempatan kerja sebanyak 1,1 juta," paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Chris Kanter menyebut kerja sama bilateral Indonesia dan Uni Eropa akan saling melengkapi.

"Kami membutuhkan investasi di Eropa, dan Eropa membutuhkan negara-negara berkembang. Keduanya adalah mitra yang sempurna," terang dia.

Uni Eropa saat ini tengah menjalin negosiasi perdagangan dengan negara-negara di kawasan ASEAN, seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam. Dan negara tersebut sudah menandatanganinya dengan Singapura.

"Acara ini sangat penting untk memperkuat hubungan Kadin Indonesia dan Kadin Eropa, sehingga tercipta hubungan perdagangan yang hebat. Kami akan banyak diskusi hari ini, ada enam topik diskusi yang akan dibahas, seperti kesepakatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan bagaimana peran sektor swasta berkontribusi terhadap ekonomi," jelas Chris.

Dia mengaku, dalam kurun waktu dua dekade, banyak perusahaan Eropa yang mengembangkan investasi di Indonesia, khususnya sektor manufaktur. Chris berharap, hubungan bisnis Indonesia dan Uni Eropa semakin meningkat ke depan dengan bisnis-bisnis menguntungkan.

Sedangkan, Dirjen Kerja Sama Industri Kementerian Perindustrian, Agus Tjahajana menuturkan, pemerintah harus fokus mengembangkan sektor minyak dan gas. "Ada sektor yang cukup besar jika pengelolaannya diperbaiki, yaitu sektor baja, serta sektor otomotif yang menjadi sektor terkuat terutama di ASEAN, juga sektor yang meningkatkan nilai tambah," pungkas dia. (Fik/Nur)

Sumber: Liputan6

14 Perusahaan Tambang Minat Bangun Smelter di Indonesia

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mencatat ada 14 perusahaan tambang dan mineral yang siap membangun smelter atau pabrik pemurnian. Namun hanya 2 perusahaan yang sudah melakukan tahap uji kelayakan atau Feasibility Study (FS).

"Yang mau bangun smelter belum terlalu banyak. Yang mengajukan minat baru ada 14 perusahaan. Yang sudah dalam tahap FS ada, perusahaan penambangan mineral Harita di Kalimantan Barat sudah groundbreaking dan satu yang kecil, perusahaan nasional di Sulawesi Tengah sudah berjalan," Wakil Ketua Kadin Bidang ICT and Broadcast Didie Suwondho saat konferensi pers terkait masa depan Industri Pertambangan Nasional, di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa (22/10/2013).

Ia menjelaskan minat perusahaan untuk membangun smelter masih sedikit. Hal itu karena belum ada kejelasan soal insentif dan tingginya investasi untuk membangun sebuah smelter.

"Biaya investasinya kan besar sekali tergantung kapasitas. Nanti smelternya seperti apa, apakah l atau highly integrated ya selama bisa meningkatkan nilai tambah atau value added kita mendukung penuh," katanya.

Didie meminta kepada PT Aneka Tambang Tbk sebagai perusahaan yang lebih dulu mengolah mineral untuk mengajak perusahaan lain membangun smelter di dalam negeri.

"Meminta Antam menjadi penjuru industri mineral atau mining di Indonesia. Kekuatan Antam ada di bauksit dan nikel, Antam juga bisa mengajak pengusaha-pengusaha dalam negeri untuk jadi partner," kata Didie.

Sumber : Detik

Selasa, 22 Oktober 2013

Mobil Nasional Bakal Diborong Pemerintah

Rajawali, SMK Motor Company
Pemerintah tengah merancang startegi untuk kembali menghidupkan mobil nasional. Rencananya, kemenperian perindustrian (Kemenperin) bakal membeli produk-produk kendaraan dalam negeri untuk kemudian didistribusikan ke sejumlah pemerintah daerah di Indonesia.


Mobil SMK Motor Company Hasil Kerjasama Dengan Cina
Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kemenperin, Soerjono mengaku telah menganggarkan dana untuk pembelian produk-produk hasil lokal tersebut. Langkah ini diharapkan bisa membantu memajukan industri otomotif lokal.

"Saya buat anggaran saya mau beli itu tahun ini saya kemudian serahkan ke Pemda, tujuannya bangun image saja, tanpa menggunakan merek global," ujar Soerjono dalam Diskusi Mengenai 'Program Low Cost and Green Car, Dampak dan Solusinya' di kantor Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Perhubungan, Jakarta, Selasa (22/10/2013).

Indonesia selama ini diketahui telah membuat produk mobil nasional seperti Tawon, Viar, dan Esemka. Sayangnya, produk-produk tersebut hilang dari peredaran karena tidak adanya dukungan dari berbagai pihak, terutama kalangan perbankan.

"Saya membina itu sudah lebih dari 6 tahun dan saya kesulitan menjualnya. Bank itu nggak mau membiayai," ungkapnya.

Berkaca dari pengalaman tersebut, Soerjono mengimbau pemerintah untuk melibatkan kalangan perbankan dalam menentukan kebijakan membangun industri lokal.

Indonesia bahkan pernah memiliki industri pelayanan keuangan yang khusus memfasilitasi industri lokal tanpa harus memperhitungkan masalah untung dan ruginya.

"Bank kita kan Tbk semua, Tbk itu tidak boleh membiayai yang merugikan. Ya kegiatan keindustrian itu ya seperti itu, perbankan masih menjadi hambatan pengembangan industri selama ini," tutup Soerjono.

Sumber: Liputan6 

Senin, 21 Oktober 2013

Indoferro integrasikan bisnis dari hulu ke hilir


CILEGON. PT Indoferro mengembangkan sayap bisnisnya dengan mengintegrasikan industri baja dan stainless steel. Setelah rampung membangun unit pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) pig iron dan nickel pig iron (NPI), anak usaha Growth Steel Group ini berencana merambah ke lini bisnis yang lain, mulai akuisisi areal pertambangan hingga pembangunan pabrik stainless steel.
Radius Suhendra, Direktur Utama Indoferro, menargetkan, industri pertambangan tersebut sudah dapat terintegrasi pada tahun 2016 mendatang. "Nilai investasi keseluruhan proyek ini belum pasti. Namun, kami perkirakan minimal US$ 800 juta karena investasi di hulu akan cukup besar," ujar dia ketika menerima kunjungan media di Cilegon, Sabtu (19/20).
Menurut Radius, awal tahun depan, perusahaannya juga  akan melanjutkan proyek pembangunan smelter yang memiliki produk akhir feronikel alloy. Fasilitas itu ditargetkan beroperasi tahun 2015.
Kini, Indoferro tengah melakukan penjajakan ke sejumlah lembaga keuangan untuk memperoleh pinjaman. "Investasinya sekitar US$ 160 juta dengan kapasitas produksi 15.000 ton nikel murni per tahun dan kebutuhan bahan baku bijih nikel sekitar 800.000 ton per tahun," katanya.
Dia bilang, setelah smelter tersebut rampung, proyek akan dilanjutkan lebih ke hilir, yakni pembangunan pabrik stainless steel. Smelter feronikel alloy dan pabrik stainless steel akan dibangun di kompleks yang sama dengan smelter NPI di kawasan industri di Cilegon dengan total luas lahan 25 hektare.
Selain itu, Indoferro juga berencana masuk ke sektor hulu dengan mengakuisisi izin usaha pertambangan (IUP) bijih besi dan bijih nikel untuk menjamin pasokan bahan baku. Tanpa merinci secara detail jumlah investasi yang disiapkan, Indoferro bakal mulai menggulirkan agenda akuisisi pertambangan di awal tahun depan.
Selama ini, untuk kebutuhan bahan baku smelter pig iron, Indoferro membeli bijih besi dari Kalimantan. Sedangkan NPI mendapat pasokan dari Sulawesi. Seluruh bahan baku dibeli secara spot. "Kami akan melihat kondisi pada Januari depan setelah ekspor mineral mentah dilarang. Kalau ada IUP yang dijual dengan harga murah, kami akan beli saja," kata Radius.
Sumber: Kontan

Minggu, 20 Oktober 2013

Dalam 5 Tahun Hanya 1 Pabrik Gula Baru yang Berhasil Dibangun


Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengapresiasi langkah PT Gula Multi Manis (GMM) membangun pabrik gula baru, karena akan meningkatkan produksi gula, dapat mengurangi impor dan membantu pemerintah dalam program swasembada gula. GMM diklaim satu-satunya pabrik gula baru yang berdiri sejak 5 tahun terakhir atau sejak 2009.

Pabrik gula GMM dibangun dengan investasi sebesar Rp 1,7 triliun. Pabrik ini akan memiliki kapasitas penggilingan tebu sebesar 6.000 TCD (Ton of Cane per Day). Tahun 2014 rencananya pabrik baru gula ini akan mulai berproduksi. Dengan rendemen minimal sampai 8 persen, produksi gula pabrik GMM akan mencapai 50 ribu ton pe tahun.

Suswono mengatakan program swasembada gula banyak mengalami kendala.Pertama, kendala lahan karena dibutuhkan setidaknya tambahan lahan 350.000 hektar khusus untuk menanam tebu.

"Hingga sekarang tambahan lahan itu tidak ada, sehingga luas panen tebu sejak dicanangkan tahun 2009 hingga sekarang tidak bertambah," kata Suswono saat meresmikan gudang gula milik pabrik gula PT Gula Multi Manis (GMM) di Desa Jappah, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dikutip Minggu (20/10/2013)

Kedua, adalah revitalisasi pabrik gula. Pabrik gula yang ada merupakan pabrik gula peninggalan Belanda. Mesin-mesinnya perlu diremajakan agar dapat meningkatkan rendemen, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produksi gula nasional. Namun langkah revitalisasi pabrik gula juga tidak dilakukan. Sehinga pabrik-pabrik yang ada masih beroperasi menggunakan mesin-mesin lama.

Ketiga, adalah pembangunan pabrik gula baru. Untuk mencapai swasembada gula ketika itu diperlukan 20-25 pabrik gula baru. Tetapi sejak 2009 baru satu pabrik yang dibangun yakni GMM.

"Ya baru GMM ini, pabrik (gula) baru yang dibangun sejak 2009," kata Suswono. Ia mengatakan ketiga masalah tadi kewenangannya tidak berada di kementeriannya. Menurutnya wilayah Kementan adalah peningkatan produksi tebu petani untuk mensuplai pabrik gula.

"Kementan hanya fokus pada penyediaan bibit tebu yang baik dan pembinaan petani agar produksi tebunya meningkat," kilah Suswono.

Selain itu, Suswono meminta pengusaha agar tak hanya menjadi pedagang saja. Pengusaha harus berani keluar modal untuk membangun fasilitas produksi khususnya di sektor pangan khususnya gula.

"Jangan bisanya hanya impor, kemudian dijual di dalam negeri. Ini namanya hanya mau untungnya saja," katanya.

Sumber: Detik

Utamakan Konsumsi Produk Indonesia

Ikatan Alumni Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) menggulirkan semangat nasionalisme, "Cinta Produk Buatan Lokal dengan Semangat Indonesianisme". Dengan potensi pasae 240 juta jiwa, Indonesia tengah dibidik menjadi pasar terutama oleh produk-produk impor yang tidak punya efek berantai bagi perekomian nasional. 

"Kami ingin mulai inisiasi yang paling mudah, guna mendukung insinyur-insinyur muda Indonesia agar punya kesempatan yang baik," jelas Ahmad Rizal, pengurus Ilumni Mesin ITB di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (17/10/2013). 

Lantas apa hubungannya antara mencintai produk buatan lokal dengan kesempatan insinyur lokal?  Dengan mengutamakan konsumsi produk atau jasa lokal, otomatis perusahaan dengan basis produksi di Indonesia akan lebih butuh SDM lokal. Ke depan, hal ini mendorong perusahaan membangun pusat rekayasa produk secara lokal juga.

"Menyediakan area dimana para insinyur lokal bisa berkarya, lewat fasilitas R&D, produksi dan sebagainya. Ujungnya insinyur Indonesia bisa berperan lebih di negeri sendiri dan tatanan global," kata Vernon Sapalatua, Sekjen Ilumni Mesin ITB. 

Kasta 

Untuk lebih mudah mengkasifikasi produk-produk buatan lokal, Ilumni Mesin ITB juga membagi kategori dalam empat kasta utama. Kasta pertama, memakai produk buatan produsen nasional. Kedua, menggunakan produk asing yang diracang bangun dan diproduksi di Indonesia. Ketiga, mengutamakan produk asing yang diproduksi lokal. Terakhir, menggunakan produk asing dari produsen yang punya fasilitas produksi di Indonesia. 

"Intinya melihat seberapa besar kontribusi masing-masing merek terhadap Indonesia. Semakin besar, itu yang kita pilih untuk dibeli," ucap Achmad Rizal. 

Sementara itu, untuk memulai gerakan "Indonesiaisme", Ilumni Mesin ITB mau menggelar pameran produk buatan insinyur lokal, jebolan ITB. Pameran bertajuk "Indonesiaisme" ini dilaksanakan di Kampus Aula Timur ITB, Dago, Bandung, 26 Oktober 2013. 

Pameran ini akan menunjukkan kalau insinyur Indonesia berkualitas dan sudah berhasil menghasilkan produk-produk berdaya saing. Dengan pameran ini, Ilumni berharap bisa membuka mata warga atas kemahiran SDM nasional dan merangkul generasi muda untuk lebih maju lagi.

Sumber: Kompas

Pengusaha Tambang Indonesia: Kekayaan Alam Dikuasai Asing


Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) meminta pemerintah mengatur ulang bisnis pertambangan mineral. Pasalnya selama ini Apemindo menilai pengelolaan tambang mineral nasional telah dikuasai oleh perusahaan asing.
Ketua Umum Apemindo Poltak Sitanggang mengatakan, selama ini kekayaan alam Indonesia banyak yang mengalir keluar negeri. Banyak kegiatan pertambangan yang dilakukan di daerah, namun kesejahteraan tidak pernah terlihat di daerah.

"Kita dari pengusaha nasional mengimbau agar kekayaaan alam kita tidak dirampok oleh asing," ujar Poltak, Jumat (18/10/2013).
Poltak menambahkan, masyarakat Indonesia sendiri menyadari bahwa selama ini hasil bumi Indonesia tidak seluruhnya untuk kesejahteraan masyarakat. Itu tidak sesuai dengan amanat Pasal 33 UUD 1945. Hal tersebut didukung hasil survei yang dilakukan Indo Survey dan Strategy bahwa, sebanyak 53,3 persen masyarakat tidak percaya terhadap pelaksanaan pasal 33 UUD 1945 tersebut.
Pasal 33 UUD 1945, menyatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
"Menurut hasil survei, pengelolaan kekayaan alam oleh asing sebesar 42,5 persen responden menyatakan tidak menguntungkan bagi negara sedangkan 19,7 persen tidak tau dan 23,9 persen mengatakan menguntungkan," ungkap Poltak.
Selain itu, Apemindo juga meminta agar pemerintah bertindak tegas pada Kontrak Karya (KK) yang tidak memberikan bagi kemakmuran masyarakat sekitar pertambangan.
"Pemerintah tidak tegas dengan terus memberikan Kontrak Karya kepada perusahaan yang tidak berkontribusi terhadap daerah sekitarnya," jelas Poltak.
Sumber: Kompas

Sabtu, 19 Oktober 2013

Semen Indonesia ingin pangsa pasar 35% di Kalbar

Semen Indonesia Company
 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk yang merupakan holding dari Semen Padang, Semen Gresik, Semen Tonasa dan Thang Long Cement Vietnam menargetkan market share sebesar 35% untuk wilayah Kalimantan Barat.
Kepala Departemen Pengembangan Pemasaran Semen Indonesia, Rudi Hartono, mengatakan penyaluran Semen Indonesia di Kalimantan Barat mencapai sebesar 10 hingga 15 ribu ton semen per bulan dengan market share saat ini sebesar 31%. Kebutuhan semen di Kalimantan Barat sendiri sekitar 45 ribu ton per bulan.
“Dibanding tahun lalu market share kita meningkat dari 21% menjadi 31%. Kedepan kita akan kembangkan menjadi sebesar 35%. Kita juga mendapatsupport dari distributor dan agen,” ujarnya kepada wartawan usai acara customer gathering untuk wilayah Kalimantan Barat di Kapuas Palace Pontianak, Kamis (17/10) malam.
Rudi memaparkan, sejak Januari hingga September 2013 pasar semen di Kalimantan berkembang menggembirakan, yaitu mencapai 3,15 juta ton atau meningkat sebesar 7,1% dibanding periode yang sama tahun 2012 sebesar 2,94 juta ton.
Pertumbuhan penjualan semen di Kalimantan tercatat lebih tinggi di banding pertumbuhan semen di beberapa daerah. Di antaranya Sumatera tercatat tumbuh 1,0%, Sulawesi 3,3%, Maluku dan Irian Jaya tumbuh minus 1,5%.
Dengan begitu Semen Indonesia masih memimpin pasar semen dalam negeri dengan penguasaan pasar sebesar 43,8%, hingga September 2013 penjualan domestik naik 14,3% menjadi 18,23 juta ton, mengungguli pertumbuhan penjualan pasar domestik sebesar 5,3%.
Sementara dari sisi ekspor naik 485% menjadi 268,93 ribu ton dibanding tahun 2012 sebesar 45,95 ribu ton. Sedangkan secara keseluruhan total penjualan baik pasar domestik maupun ekspor naik 15,6 persen menjadi 18,50 juta ton dibanding tahun sebelumnya sebesar 16,00 juta ton.
"Sebagai pemimpin pasar atau market leader dengan penguasaan pasar nasional sebesar 43,8% di industri semen. Kami tidak boleh lengah. Kami tidak hanya berorientasi pada produk semen yang bagus (product-centric), tapi sudah mengarah kepada bagaimana kita membuat  pelanggan merasa nyaman dan selalu terpuaskan (customer-centric). Itu kunci kami bisa terus mempertahankan penguasaan pasar di industri semen nasional yang semakin kompetitif," tutur Rudi. (Steven Greatness/Tribunnews.com)

Sumber: Kontan

Indonesia Akan Olah Hasil Tambang Sendiri

Smelter

Kementerian Energi dan Sumber Daya hanya meloloskan 23 dari 285 proposal pembangunan smelter yang mulai beroperasi pada 2014. Waskita Guna Corporation menggandeng investor dari Malaysia, Aneka Tambang ajak investor dari Australia kerja sama mengolah bijih besi. Nilai investasi pembangunan smelter nikel di Sulawesi dan Maluku sebesar Rp36 triliun berkapasitas 2,7 juta ton bijih nikel.

Pemerintah memperkirakan setidaknya sebanyak 11 pabrik pengolahan (smelter) bijih besi beroperasi pada pertengahan tahun 2014 hingga awal tahun 2015.  Meski smelter yang dibangun masih sedikit, namun  Kementerian Eenergi dan Sumber Daya Mineral  tetap akan memberlakukan pelarangan ekspor bijih pada mulai tahun 2014.
Menurut Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Thamrin Sihite, pihaknya menerima 285 proposal pembangunan smelter dan setelah dievaluasi,  hanya 23 proposal yang disetujui.  Sihite mangatakan bahwa pabrik smelter yang mulai dibangun itu dijamin bahwa bahan bakunya pasti terpenuhi karena pihaknya sudah mengevaluasi cadangan yang tersedia di Indonesia.
Oleh karena itu,  pemerintah konsisten memberlakukan pelarangan ekspor bijih besi pada tahun 2014—sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang mineral dan batubara dan diperkuat kembali dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2012.
“Tetap akan dilarang,  mereka yang serius membangun smelter itu justru menentang adanya ekspor bijih,” tandas Direktur Pembinaan Mineral Dede I Suhendar.  Pemberian tenggang dengan pelarangan ekspor bijih ditunda dinilai tidak adil bagi perusahaan yang telah membangun pabrik smelter.
Terdapat jeda waktu antara pemberlakuan pelarangan dan jadwal beroperasinya smelter.  Pelarang ekspor bijih diberlakukan mulai 1 Januari 2014,  sementara smelter kebanyakan baru selesai pada pertengahan 2014.
Untuk itu,  Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo mengatakan,  pihaknya akan memberikan rekomendasi ekspor bagi perusahaan yang serius menggarap smelter.  Sementara pemegang izin usaha pertambangan (IUP) yang tidak membangun smelter tetap akan dilarang mengekspor bijih.
Malaysia dan Australia ikut serta
Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan perusahaan tambang Australia,  Direct Nickel Limited (DNi) bekerja sama membangun pabrik pengolahan nikel (smelter) di Indonesia dengan investasi sebesar US$400 juta atau sekitar Rp3,8 triliun.
Presiden Direktur DNi Russell Debney mengatakan,  kerja sama itu merupakan strategi DNi untuk mengembangkan teknologi DNi. Proces yang revolusioner dengan kerja sama antarperusahaan pertambangan kelas dunia yang memiliki sumber daya nikel dan kapabilitas internal untuk memanfaatkan keterbatasan suplai nikel pada masa depan.
Meski penandatanganan perjanjian kerja sama itu merupakan kelanjutan dari pengembangan head of agreement(HoA) yang ditandatangani Antam dan DNi pada 31 Mei 2012, namun belum dijelaskan di mana tepatnya lokasi pembangunan pabrik ini.
“Pembangunan pabrik  membutuhkan dana investasi sebesar US$400 juta dengan kapasitas pabrik pengolahan nikel hingga 10.000 ton,” ucap Russel.
Dalam perjanjian kerja sama itu,  kedua perusahaan akan melanjutkan kerja sama dalam operasi Test Plant milik DNi di Perth, Australia untuk memmroduksi nickel mixed hydroxide dan mengkaji bersama hasil teknis dari pabrik tersebut,  yang saat ini mengolah sample sebanyak 200 ton nikel laterit dari Antam.
Direktur Utama Antam Tato Miraza,  menjelaskan kerja sama Antam dengan DNi memiliki prosepek yang menjanjikan untuk secara signifikan meningkatkan efisiensi dan keekonomian pengolahan nikel laterit.
Tanto menjelaskan bahwa tahun 2014, pemerintah melakukan pengendalian ekspor,  hal ini tentunya sangat menguntungkan karena dapat membuat harga komoditas ini membaik.
Bukan hanya Antam yang bekerja dengan perusahaan asing. PT Waskita Guna Lestari salah satu  anak usaha Waskita Guna Corporation menggandeng investor asal Malaysia untuk membangun unit pengolahan dan pemurnian (smelter) komoditas bijih besi. Kebutuhan investasi untuk pembangunan smelter ditaksir mencapai Rp30 miliar dengan kapasitas 180.000 ton per tahun.
Sophian Rauji,  General Manager Waskita Guna Lestari menyatakan,  pembicaraan dengan investor dari Malaysia sudah dibicarakan.  “Kami sedang mempersiapkan feasibility study.  Kami masih akan membuka diri untuk mencari investor lainnya,” tutur Sophian.
Waskita memiliki areal konsesi izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi di Lampung Selatan seluas 100 hektare (ha).  Perusahaan ini pun baru memulai kegiatan produksi dan ekspor pada Juni 2013—setelah mengantongi sertifikat clean and clear (CnC) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Hingga Desember 2013,  perusahaan Waskita memegang kuota ekspor sebanyak 200.000 ton bijih besi dan hingga pertengahan Juli 2013, Waskita telah merealisasikan ekspor sebanyak 12.000 ton yang umumnya diserap oleh pasar China dan negara kawasan Asia lainnya.
Menurut Sophian,  Waskita mengekspor bijih besi dengan kualitas kadar Fe di atas 60 persen. Harga jual mineral mentah tersebut lumayan tinggi—rata-rata mencapai US$89 per ton.  Jika nantinya,  berhasil membangun smelter,  pihaknya akan menghasilkan produk akhirnya berupa besi dalam bentuk batangan bulat dan batangan persegi.  Penjualan produk bergantung  pada kesepakatan dengan investor yang digandeng oleh Waskita.
Sophian menjelaskan,  pembangunan smelter bijih besi ini tergolong murah lantaran pihaknya akan menggunakan bahan bakar batubara untuk media pelelehan bijih besi.  “Teknologi yang kami gunakan sangat sederhana,  sehingga biayanya tidak terlalu mahal.  Pengangkutan produk juga berdekatan dengan Pelabuhan Panjang,” ujar Sophian.
Waskita menargetkan pembangunan smelter tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama,  sehingga pada akhir 2014 mendatang perusahaan itu sudah dapat mengekspor besi batangan.
Pihak Bank Indonesia menyatakan komitmen investasi pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Sulawesi dan Maluku mencapai Rp36 triliun dengan kapasitas sekitar 2,7 juta ton bijih nikel.
Lokasi pembangunan smelter itu berada di enam wilayah yakni,  yang pertama adalah pabrik pemurnian nikel dibangun di Buli,  Kabupaten Halmahera Timur,  Maluku Utara,  dengan estimasi nilai proyek sekitar US$1,6 miliar.
Bentuknya adalah penambangan bijih nikel dan pembangunan pabrik feronikel berkapasitas 27.000 ton nikel dalam feronikel.  Selain itu,  juga pembelian tenaga listrik dari PLN selama 30 tahun untuk operasi dan infrastruktur proyek Feronikel Halmahera.
yang kedua,  investasi di Konawe Utara,  Sulawesi Tenggara,  pada 2013 berupa PLTU Pomala sekitar Rp200 miliar dan investasi pada 2014 pada pabrik feronikel dan pabrik baja tahan karat (stainless steel) Konawe Utara.   Ketiga,  di Molore,  Konawe Utara dengan nilai investasi mencapai US$1,8 miliar untuk pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian bijih nikel.
Penandatanganan kerja sama untuk proyek smelter dilakukan pada 19 Juni 2013 antara Ibris Nickel Pte Ltd dan Yong-Xing Alloy Materials Technology Taizhou Co Ltd. Ibris Nickel memiliki anak perusahaan PT Stargate Pasific Resources sebagai pemilik izin usaha pertambangan (IUP) bijih nikel di Konawe Utara.
Yang keempat adalah proyek  di Jeneponto,  Sulawesi Selatan,  yang fokus untuk pembangunan smelter nikel di atas lahan seluas 60 hektare senilai US$300 juta (2013). Selanjutnya yang kelima,  di Morowali,  Sulawesi Tengah,  dengan nilai proyek pembangunan pabrik pemurnian nikel senilai US$1,06 miliar (Rp10,3 triliun),  US$960 juta untuk smelter dan pembangkit listrik,  dan US$100 juta untuk pengembangan tambang dan pembangunan fasilitas pendukung. Pemerintah menyatakan terdapat 23 pabrik pengolahan bijih tambang atau smelter yang akan beroperasi  pada 2014.  Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Dede Ida Suhendar mengatakan 23 smelter tersebut mengolah komoditas bijih besi,  bauksit,  mangan dan zirkon.
Sementara itu, komoditas tambang yang belum dapat mengolah bijih dan belum memiliki smelter adalah tembaga.   Hal itu disebabkan pasokan tembaga hanya berasal dari PT Freeport dan PT Newmont. Untuk itu, pemerintah sedang menunggu komitmen kedua perusahaan itu untuk bekerja sama dengan perusahaan nasional. (Sumber: tender-indonesia.com)
Sumber: MM-Industri