Susilo Bambang Yudhoyono |
Kepala Negara mengatakan dalam mengambil kebijakan untuk melakukan proteksi tersebut pemerintah harus mempertimbangkan implikasi ekonominya.
“Pandangan saya melindungi satu sampai dua industri yang masih berkembang tidak berarti kita mensahkan kebijakan proteksionisme. Dalam hal ini, apabila ambil keputusan [itu], kita harus pertimbangkan semua aspek,” kata Presiden seusai mendengarkan kuliah Ha-Joon Chang, profesor bidang ekonomi dari Universitas Cambridge, Inggris, hari ini di Istana Negara.
Presiden menegaskan tujuan untuk melindungi industri muda atau baru berkembang agar mereka dapat bersaing di pasar dan industri lain.
Sikap pemerintah tersebut sekaligus menciptakan kondisi yang adil bagi semua pihak. Sebaliknya, perusahaan yang berskala kecil dan baru berkembang harus bertekad agar bisa bersaing, ujar Kepala Negara.
Menurut Yudhoyono, pemerintah dalam mengambil langkah kebijakan melakukan proteksi terhadap industri tetap harus mempertimbangkan implikasi ekonominya, dan melakukan evaluasi dampak dari keputusan itu.
“Bila yakin negara ini akan diuntungkan dengan strategi tersebut, yaitu keputusan yang kita ambil dalam melindungi industri muda, maka kita akan menjalankan kebijakan itu. Kita miliki target jangka panjang untuk kepentingan negara dan rakyat,” kata Presiden.
Pemerintah, jelasnya, akan memberikan peranan bagi BUMN dalam upaya mengembangkan ekonomi, dengan cara menciptakan badan usaha yang sehat dan memiliki produktivitas tinggi.
Presiden mengemukakan saat ini dibutuhkan penciptaan sektor ekonomi dengan memanfaatkan peluang yang ada, termasuk di sektor pertanian, industri pertambangan dan industri pelayanan, agar mencapai produktivitas yang tinggi serta memiliki kemampuan bersaing yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan teknologi dan inovasi, ujarnya.
Yudhoyono berpandangan Indonesia harus mampu menentukan dan meletakkan target pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah harus bertekad memilih cara sendiri.
Dia mengatakan Indonesia tidak bisa hanya mencontoh langkah yang digunakan oleh negara lain, termasuk negara yang telah maju.
“Kita tidak bisa impor dan sahkan model asing, karena kita ingat tiap kemeja beda ukuran dengan tiap orang,” katanya.
Terbukti Indonesia mampu melewati tantangan krisis ekonomi global yang terjadi pada 2008, dengan melakukan sejumlah regulasi dan menciptakan mekanisme pasar yang efektif sehingga menjadikan ekonomi efisien.
Untuk itu, lanjutnya, juga diperlukan peranan Indonesia untuk menjamin tercapainya suatu ekonomi global yang diharapkan.
Sumber : Bisnis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar