Welcome

News Industri Indonesia

Kamis, 20 Oktober 2011

Ekspor Indonesia diprediksi melaju kencang

JAKARTA, Indonesia diprediksi menjadi negara eksportir dengan pertumbuhan tercepat ke-4 pada 2025 dengan total kenaikan pertumbuhan perdagangan sebesar 144% atau rata-rata 7,3% per tahun.
 
Hal tersebut terungkap dalam laporan HSBC Trade Forcast yang dipaparkan hari ini. 
 
Prediksi terhadap pertumbuhan perdagangan Indonesia ini sejalan HSBC Trade Confidence Index yang mengungkap optimisme 64% pelaku perdagangan Indonesia yang menilai akan terjadi peningkatan volume perdagangan Indonesia pada 6 bulan ke depan.
 
HSBC Trade Forcast mengungkapkan Mesir, India dan Vietnam akan menjadi jawara pertumbuhan perdagangan tertinggi sampai dengan tahun 2025. Indonesia menyusul dengan prediksi nilai perdangangan yang melonjak menjadi US$619,6 miliar dari US$280,4 miliar pada 2010 yang didorong oleh ekspor komoditas.
 
Koridor perdagangan Asia juga diprediksi mengalami kenaikan sebesar 96% mencapai US$14 triliun pada 2025 dan menjadi pendorong utama pertumbuhan perdagangan dunia. 
 
HSBC Trade Forcast merupakan laporan yang memprediksi mengenai perkembangan perdagangan dalam 5, 10, dan 15 tahun ke depan. Laporan yang mencakup 36 negara ini merupakan kerja sama antara HSBC dengan Delta Economics dan didasarkan pada komponen kuantitatif seperti PDB, harga minyak, inflasi, foreign direct investment, juga komponen kualitatif seperti regulasi, demografi, akses terhadap modal dan pembiayaan.
 
Prediksi pertumbuhan perdagangan Indonesia 2011-2025 sebesar 7,3% melaju bersama Vietnam 7,6%, India 7,7%, China 7%, dan Mesir 11,9%. Sementara itu, koridor perdagangan yang diprediksi akan meningkat secra signifikan yaitu perdagangan Indonesia dengan China, Argentina, Rusia, Mesir, India, Hong Kong, Meksiko, dan Brazil.
 
Menurut Head of Global Market HSBC Indonesia Ali Setiawan mengungkapkan prediksi pertumbuhan perdagangan Indonesia mengarah ke kondisi positif karena didukung oleh market share yang sangat besar, sumber daya alam yang kaya dan dukungan dari emerging market yang cukup resilience terhadap krisis.
 
"Pasar uang, obligasi dan saham paling banyak terkena krisis akan ada capital outflow, tapi rebound-nya juga cepat. Karena itu industri perdagangan quite resilience," ujar Ali.
 
Pasar perdagangan di negara emerging market, tambah Ali, juga tumbuh cukup pesat dan akan menopang perdagangan Indonesia di samping pasar domestik.

Sumber : Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar: