Welcome

News Industri Indonesia

Selasa, 01 November 2011

Dukungan Pemerintah Terhadap Produk Dalam Negeri Masih Lemah

Mesin CNC produksi PT Sarimas Ahmadi Pratama milik Dasep Ahmad
JAKARTA, Keberpihakan pemerintah terhadap penggunaan produk dalam negeri seperti produk yang berkaitan logam dan mesin, dinilai masih lemah. Hal ini terbukti dalam setiap tender pengadaan barang untuk produk yang berkaitan logam dan mesin, seperti di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) pada tahun 2007- 2011 dengan nilai Rp 1,2 triliun, hanya 15 persen menggunakan produk dalam negeri.
"Pelaku industri yang tergabung dalam GAMMA (Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia) merasa prihatin atas sikap pemerintah yang kurang memberikan dukungan terhadap program penggunaan produk dalam negeri. Sementara, pemerintah sendiri secara terus menerus mengkampanyekan cinta menggunakan produk dalam negeri. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan fakta yang sesungguhnya," gugah Ketua Umum GAMMA, Dasep Ahmadi dalam keterangan persnya yang diterima NonBlok.Com, Kamis (6/10).
Padahal kata Dasep, dukungan atau keberpihakan pemerintah ini sangat diperlukan oleh pelaku industri nasional, seperti yang tergabung dalam GAMMA, di saat kondisi pasar yang mulai melemah terkait krisis Eropa dan Amerika.
Dasep mengemukakan, lemah dukungan pemerintah seperti instansi Kemendiknas ini terbukti dengan fakta terakhir ketika tender pengadaan mesin-mesin CNC (Computer Numerical Control Machine), yakni Mesin Bubut CNC/CNC Lathe dengan nilai pagu Rp 26.748.396.000,- dan Mesin Milling CNC dengan nilai pagu Rp 39.473.924.000,- pada  Agustus 2011 lalu, pihak panitia tender di Direktorat SMK Kemendiknas tetap ngotot ingin semua menggunakan barang impor.
Padahal untuk CNC Milling sudah dimenangkan oleh PT Sarimas Ahmadi Pratama, yang memiliki produk dalam negeri hasil rekayasa rancang bangun sendiri, dan telah diumumkan secara resmi melalui LPSE Kemendiknas. Namun panitia pengadaan membatalkan hasil tender dengan alasan dokumen tender yang mereka buat salah.
"Alasan yang dikemukakan pihak panitia ini tentu sangat tidak logis. Selain itu dalam data LPSE yang dimonitor oleh staf marketing PT Sarimas tidak ada satu pun perusahaan yang memberikan sanggahan sampai batas masa sanggah," tutur Dasep.
Dasep Ahmadi yang juga Ketua umum ASIMPI (Asosiasi Industri Mesin Perkakas Indonesia) menyayangkan, jika hal ini terus terjadi. Pasalnya, kondisi ini dikhawatirkan industri nasional tidak akan tumbuh dengan baik.
Selain itu, Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2009 Tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang ditujukan kepada para menteri kabinet diabaikan begitu saja. Apabila Inpres ini tidak bisa dijalankan dengan baik di lapangan, akan menyebabkan industri dalam negeri sulit untuk berkembang.
“Terkait kasus tersebut, saya sudah menulis surat keberatan kepada Menteri Pendidikan Nasional. Prof Dr Moh Nuh, dua bulan lalu, namun hingga saat ini belum ada tanggapan yang pasti," ujar Dasep yang dirinya pada 2009 mendapatkan penghargaan Habibie Award dari BPPT dan Penghargaan Perintis Teknologi Mesin CNC dari Kementerian Perindustrian pada 2010 yang sampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sumber : Nonblok

Tidak ada komentar: