Welcome

News Industri Indonesia

Minggu, 09 Desember 2012

Ekonomi Sumber Daya Alam Akan Beralih Ekonomi Bernilai Tambah

Picture Value Added
Indonesia harus berhenti mengandalkan sumber daya alam dan pasar domestik sebagai faktor penarik investasi utama.
Kepala BKPM Chatib Basri mengatakan belum puas pada tren kenaikan arus investasi langsung ke Indonesia karena masih mengandalkan pola penjualan aset.
Dia menjelaskan selama ini investasi yang masuk ke Indonesia kebanyakan mengincar 2 aset utama Tanah Air, yaitu cadangan sumber daya alam dan kekuatan pasar domestik.
Chatib memaparkan kecenderungan tersebut bisa digambarkan oleh peran besar sektor pertambangan dan pergudangan dalam realisasi investasi Indonesia pada kuartal I/2012.
Realisasi penanaman modal asing (PMA) pada sektor pertambangan pada periode tersebut adalah US$1.082,6 juta, atau atau 18,9% dari total realisasi investasi pada kuartal I/2012.
Adapun realisasi PMA sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi pada kuartal I/2012 mencapai US$764,8 juta.
Daya tarik sumber daya alam Indonesia, jelas Chatib, akan semakin berkurang seiring penurunan harga energi dan komoditas mentah di pasar global.
“Aset kita itu natural resources dan pasar domestik. Ini lama kelamaan akan tergerus. Berarti harus ada hal lain yang menjadi daya tarik,” katanya  hari ini Kamis (12/6/2012).
Di sisi lain, dia mengatakan Indonesia menghadapi persoalan tren investasi pada sektor pengolahan yang relatif mengandalkan kekuatan konsumsi masyarakat.
Sektor makanan minuman dan otomotif yang mengandalkan konsumsi domestik, masih merupakan 2 dari 3 sektor sekunder dengan realisasi investasi terbesar pada kuartal I/2012.
Realisasi investasi pada sektor makanan minuman pada kuartal I/2012 sebesar US$384,8 juta, sedangkan realisasi investasi industri kendaraan bermotor mencapai US$448,9 juta.
“Permasalahan dari sektor manufaktur kita adalah daya saing yang relatif terbatas. Tapi saya tidak akan bicara per sektor. Pembenahan iklim itu akan berpengaruh across the board [ke seluruh sektor],” tegas Chatib.
Atas dasar itu, dia memaparkan pembenahan iklim investasi dan penyederhanaan regulasi akan menjadi fokus BKPM dalam jangka pendek.
“Sebetulnya banyak sekali, tapi yang peling penting perlu buat kebijakan yang tidak terlalu panjang tapi menarik, misalnya simplifikasi peraturan,” kata Chatib.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan dampak realisasi investasi pada kenaikan nilai tambah produk ekspor manufaktur Indonesia membutuhkan waktu 6—18 bulan.
Dia menjelaskan penyusutan surplus perdagangan Indonesia saat ini banyak disumbangkan oleh impor komponen produksi dan barang modal.
Impor komponen produksi tersebut, menurut dia, akan mendorong nilai tambah produk ekspor Indonesia yang saat ini masih didominasi komoditas mentah.
“Saya yakin multiplikasi nilai produk akan terlihat paling apes 18 bulan dari sekarang, ketika itu akan terjadi peningkatan nilai ekspor. Nilai, bukan volume,” kata Gita. (sut)

Sumber: Detik

Tidak ada komentar: