Welcome

News Industri Indonesia

Sabtu, 27 Agustus 2011

Syarat Penerima Tax Holiday Ditambah

JAKARTA – Selain harus memenuhi kriteria sebagai industri pionir, investor yang ingin memperoleh fasilitas fiskal pengurangan pajak untuk jangka waktu tertentu (tax holiday) dikenakan syarat tambahan. 


Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.130/PMK. 011/2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) Badan menyebutkan, pembebasan PPh badan diberikan kepada industri pionir dengan rencana investasi minimal Rp1 triliun untuk jangka waktu maksimal 10 tahun dan minimal lima tahun, terhitung sejak dimulainya produksi komersial. 

Selain itu, dalam Pasal 3 ayat 1 c menyebutkan, industri pionir yang menginginkan fasilitas fiskal ini wajib menempatkan dana di perbankan nasional minimal 10% dari total rencana investasi dan tidak boleh ditarik sebelum beroperasi. 

”Persyaratan tersebut ditetapkan dengan tujuan menjaga komitmen investasi para pemodal baru sektor industri pionir di Indonesia,”kata Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro kemarin.

Sumber : Seputar Indonesia

Senin, 15 Agustus 2011


Saat ini Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk terus meningkatkan daya saing. Negara maju yang memiliki daya saing yang tinggi telah mengembangkan dan mengimplementasikan pendekatan sistemik dalam penguatan sistem inovasinya, untuk membangun ekonomi yang berbasis pengetahuan (knowledge-based economy). Berbagai kajian menunjukkan bahwa penguatan sistem inovasi oleh suatu negara atau daerah mampu mendorong kinerja perekonomiannya yang pada gilirannya dapat mensejahterakan masyarakat.
“Kami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berharap bahwa Cikarang Technopark juga dapat berperan sebagi Pusat Inovasi setidaknya di wilayah Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat. Prakarsa ini patut kita apresiasi secara khusus mengingat ini merupakan salah satu prakarsa yang datang dari pihak non pemerintah," tegas Tatang.
Pandangan tentang inovasi berkembang dari waktu ke waktu. Dalam sebagian besar praktiknya, inovasi lebih merupakan proses interaktif dan literatif, proses pembelajaran (learning process) yang merupakan bagian penting dalam proses sosial. Artinya, semakin dipahami bahwa inovasi pada umumnya tidak terjadi dalam situasi yang terisolasi. Kesadaran akan kondisi empiris dan kebutuhan akan cara pandang dan tindakan yang sistemik dan sistematis selanjutnya mendorong berkembangnya paradigma sistem inovasi.
Dibagian akhir sambutannya, Tatang berharap Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun mendukung secara kongkrit pemajuan Cikarang Technopark ini dan prakarsa sejenis.  Secara khusus BPPT menaruh harapan besar kepada Cikarang Technopark untuk dapat berkembang menjadi suatu kisah keberhasilan (success story).
Pengembangan Cikarang Technopark ini tidak saja memberikan kemanfaatan besar bagi peningkatan daya saing dunia usaha sekitar dan situasi saling menguntungkan (mutual benefits) bagi para kolaborator, tetapi juga dapat menjadi contoh bagi pihak-pihak lainnya untuk pengembangan technopark yang baik (best practice) dalam rangka penguatan sistem inovasi di Indonesia. (SYRA/humas)

Sumber: BPPT

PRESIDEN RI: KONTRIBUSI INOVASI DAN TEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN KEKUATAN EKONOMI NASIONAL

Penelitian dan pengembangan teknologi serta inovasi merupakan tumpuan utama untuk menyelesaikan berbagai masalah bangsa dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat. Pertanyaan kemudian adalah inovasi dan teknologi seperti apa yang harus kita kembangkan. Saudara tentu sepakat bila pertanyaan seperti itu opsi sangat terbuka dan banyak pilihan yang terbuka, para ilmuwanlah yang berperan dan ini tantangan serta misi besar saudara semua.
Hal tersebut disampaikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke 16 Tahun 2011 di Auditorium Graha Widya, Puspitek, Serpong, Rabu (10/8).
Lebih lanjut Kepala Negara mengatakan bahwa tantangan Indonesia di masa mendatang semakin berat, bukan hanya masalah yang dihadapi Indonesia namun juga oleh bangsa-bangsa di dunia. "Sekarang jumlah penduduk dunia 7 miliar manusia dan kemudian 2045 menjadi 9 milyar jiwa. Saya sampaikan apa implikasinya dari kebutuhan paling asasi, food security dan energy security," katanya.

Ia mencontohkan tiga hal, terkait tantangan dalam keamanan pangan, tantangan dalam ketersediaan energi dan perubahan fundamental ekonomi dari ekonomi sumber daya alam menjadi ekonomi yang mengedepankan peningkatan kualitas dan nilai produk nasional. "Konkritnya tahun mendatang, kita harus bisa percepat dan perluas terbangunnya industri bernilai tambah. Untuk itu semua, upaya besar solusi yang diharapkan kita harus percepat inovasi dan kontribusi ekonomi untuk kuasai itu," jelasnya.
Berdampingan dengan program percepatan pembangunan ekonomi Indonesia yang telah dicanangkan pemerintah, Ia meminta agar inovasi dan pengembangan teknologi bisa memberi kontribusi pada pengembangan kekuatan ekonomi nasional. “Sasaran kita dalam MP3EI bisa dikatakan ambisius, tapi saya yakin itu bisa kita capai. Dalam jangka waktu hingga 2025 mendatang, saya optimistis kondisi perekonomian Indonesia bisa mencapai kekuatan ekonomi dunia ke-12," ungkapnya.
Untuk mencapai itu, kata Presiden, ada sejumlah hal yang perlu dilakukan, yaitu sebagai bangsa harus bersatu, mau bekerja bersama, mau bekerja keras, jangan lunak jangan asal-asalan, bersikap adaptif dan inovatif. Selain itu kita juga harus menjadi bangsa yang cerdas dalam cari dan ciptakan peluang yang tersedia dimana-mana. Jika sasaran itu dicapai maka rakyat kita semakin sejahtera, kemiskinan bisa berkurang lebih signifikan, dan keadilan dimana-mana.
Sementara itu dalam laporannya Menteri Negara Riset dan Teknologi (Ristek) Suharna Surapranata, menyatakan bahwa ke depan kegiatan riset dan pengembangan teknologi harus difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan para pengguna. “Kontribusi nyata teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagaimana diamanatkan konstitusi.
Melalui tema Haklteknas ke 16 yaitu Inovasi Untuk Kesejahteraan Rakyat, mitos-mitos yang salah kaprah seperti inovasi harus mahal, besar, dan sulit akan diubah menjadi inovasi itu menguntungkan. "Selain itu inovasi sangat penting untuk disebarluaskan dan digunakan oleh masyarakat, dunia usaha, pemerintah, dan para pengguna lainnya,” jelasnya.
Di tahun mendatang, lanjut Menristek, Indonesia harus bisa mempercepat dan memperluas terbangunnya industri bernilai tambah. Untuk itu semua diperlukan upaya besar untuk mempercepat inovasi yang memiliki kontribusi terhadap perekonomian bangsa.
Dalam peringatan hari kebangkitan teknologi nasional ke-16 tersebut, hadir pula mantan Presiden RI ke-3 BJ Habibie, para menteri kabinet Indonesia Bersatu II, Kepala LPNK, sejumlah duta besar negara sahabat dan para peneliti dari seluruh Indonesia. Kegiatan peringatan hakteknas ke-16 di Serpong antara lain diisi dengan pameran hasil inovasi teknologi putra-putri bangsa Indonesia, seminar serta pemberian penghargaan anugrah iptek kepada pemerintah daerah, lembaga litbang, peneliti, perekayasa, inovator dan masyarakat sebagai bentuk apresiasi pemerintah atas komitmen mereka dalam litbang dan iptek untuk mendorong laju pembangunan masyarakat.

Sumber: BPPT

Pendidikan Saudagar Global Dibuka

TASIKMALAYA, KOMPAS.com — Kementerian Koordinator Perekonomian membuka Pendidikan Dasar Wirausaha Ekspor pertama di kawasan Parahyangan Timur, yakni di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Garut, Ciamis, dan  Banjar.
Kami sedang mengembangkan program pelatihan untuk mengubah "mindset" cara pikir dari kebiasaan membeli menjadi menjual.
-- Edy Putra Irawadi
Pendidikan ini diharapkan dapat mencetak orang berjiwa wirausaha tinggi yang dapat membangun jaringan global sebagai saudagar yang mendunia.
"Kami sedang mengembangkan program pelatihan untuk mengubah mindset (cara pikir) dari kebiasaan membeli menjadi menjual," ujar Deputi Bidang Koordinasi Perdagangan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Edy Putra Irawadi di Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (13/8/2011).
Menurut Edy, Pendidikan Dasar Wirausaha Ekspor ini dimulai di Parahyangan Timur, yakni Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Ciamis, Garut, dan Banjar.
Kawasan ini dipilih pertama karena industri rumahan sudah berkembang pesat, tetapi butuh pengembangan. Sebagai contoh, di Tasikmalaya tumbuh industri pakaian muslim dan produk derivasinya. Ini menopang program pemerintah yang ingin membawa busana muslim ke pasar global.
"Pada tahun 2020, kami akan membawa Islamic Fashion kita sebagai kiblat busana muslim dunia. September 2011, kami akan membawa produk itu ke Paris untuk menunjukkan bahwa busana muslim kita sangat berurat berakar karena didukung tradisi," ujar Edy.
Adapun Garut sudah mengembangkan akar wangi, rami, produk kulit, dan makanan olahan, seperti cokodot. "Atas dasar itulah, kami pilih Parahyangan Timur yang sudah tumbuh industrinya," ujarnya.
Edy mengatakan, peserta yang akan ikut dalam pendidikan ini diharapkan dapat membangun jaringan usaha. Jaringan itulah yang akan membentuknya menjadi saudagar global. "Jadi nanti yang membuat barang di Garut, modal dari Jakarta, dipasarkan ke Amerika. Jadilah Bill Gate dan George Soros,"(dengan begitu dibuat didalam negeri diolah agar barang tersebut memiliki nilai tambahnya)

"Bangsa ini membutuhkan manusia pemberani"

 Tasikmalaya (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Hatta Radjasa menyatakan Indonesia memerlukan banyak pemuda wirausahawan sehingga bangsa menjadi lebih besar, mandiri dan maju.

"Bangsa ini membutuhkan manusia pemberani dan wirausahawan," kata Hatta sewaktu mengunjungi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu.

Menurut dia, pemuda bangsa Indonesia yang berwirausaha adalah manusia yang unggul dan memiliki jati diri, integritas, karakter kuat dan akhlak mulia.

"Wirausahalah yang mampu membawa bangsa ini sebagai bangsa mandiri," tegasnya.

Hatta menilai Indonesia baru memiliki sedikit pengusaha sehingga masih membutuhkan jutaan pemuda yang bisa menjadi wirausahawan.(*)

ANT
Editor: Jafar M Sidik
Sumber: Antara News
COPYRIGHT © 2011

Rabu, 10 Agustus 2011

Teknologi Tumpuan Selesaikan Masalah Bangsa

Serpong, Banten (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan teknologi serta inovasi merupakan tumpuan utama untuk menyelesaikan berbagai masalah bangsa dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Kepala Negara dalam peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) di Auditorium Graha Widya, Komplek Pusat Pengembangan Ilmu dan Teknologi (Puspitek), Serpong, Tangerang, Banten, Rabu sore.

"Pertanyaan kemudian adalah inovasi dan teknologi seperti apa yang harus kita kembangkan. Saudara tentu sepakat bila pertanyaan seperti itu opsi sangat terbuka dan banyak pilihan yang terbuka, para ilmuwanlah yang berperan dan ini tantangan serta misi besar saudara semua," kata Presiden.

Dalam uraiannya, Kepala Negara mengatakan, tantangan Indonesia di masa mendatang semakin berat, bukan hanya masalah yang dihadapi Indonesia namun juga oleh bangsa-bangsa di dunia.

"Sekarang jumlah penduduk dunia 7 milyar manusia dan kemudian 2045 menjadi 9 milyar jiwa. Saya sampaikan apa implikasinya dari kebutuhan paling asasi, food security dan energy security," kata Presiden.

Ia mencontohkan tiga hal, terkait tantangan dalam keamanan pangan, tantangan dalam ketersediaan energi dan perubahan fundamental ekonomi dari ekonomi sumber daya alam menjadi ekonomi yang mengedepankan peningkatan kualitas dan nilai produk nasional.

"Konkritnya tahun mendatang, kita harus bisa percepat dan perluas terbangunnya industri bernilai tambah. Untuk itu semua, upaya besar solusi yang diharapkan kita harus percepat inovasi dan kontribusi ekonomi untuk kuasai itu," katanya.

Berdampingan dengan program percepatan pembangunan ekonomi Indonesia yang telah dicanangkan pemerintah, Kepala Negara meminta agar inovasi dan pengembangan teknologi bisa memberi kontribusi pada pengembangan kekuatan ekonomi nasional.

"Ini tantangan, misi kita yang harus disukseskan. Saya ajak jangan kita sia-siakan peluang dan momentum yang kita miliki. Sasaran kita dalam MP3EI bisa dikatakan ambisius, tapi saya yakin itu bisa kita capai," kata Presiden.

Dalam jangka waktu hingga 2025 mendatang, Presiden optimistis kondisi perekonomian Indonesia bisa mencapai kekuatan ekonomi dunia ke-12.

"MP3EI yang kita buat menentukan sasaran yang konservatif, sasaran 2025 yaitu GDP Rp4 triliun hingga Rp4,5 triliun, income percapita capai 14.000 dolar AS hingga 15.000 dolar AS dan kita berupaya capai peringkat nomor 12 dunia," tegasnya.

Untuk mencapai itu, kata Presiden, ada sejumlah hal yang perlu dilakukan, yaitu sebagai bangsa harus bersatu, mau bekerja bersama, mau bekerja keras, jangan lunak jangan asal-asalan, bersikap adaptif dan inovatif.

"Dan yang kelima, di era globalisasi ada ancaman ada peluang, menjadi bangsa yang cerdas dalam cari dan ciptakan peluang yang tersedia dimana-mana. Jika sasaran itu dicapai maka rakyat kita semakin sejahtera, kemiskinan bisa berkurang lebih signifikan, dan keadilan dimana-mana," kata Presiden.

Dalam peringatan hari kebangkitan teknologi nasional ke-16 tersebut, hadir pula mantan Presiden BJ Habibie, para menteri kabinet Indonesia Bersatu, sejumlah duta besar negara sahabat dan para peneliti dari seluruh Indonesia.

Hari kebangkitan teknologi nasional diperingati setiap 10 Agustus. Tonggak peringatan diawali dengan penerbangan pertama pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia N-250 Gatotkaca pada 10 Agustus 1995 bertepatan dengan bulan peringatan 50 tahun kemerdekaan RI saat itu.

Peringatan Hakteknas 2011 diisi dengan sejumlah kegiatan termasuk sejumlah seminar bertemakan pengembangan inovasi dan teknologi.

(P008/S023)
Editor: Suryanto
Sumber:Antara News
COPYRIGHT © 2011

Wirausaha Tidak Bisa Dilatih

Jakarta, Kompas - Untuk menjalankan usaha sendiri, seseorang harus mempunyai karisma di dalam dirinya. Karisma ini hanya dimiliki orang-orang yang memiliki visi atau impian dan semangat yang luar biasa untuk mewujudkan impiannya itu.Oleh karena itu, materi-materi ajar kewirausahaan di sekolah, terutama di sekolah menengah kejuruan dan politeknik, tak serta-merta akan menghasilkan wirausaha karena mereka tidak bisa dilatih atau dididik.
Hal itu dikemukakan ekonom dan pengusaha dari Amerika Serikat, Carl J Schramm, di Jakarta, Senin (15/6). ”Kita tidak bisa melatih seseorang untuk memiliki karisma. Ada orang-orang tertentu yang memiliki kepribadian senang dengan tantangan serta berani mengambil risiko dan inovatif dan gigih mewujudkan impiannya,” kata Schramm yang juga Presiden dan CEO Kauffman Foundation itu.
Yang bisa dilakukan, lanjut Schramm, adalah melatih atau mendidik seseorang yang memiliki bekal ide dan semangat atau bahkan sudah memulai usahanya sedikit demi sedikit untuk membuat rencana atau strategi usaha. Tujuannya, untuk mengurangi risiko kegagalan usahanya dan memastikan keberhasilan usaha. Jika memiliki rencana atau strategi usaha yang jelas, dipastikan usahanya pun akan berhasil.
Sekolah-sekolah kejuruan akan sangat berguna dalam hal itu. Tidak hanya itu. Para wirausaha yang sukses juga bisa berbagi ilmu dengan siswa di sekolah-sekolah kejuruan.
”Jadi, belum tentu semua orang bisa menjadi entrepreneur karena masih lebih banyak orang yang boro-boro memikirkan inovasi usaha, memikirkan mau makan apa hari ini saja sudah susah,” kata Schramm.
Menjadi seorang wirausaha yang sukses pun, kata Schramm, tidak perlu harus memulai usaha sejak usia muda. Selama ini banyak beredar anggapan keliru bahwa jika ingin sukses, seseorang harus memulai usaha sejak usia 19 atau 21 tahun. Jika tidak, tidak akan pernah berhasil menjadi wirausaha. ”Nyatanya, banyak orang yang memulai usaha justru ketika sudah pensiun,” ujarnya.
Schramm juga mengatakan, kewirausahaan harus dilakukan, bukan sekadar diajarkan. Pendidikan kewirausahaan memang perlu diperkenalkan di sekolah- sekolah untuk menginformasikan kepada siswa bahwa kewirausahaan itu penting dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Schramm menambahkan, kewirausahaan juga untuk membentuk adanya keinginan di dalam diri seseorang untuk bekerja sendiri, bukan bekerja kepada orang lain. Sebab, negara memang butuh meningkatkan jumlah perusahaan-perusahaan baru guna mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, Staf Ahli Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Prof Dr Payaman J Simanjuntak saat berbicara dalam seminar ”Entrepreneurship Solusi bagi Pengangguran dan Kemiskinan” di Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Senin, menegaskan, di era globalisasi ini perusahaan-perusahaan besar terbukti selalu mengalami kesulitan menghadapi persaingan yang kian tajam. Sebaliknya, kelompok usaha kecil justru mampu menghadapinya karena lebih lincah, fleksibel, serta cepat mengambil keputusan.
”Tantangan bagi Indonesia adalah mempersiapkan tenaga berkemampuan bekerja mandiri yang merupakan bagian dari kelompok usaha kecil tersebut,” ujar Payaman.
Menurut dia, kewirausahaan adalah sikap dan kemampuan melihat sekaligus memanfaatkan berbagai peluang untuk berusaha. Terkait dengan kehebatan perusahaan kecil dan menengah, Payaman menunjuk contoh ekspor Amerika Serikat dan Jerman yang 50 persen di antaranya merupakan produk perusahaan kecil dengan karyawan kurang dari 20 orang.
Sebaliknya, hanya 7 persen ekspor Amerika Serikat bersumber dari perusahaan besar yang mempekerjakan 500 orang atau lebih. (luk/eln/ans)

Hatta: Industri Pertahanan Dukung Ekonomi Nasional


Bandung (ANTARA News) - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan industri pertahanan dan keamanan dapat menjadi pilar strategis dan daya dukung bangsa yang secara keseluruhan mendukung perekonomian nasional.

"Karena strategis maka industri ini juga masuk dalam MP3EI dan secara spesifik ditempatkan di koridor Jawa. Dan untuk sukses harus ada keberpihakan, pemerintah telah memberikan instruksi peralatan persenjatan yang sudah bisa dibuat wajib digunakan dalam negeri," ujarnya saat melakukan kunjungan kerja ke PT Pindad di Bandung, Minggu.

Namun, menurut Hatta tersebut tidaklah cukup, karena potensi pengembangan industri ini sangat besar dan tidak ada negara dapat maju tanpa dukungan ilmu pengetahuan serta industri alutista yang memadai.

"Kita bersyukur Pindad tidak membawa beban masa lalu atau utang yang memberatkan dan kita telah sepakat dengan DPR untuk melakukan restrukturisasi serta memberikan injeksi modal untuk tumbuh sehat," ujarnya.

Untuk itu, ia mengharapkan setelah diberikan modal, PT Pindad dapat memberikan aksi korporasi yang lebih transparan dan akuntabel agar nantinya tidak lagi bergantung kepada dana APBN.

"Kalau beban masa lalu masih menyeret, maka akan sulit untuk berkembang. Minggu depan saya akan rapat membahas program utang luar negeri. Kita ingin mengurangi beban utang sebesar-besarnya dan menggunakan potensi sumber daya dalam negeri. Tentunya ingin Pindad menjadi basis industri senjata terkemuka di ASEAN dan dunia," ujar Hatta.

Hatta optimistis, kesuksesan industri strategis nasional terutama PT Pindad ini bisa terealisasi dengan potensi besar yang dimiliki melalui sumber daya manusia (SDM).

Menurut dia, banyak tenaga kerja Indonesia yang cerdas dan tengah dibidik untuk bekerja sekaligus mengembangkan industri pertahanan di negara lain.

"Sering sekali para tenaga ahli kita diming-imingi untuk pindah ke negera lain untuk mengembangkan industri pertahanan mereka. Hal ini sangat disayangkan," kata dia.

Direktur Utama PT. Pindad (Persero) Adik Avianto Soedarsono mengatakan sejak 2007, perusahaan persenjataan nasional ini mengalami perkembangan baik dari sisi produksi, pangsa pasar hingga penjualan.

Tahun 2009, total penjualan untuk alutsista mencapai Rp773 miliar dan non alutsista mencapai Rp213 miliar, kemudian 2010, total penjualan alutsista menembus Rp675 miliar dan non alutsista mencapai Rp416 miliar.

"Tahun ini, total penjualan alutsista mencapai Rp903 miliar dan non alutsista mencapai Rp510 miliar," ujar Adik.

Menurut dia, kendala yang masih dihadapi dalam pengembangan industri persenjataan nasional adalah kebutuhan bahan baku karena kebanyakan masih merupakan impor dari negara lain.

"Kami lebih senang kalau dapat bahan baku dari dalam negeri karena proses lebih mudah dipantau dan diperhatikan. Kami sedang mengupayakan itu," katanya.

Dari total penjualan PT Pindad tahun ini, 80 persen untuk kebutuhan Tentara Nasional Indonesia (TNI), 10 persen untuk kepolisian, 5 persen untuk ekspor, dan 5 persen untuk kebutuhan lainnya.

Sementara dari produksi dan penjualan alutsista hingga saat ini masih didominasi oleh kendaraan khusus tempur sebesar Rp398 miliar, amunisi yang mencapai Rp341 miliar, dan senjata Rp164 miliar.

Sedangkan dalam nota keuangan APBN 2011, PT. Pindad memperoleh alokasi anggaran Rp400 miliar dan meningkat menjadi Rp558 miliar dalam APBN Perubahan 2011. (ANT/K004)


Editor: B Kunto Wibisono 
Sumber:Antara News
COPYRIGHT © 2011

Utang Indonesia Terjaga



Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan bahwa fundamental ekonomi dalam kondisi baik dan utang Indonesia masih terjaga sehingga krisis di Amerika Serikat dan Eropa tidak terlalu berdampak terhadap perekonomian domestik.

"Yang saya yakini adalah gejolak yang dialami oleh AS dan Eropa adalah karena faktor utang yang besar dari negara-negara itu. Tapi kondisi Indonesia selama 10 tahun terakhir menunjukkan kita bisa mengendalikan `debt to GDP`," kata Menkeu saat ditemui di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan, Indonesia konsisten dalam mengelola kesehatan utang dengan rasio sebesar 80 persen terhadap PDB sepuluh tahun lalu menjadi 26 persen pada 2011.

Negara-negara yang mengalami pemulihan ekonomi lambat dan terkena dampak krisis seperti AS, memiliki rasio utang yang mencapai 100 persen terhadap PDB, diikuti Yunani 147,3 persen, Portugal 103,1 persen, Irlandia 102,4 persen, Italia 124,8 persen dan Jepang 227,4 persen.

"Kita cukup konsisten dalam menjaga kesehatan utang kita, 10 tahun lalu debt to GDP ada di kisaran 80 persen. Sekarang 26 persen, kan turun. Di negara lain naik sampai di atas 100 persen, bahkan Jepang 200 persen, AS 100 persen GDP," ujar Menkeu.

Ia mengatakan, kinerja pasar modal, perbankan, dan kebijakan fiskal masih baik secara fundamental dan hal tersebut menunjukkan saat ini pertumbuhan ekonomi berjalan stabil.

Namun, Menkeu mengatakan, pemerintah menyiapkan antisipasi apabila pasar keuangan dunia tidak menunjukkan tanda-tanda akan membaik, apalagi sempat terjadi koreksi saham di bursa regional.

"Kita memang antisipasi kalau AS dan Eropa ada yang `down grade` ratingnya, dan memang (AS dan Eropa) mau menghimpun dana, tentu nanti akan ada permintaan tingkat bunga yang lebih tinggi karena rating lebih rendah, tentunya bisa berimplikasi kepada pasar keuangan dunia," ujarnya.

Menurut dia, kondisi global saat ini memberikan pelajaran bahwa setiap negara wajib mengelola utang mereka dengan hati-hati agar krisis ini pada masa mendatang tidak terulang kembali.

"Kalau dari global kan salah satu pelajaran yang harus kita ambil, kamu harus kelola utangmu. Jadi ini juga pesan untuk kamu sebagai pribadi jangan lebih besar pasak daripada tiang, itu pesannya. Di negara-negara (yang terkena krisis) itu, ratio debt to GDPnya dan ratio fiskal defisitnya besar sekali," ujar Menkeu.

(S034/N002)
Editor: Suryanto
Sumber:Antara News