Welcome

News Industri Indonesia

Sabtu, 15 Desember 2012

JADIKAN IPTEK SEBAGAI KEKUATAN UNTUK TINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Techno
Teknologi dan kemandirian bangsa adalah sesuatu yang sangat bersinggungan. Iptek sudah dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Di lima tahun kedua atau  RPJM 2, ada kata-kata membangun kemampuan iptek, kemudian di RPJM ke tiga yang akan kita mulai pada 2015 kemampuan iptek tidak cukup hanya dibangun saja, tetapi harus dijadikan landasan untuk membangun perekonomian. Landasan hukumnya sudah ada yaitu kata-kata itu, kemampuan iptek harus kita jadikan landasan pengembangan ekonomi di Indonesia.
Demikian dikatakan Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB), Listyani Wijayanti dalam paparannya yang sekaligus membuka acara Konferensi Sains dan Teknologi di Alam Melayu (SALAM) 2 dengan tema Iptek di Alam Melayu Sebagai Kekuatan untuk Meningkatkan Kesejahteraan dan Ketahanan Kawasan di Era Globalisasi di Universitas Yarsi Jakarta (12/12).
Untuk menuju kemandirian teknologi ada tiga prasyarat yang harus dimiliki, pertama, harus memiliki SDM yang unggul, kemudian lembaga litbang yang unggul serta suatu sistem inovasi yang berjalan dengan baik, yang  tentunya ini akan menghasilkan produk teknologi yang unggul. Sehingga ketiga hal ini yang kita usulkan menjadi elemen kemandirian teknologi dapat dicapai, dapat mengurangi ketergantungan impor teknologi, meningkatkan daya saing produk nasional dan meningkatkan ekspor produk teknologi tinggi.
Permasalahan yang ada sekarang ini menurut Listyani adalah masih rendahnya kepercayaan industri terhadap kemampuan teknologi lokal. Selain itu juga masih belum optimalnya link and match industri dan institusi litbang, masih relatif kecilnya pendanaan litbang serta kondisi kebijakan yang belum sepenuhnya mendukung dan belum sinergis.
Kondisi tersebut menghadapkan Indonesia pada dua pilihan yaitu business as usual atau mandiri. Business as usual berarti terus menerus mengimpor teknologi yang nantinya akan menyebabkan ketergantungan teknologi sehingga pertumbuhan ekonomi hampir tidak ada, penyerapan tenaga kerja kecil, SDM rapuh serta ketergantungan asing yang sangat besar. Sementara jika Indonesia melakukan proses atau upaya kemandirian Ipteknas yang diikuti oleh partisipasi industri nasional, tentu saja akan terwujud negara industri yang sesungguhnya yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik penyerapan tenaga kerja yang baik .
“Kalau kita ingin menjadi negara yang mandiri Ipteknasnya, maka ini menjadi tugas kita semua untuk dapat melakukannya. Tujuan kita adalah menjadikan ipteknas menjadi tuan rumah di negeri sendiri, maka harus diciptakan suatu peluang pasar yang baik buat Ipteknas tersebut, sehingga pengembangan iptek dasar, iptek terapan dan industrinya dapat dilakukan secara bersama-sama bersinergi,” ungkapnya.
Ada tiga element penting dalam kerangka kerja sistem inovasi nasional kita yaitu sistem politik, sistem pendidikan, litbang, dan sistem industri, ketiganya ini tidak boleh berjalan sendiri, harus bersama-sama bersinergi untuk melakukan suatu kegiatan yang biasa disebut triple helixs ABG. Mengenai konsep ABG di Indonesia, Listyani megatakan ada dua kata kunci yang harus dicermati yaitu aligment dan engagement. Dalam alignment, pemerintah harus menyediakan insentif, menyediakan teknologi oleh institusi litbang kemudian regulasi dan promosi hasil teknologi. Kemudian Engagement, pemerintah harus memfasilitasi dialog yang intensif dan interaktif antara A dan B untuk membangun kemitraan yang konkrit.
Konsep sinergi ABG merupakan pengembangan teknologi dari awal yang harus melibatkan pihak pengguna dan pembuat regulasi. Kemudian pengembangan teknologi untuk meningkatkan efesiensi dan produktivitas UKM, fokus pengembangan teknologi pada bidang tertentu namun teknologi strategis (seperti teknologi hankam) seyogyanya negara yang melakukannya serta koordinasi lintas sektor ditingkatkan.
Dalam konteks Sains dan Teknologi di Alam Melayu, Listyani mengusulkan agar teknologi tidak diberikan secara cuma-cuma. Sehingga menjadi langkah strategis apabila ada aksi kedepan untuk merebut penguasaan teknologi yang saat ini masih dikuasai bangsa barat. Kerjasama antar institusi litbang dan perguruan tinggi rumpun melayu mutlak segera dilakukan dalam rangka menguasai teknologi hasil karya yang unggul, sehingga kemandirian teknologi di Ranah Melayu segera dapat terwujud.

Sumber: BPPT

Tidak ada komentar: