“Tantangan dalam upaya mencapai tujuan bernegara yaitu meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, kemandirian dan peradaban bangsa. Hal tersebut harus diantisipasi dengan meningkatkan daya saing dan kohesi sosial dari suatu bangsa, yang hanya dapat diperkuat melalui Sistem Inovasi Nasional (SIN). Pelaksanaannya dengan membangun kecenderungan dan tantangan universal seperti globalisasi, kemajuan iptek nasional, ekonomi pengetahuan ekonomi jaringan dan faktor-faktor lokalitas”.
Hal demikian dipaparkan Kepala BPPT, Marzan A Iskandar saat Orasi Ilmiah di Universitas Yarsi, Jakarta (29/10). Menurutnya, ada beberapa permasalahan dan tantangan dalam penguatan SIN, diantaranya rendahnya input inovasi, keluaran lembaga litbang yang belum memuaskan, serta belum dominannya peran swasta belum menjadi pelaku inovasi. “Dari sisi penyedia teknologi, permasalahan yang ada dikarenakan masih lemahnya keterkaitan antara penyediaan potensi inovasi dengan industri serta kelemahan keterkaitan dengan kondisi umum dan kerangka kebijakan inovasi,” jelasnya.
Berdasarkan kondisi demikian, Marzan berpandangan perguruan tinggi harus berperan penting dalam meningkatkan perannya dari Teaching University menjadi Research University dan tujuan akhirnya menjadi Entrepreneurial University. Perguruan tinggi ditekankan untuk menghasilkan lulusan yang tidak sekedar pencari kerja (job seeker) tetapi pencipta kerja (job creator), sebagai entrepreneur atau technopreneur. Selain itu, perguruan tinggi harus menjadi pusat-pusat unggulan (Center of Excellence) yang mendukung koridor-koridor MP3EI dan sebagai “stock of invention” yang bermanfaat dalam memecahkan permasalahan di masyarakat/dunia usaha.
Dalam upaya memperkuat SIN yang kaitannya dengan kerangka kebijakan inovasi, perguruan tinggi juga berperan dalam mengkaji regulasi-regulasi yang tidak kondusif bagi inovasi dan bisnis dengan memperkuat infrastruktur Iptek dan jaringan inovasi dengan mendukung klaster industri unggulan di daerahnya.
Selanjutnya, dalam budaya inovasi perguruan tinggi berperan untuk meningkatan kompetensi para pengajar kewirausahaan dengan mendorong lahirnya teknoprener-teknoprener baru dan meningkatkan apresiasi bagi inventor dan inovator. “Oleh karena itulah perguruan tinggi harus mengikuti perkembangan iptek global dan berpartisipasi aktif dalam fora internasional”.
Di sela-sela orasi ilmiah, Kepala BPPT mengajak para lulusan dari Universitas Yarsi yang baru saja diwisuda untuk melakukan dan mengasosiasi suatu gerakan nasional untuk membangun sistem inovasi, daya saing dan kohesi sosial diseluruh wilayah nusantara atau secara singkat disebut Gerbang Indah Nusantara. “Karena kompleksitas dan keragaman sumberdaya yang dibutuhkan serta luasnya wilayah Indonesia, diperlukan adanya keterpaduan banyak pihak untuk melakukan prakarsa penguatan sistem inovasi melalui komitmen bersama dan kolaborasi secara sinergis,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut telah dilakukan pula penandatanganan Kesepakatan Bersama antara BPPT dengan Universitas Yarsi mengenai Peningkatan Sumberdaya Manusia dalam Upaya Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Kesepakatan bersama ini ditandatangani oleh Kepala BPPT dan Abdul Salam M Sofro selaku Rektor Universitas Yarsi.
Adapun ruang lingkup dari kesepakatan bersama ini meliputi pengembangan pengajaran iptek yang strategis untuk meningkatkan kinerja kedua institusi, peningkatan kualitas pendidikan iptek yang bermanfaat bagi masyarakat dan pengembangan kerjasama riset antara dunia pendiidikan tinggi, lembaga riset dan industri terkait.
Sumber : BPPT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar