Welcome

News Industri Indonesia

Senin, 21 Oktober 2013

Indoferro integrasikan bisnis dari hulu ke hilir


CILEGON. PT Indoferro mengembangkan sayap bisnisnya dengan mengintegrasikan industri baja dan stainless steel. Setelah rampung membangun unit pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) pig iron dan nickel pig iron (NPI), anak usaha Growth Steel Group ini berencana merambah ke lini bisnis yang lain, mulai akuisisi areal pertambangan hingga pembangunan pabrik stainless steel.
Radius Suhendra, Direktur Utama Indoferro, menargetkan, industri pertambangan tersebut sudah dapat terintegrasi pada tahun 2016 mendatang. "Nilai investasi keseluruhan proyek ini belum pasti. Namun, kami perkirakan minimal US$ 800 juta karena investasi di hulu akan cukup besar," ujar dia ketika menerima kunjungan media di Cilegon, Sabtu (19/20).
Menurut Radius, awal tahun depan, perusahaannya juga  akan melanjutkan proyek pembangunan smelter yang memiliki produk akhir feronikel alloy. Fasilitas itu ditargetkan beroperasi tahun 2015.
Kini, Indoferro tengah melakukan penjajakan ke sejumlah lembaga keuangan untuk memperoleh pinjaman. "Investasinya sekitar US$ 160 juta dengan kapasitas produksi 15.000 ton nikel murni per tahun dan kebutuhan bahan baku bijih nikel sekitar 800.000 ton per tahun," katanya.
Dia bilang, setelah smelter tersebut rampung, proyek akan dilanjutkan lebih ke hilir, yakni pembangunan pabrik stainless steel. Smelter feronikel alloy dan pabrik stainless steel akan dibangun di kompleks yang sama dengan smelter NPI di kawasan industri di Cilegon dengan total luas lahan 25 hektare.
Selain itu, Indoferro juga berencana masuk ke sektor hulu dengan mengakuisisi izin usaha pertambangan (IUP) bijih besi dan bijih nikel untuk menjamin pasokan bahan baku. Tanpa merinci secara detail jumlah investasi yang disiapkan, Indoferro bakal mulai menggulirkan agenda akuisisi pertambangan di awal tahun depan.
Selama ini, untuk kebutuhan bahan baku smelter pig iron, Indoferro membeli bijih besi dari Kalimantan. Sedangkan NPI mendapat pasokan dari Sulawesi. Seluruh bahan baku dibeli secara spot. "Kami akan melihat kondisi pada Januari depan setelah ekspor mineral mentah dilarang. Kalau ada IUP yang dijual dengan harga murah, kami akan beli saja," kata Radius.
Sumber: Kontan

Tidak ada komentar: