Welcome

News Industri Indonesia

Rabu, 09 November 2011

"Renaisans" Toyota di bawah Akio Toyoda

President Toyota Motor Akio Toyoda selalu teringat imbauan Steve Jobs tahun 2005 : "stay hungry, stay foolish" (Tetaplah merasa lapar. Tetaplah merasa bodoh). "Ucapan itu benar-benar 'kena' kepada saya," kata Akio Toyoda dalam wawancara dengan Reuters.

Kalimat tersebut bagi Toyoda adalah ajakan agar terus menciptakan sesuatu yang makin baik.

"Sesuatu yang lebih baik" bagi Toyoda berarti "kembali ke asal" untuk Toyota. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan otomotif itu mengubah fokus mereka dan tidak lagi berambisi tetap di posisi penjual terbanyak. (Para pengamat memperkirakan gelar produsen terbesar otomotif bisa beralih ke Volkswagen mulai tahun ini).

Toyoda juga tidak khawatir Hyundai mulai "menyalip" Toyota. Saham Toyota turun 20 persen sedangkan Hyundai naik 25 persen.

"Hyundai menurut saya telah membuat kendaraan-kendaraan yang bagus sekali, dan saya pikir dalam beberapa hal kami jadi penguntit. intinya, kadang kami kalah, kadang kami menang," katanya.

Akio, 55, punya ciri khas muncul ke tengah acara resmi dengan mengendarai mobil, termasuk saat di Jakarta dia muncul dengan pick-up Kijang berumur 30 tahun.

Pernah suatu ketika dia muncul dengan sport konsep Lexus LFA. Bau bensin dan raungan mesin v10 memenuhi ruangan.

"Tak seorangpun akan ingat pidato saya, tapi mereka bakal ingat selalu suara dan bau bensinnya," kata Toyoda.

Kali lain, para calon karyawan Toyota diundang ke sirkuit uji coba. Bos besar itu mengelilingi lintasan dengan LFA.

Tak satupun yang tahu sosok di balik kendaraan yang meraung kencang itu. Saat turun dia berbicara antara lain "Kalau kalian tak suka kendaraan, tak usah repot-repot gabung ke perusahaan ini."

Sejak memimpin Toyota pada Juni 2009, Cucu pendiri Toyota itu sudah mengalami banyak hal. Di saat mulai menjabat sebagai bos perusahaan senilai 115 miliar dolar itu, Toyota baru saja merugi untuk pertama kalinya setelah puluhan tahun untung terus.

Dunia saat itu baru saja dihantam krisis global dan Toyota, yang punya 300 ribu karyawan, terpaksa mengistirahatkan sebagian pabrik-pabriknya.

Kritikus menulis bahwa ketika itu kualitas dan inovasi Toyota tergeser oleh ambisi mencari keuntungan besar.

Dalam hitungan bulan sejak memimpin perusahaan itu, Toyoda harus menghadapi kenyataan bahwa Toyota terseret ke dalam krisis terbesarnya. Merek yang punya citra bagus itu  dikecam habis dengan tuduhan lamban dalam melakukan recall (penarikan untuk perbaikan) jutaan kendaraan di Amerika Serikat.

Krisis tersebut membuat Toyoda dipanggil Kongres AS pada Februari 2010. Di saat itu, Toyota dalam bahaya terbesar akan ditinggalkan oleh salah satu pembeli terbesar mereka yaitu Amerika Serikat.

Beberapa waktu kemudian terbukti bahwa masalahnya bukan pada kendaraan tapi pada "human error" para pengemudi. Tapi, keadaan tidaklah menjadi mudah bagi Toyoda.

Tantangan selanjutnya adalah mata uang yen yang terus naik, sehingga harga kendaraan terus naik dan tak bisa bersaing.Yen yang terus menguat membuat ekspor Toyota dari Jepang anjlok dari 1,5 juta unit pertahun. Hal ini diperparah bencana tsunami di Jepang dan banjir di Thailand.

lapangan kerja
Pemanggilan oleh Kongres AS memicu Toyoda untuk mengambil langkah baru untuk perusahaannya. Dia memproklamirkan hari ketika dirinya berbicara di depan Kongres AS, 24 Februari 2010, sebagai awal dari renaisans Toyota.

Fokus Toyoda saat pertama kali berada di pucuk teratas perusahaan adalah pada mobil mewah. Lexus terus diperbarui agar menarik konsumen.

Toyoda menginginkan budaya perusahaan diset ulang karena sudah bertahun-tahun "membosankan".

Dia juga memperkenalkan gaya kepemimpinan baru. Dia menginginkan rapat mingguan dengan lima executive vice president berlangsung mengalir, tanpa dokumen-dokumen yang disiapkan, ini belum pernah terjadi.

Toyoda juga memberikan otonomi makin besar kepada pabrik di kawasan regional sehingga bisa menyerap "cita rasa lokal". Dia juga mengurangi 27 posisi direktur menjadi 11 untuk mempercepat pengambilan keputusan.

Keputusan cepat itu menentang kultur toyota yang sesuai prosedur dan biasa  dengan membangun konsensus.

Toyoda membuat jalur pelaporan langsung divisi Lexus kepada dirinya. Dia juga mentes langsung GS350 di sirkuit Nuerburgring berkali-kali.

Hasilnya, mobil itu diperbaiki agar bodinya makin kokoh, suspensi makin empuk dan body roll dikurangi. Camry seri 2012 yang diluncurkan Agustus tahun ini juga mengalami modifikasi besar khususnya interior.

Banyak keputusan besar Toyota datang langsung dari Toyoda, termasuk langkah untuk keluar dari ajang balap Formula One.

Sosoknya yang mengambil langkah-langkah drastis bukan berarti tidak mengundang kritik. Toyoda berkeras dengan ambisi menghasilkan tiga juta kendaraan pertahun di Jepang, tiga kali lipat jumlah Nissan dan Honda Motor Co. Alasannya, Toyota punya kewajiban sosial untuk melindungi lapangan kerja dan keunggulan manufaktur di Jepang.

Hal itu menyebabkan debat terbuka dengan kepala keuangan Toyota, Satoshi Ozawa, yang menilai membuat sejumlah itu di Jepang tidak masuk akal.

Satu pekerja yang menolak diungkap nama dan jabatannya mempertanyakan kepada Reuters,  apakah Toyoda  akan mengambil tanggung jawab ketika terjadi kesalahan besar.

"Kukira dia akan mendengarkan semua masukan dengan hati-hati jika masalahnya di luar hal yang dia kuasai, tapi saya tak yakin dia akan bersikap sama pada hal yang dia sudah familiar. Kalau ada keputusan yang keliru soal kendaraan, apakah dia tangung jawab?," katanya.

Dia juga penuh percaya diri bahwa langkah yang selama ini ditempuh adalah benar. Soal Camry yang dirancang ulang, dirinya menganggap hal itu sesuai bahkan pada beberapa hal melebihi perkiraan.

Toyoda menginginkan perusahaannya membuat kendaraan yang menarik dan selalu dinanti-nantikan.

"Aku tak ingin meluncurkan kendaraan hanya sekedar sesuai jadwal perubahan. Aku ingin orang menebak-nebak, seperti apa Corolla baru nanti? Ini perlu waktu, tapi Toyota seperti inilah yang ingin kami tuju sekarang."

Sumber : Antara News

Tidak ada komentar: