Welcome

News Industri Indonesia

Rabu, 23 November 2011

Chang: RI harus kembangkan industri baru

Prof Ha-Joon Chang
JAKARTA, Profesor bidang ekonomi dari Universitas Cambridge, Inggris, Ha-Joon Chang, menilai untuk menjadikan Indonesia sebagai negara emerging economy, pemerintah mesti meningkatkan mutu  industri tertentu serta melakukan pengembangan manufaktur yang baru. Chang yang menjadi konsultan badan keuangan dunia seperti World Bank dan Asian Development Bank juga menilai agar kebijakan Indonesia tidak menyerap sepenuhnya pada paham pasar bebas, karena dinilai pemerintah tetap harus melakukan perlindungan serta memberikan peranan aktif bagi BUMN yang ada.

“Jika ingin [menjadi negara] emerging economy dan negara ekonomi maju, [Indonesia mesti melakukan] upgrading industri tertentu dan perlu pengembangan industri baru,” kata Ha-Joon Chang saat memberikan kuliah kepresidenan di Istana Negara hari ini.

Dalam kuliah tersebut hadir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, serta sejumlah jajaran menteri Kabinet Indonesia Bersatu II serta pejabat tinggi lainnya.

Menurutnya, Indonesia perlu membangun industri yang memiliki produktivitas tinggi untuk menggantikan industri dengan produktivitas yang rendah, meski diakui potensi sumber daya alam di dalam negeri cukup besar.

Memang, tambahnya, ada beberapa negara yang memiliki sumber daya alam khususnya minyak bisa menjadi negara kaya seperti Brunei Darussalam dan Saudi Arabia, begitu juga dengan Australia. Namun tidak semua negara seberuntung negara tersebut, meski punya potensi alamnya besar.

“Intinya Indonesia perlu membangun industri dengan produtivitas tinggi untuk menggantikan industri dengan produktivitas rendah,” katanya.

Chang juga mengharapkan pemerintah Indonesia juga tidak sungkan untuk masuk dalam industri teknologi tinggi seperti halnya pabrikan yang membuat mobil serta kapal terbang seperti yang sudah ada sekarang ini.

Dia mengatakan Indonesia mesti bisa melawan kekuatan pasar untuk membangun ekonomi dari industri berteknologi tinggi tersebut, seperti halnya yang dilakukan pabrikan telepon genggam Nokia di Finlandia.

“Di bidang industri otomotif dan penerbangan, Indonesia  telah berusaha mengembangkan industri produktivitas tinggi yang tidak alami, tapi [memang pernah punya] pengalaman tidak mengenakkan. Lawan kekuatan pasar untuk membangun ekonomi, khususnya bidang high tech, agar Indonesia tidak menyerah atau mengabaikan industri produktivitas tinggi,” katanya.

Pria yang lahir tahun 1963 tersebut juga menilai untuk sektor pertanian, Indonesia mesti melengkapinya dengan teknologi tinggi. Belanda dan Denmark bisa dijadikan contoh, negara yang luas tanahnya terbatas tapi mampu menjadi negara ekportir pertanian tertinggi di dunia dalam segi nilai.

Belanda yang lahannya tidak luas menggunakan cocok tanam berteknologi seperti hidroponik, menggunakan rumah kaca, serta menggunakan bahan kimia berkualitas tinggi dengan membangun perusahaan kimia paling canggih di seluruh dunia

Sektor pertanian, tambahnya, juga membutuhkan gudang yang mencukupi. Dari laporan Bank Dunia dijelaskan pasokan buah dan sayur berkurang karena tidak adanya fasilitas pergudangan yang baik.

Menurutnya, untuk memajukan pertanian, juga memerlukan dukungan kelembagaan serta koperasi pertanian yang diberikan peranan seperti halnya dilakukan Belanda, Jepang, dan Korea Selatan.

Di samping itu Chang juga menilai agar kebijakan pemerintah Indonesia tidak hanya didasarkan pada paham pasar bebas, karena dinilai pemerintah tetap harus melakukan perlindungan serta memberikan peranan aktif bagi BUMN yang ada.

Berdasarkan kenyataan yang ada ketika perekonomian pasar bebas memberikan respons untuk berusaha menggagalkan dampak negarif karena ada proteksionisme atau pembatasan, justru negara maju melakukannya.

Sementara itu, ada negara dengan sumber daya alam hasil produksi di negaranya yang terbatas serta pasar internal yang juga tidak luas, mampu tumbuh pesat indutrinya karena ada proteksi di negaranya.

“Industri masih membutuhkan perlindungan, supaya bisa memproduksi dengan biaya rendah,” katanya.

Sumber : Bisnis

Tidak ada komentar: