Welcome

News Industri Indonesia

Senin, 10 Oktober 2011

TECHNOPRENEUR PENGGERAK PERCEPATAN EKONOMI NEGARA

“Berdasarkan data yang ada menyatakan jumlah enterpreneur yang ada di Indonesia saat ini baru mencapai 0,24% dari jumlah penduduk. Padahal, jumlah wirausahawan di Malaysia sudah mencapai 3% dari jumlah penduduknya dan Singapura 7,2 %. Adapun Amerika Serikat sudah mencapai 11 persen, sedangkan China tercatat sudah mencapai 10 persen”.
Hal demikian dikatakan oleh Kepala BPPT, Marzan Aziz Iskandar saat sambutannya pada acara Pelatihan Wirausaha Industri Inovatif (Technopreneur Camp), di Serpong (7/10). Menurutnya, untuk menghadapi kondisi tersebut maka dituntut untuk bekerja keras dan lebih cerdas untuk dapat meningkatkan jumlah dan kualitas enterpreneur yang memadai, paling tidak 2-3% dari jumlah penduduk.
Marzan berharap, dari wirausahawan yang mencapai 2-3% dari jumlah penduduk tersebut, 10% diantaranya merupakan technopreneur. “Dikarenakan semakin banyak technopreneur maka akan semakin mempercepat dan meningkatkan bergeraknya perekonomian sebuah negara, atas dasar itulah kami menggelar Technopreneur Camp”, ujarnya.
Upaya mendukung pengembangan teknologi dan memacu pertumbuhan ekonomi, sambungnya BPPT memiliki berbagai fasilitas yang dapat digunakan bersama dengan para penggiat dan pelaku industri yang tersebar di beberapa tempat seperti di Puspitek, Jakarta, Lampung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali, serta fasilitas laboratoria yang dikelompokkan menjadi enam klaster yang masih sedang dalam proses pembangunan.
“Dengan adanya fasilitas yang lebih lengkap ditujukkan agar pelayanan BPPT kepada masyarakat serta kepada berbagai beneficiaries kedepannya akan lebih optimal termasuk dalam penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Industri Inovatif (Technopreneur Camp) tersebut”, ungkap Marzan.
Pada pelatihan tersebut hadir Menteri Perekonomian, Hatta Rajasa. Dalam sambutanya Ia memberikan dukungan moril kepada para peserta pelatihan Technopreneur Camp. “Para peserta pelatihan haruslah menjadi bagian dari manusia-manusia pemimpi yang mampu merubah cara pandang dalam melihat dunia ini. Jika kita mampu melakukan mimpi-mimpi untuk merubah dunia ini, maka saudara sudah mulai menjadi bagian dari para invention inovator tersebut”, ungkap Hatta.
Wirausaha atau enterpreneur, lanjutnya, bukanlah seorang pengusaha dalam arti sempit, tapi adalah value, nilai, sikap, perilaku, cara berfikir, dan leadership. “Oleh sebab itu seorang wirausaha adalah seorang pemberani bukan orang pengecut, karena saudara memiliki mimpi untuk merubah dunia ini lebih berharga, lebih bermanfaat, lebih berguna dan lebih menghasilkan bagi kemaslahatan manusia”, tuturnya.
Sesaat setelah Hatta Rajasa memberikan sambutan, pada kesempatan yang sama Direktur Rumah Ekonomi Rakyat, Taufiq Amrullah dalam paparannya mengusulkan Menteri Perekonomian tersebut menjadi Bapak Ekonomi Kerakyatan atas berbagai kebijakan yang mendukung tumbuhnya ekonomi di sektor riil, khususnya ekonomi kerakyatan.
Menurutnya, Indonesia membutuhkan banyak wirausaha untuk menggerakkan perekonomian. Hal itu bisa tercapai dengan dukungan kebijakan dari pemerintah yang bisa mengembangkan sektor riil. Oleh karenanya, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan.
“Kami menargetkan akan melatih 10 ribu wirausaha baru dalam dua tahun ke depan,” kata Taufiq menegaskan. Calon wirausahawan itu diambil dari kalangan organisasi pemuda, mahasiswa, dan kelompok generasi muda lainnya.
Program Pelatihan Wirausaha Industri Inovatif (Technopreneur Camp) merupakan kolaborasi yang telah terjalin antara BPPT, khususnya dengan Kementerian Ristek, Rumah Ekonomi Rakyat dan Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian.
Acara pelatihan ini diikuti oleh aktifis mahasiswa Islam dari berbagai organisasi antara lain Gerakan Pemuda Islam (GPI), Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI Dipo dan MPO), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Pelajar Islam Indonesia (PII), Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS), Pemuda Persatuan Islam, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Jabodetabek dan BEM Universitas Jenderal Soedirman.

Sumber : BPPT

Tidak ada komentar: