CN 295 |
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan pada semester I/2014 diharapkan sedikitnya sembilan unit CN295 telah selesai dikerjakan PTDI.
“PTDI mempunyai posisi yang strategis baik dalam konteks pertahanan, ekonom, teknologi, dan industri kedirgantaraan sehingga perusahaan PT DI merupakan salah satu BUMN yang patut dikembangkan,” katanya, hari ini.
Dia mengatakan manfaat dari kerja sama ini a.l akan meningkatkan kemampuan, beban kerja, alih tehnologi, serta mampu menyerap lapangan kerja lebih dari 2.000 orang.
Selain itu, kerjasama akan mendapatkan kandungan lokal, nilai tambah ekonomi, dan menjadi produsen tunggal untuk Asia Pasifik. Serta memiliki efek finansial dan manajemen untuk meningkatkan kinerja PTDI dan kemampuan bersaing di Asia Pasifik.
“Juga mempunyai prospek pasar di Asia Pasifik karena kebutuhan pesawat transportasi ukuran sedang yang cukup tinggi di kawasan ini,” tambahnya.
Purnomo mengatakan langkah yang sudah ditempuh dalam rangka kerja sama ini berupa kegiatan perencanaan dan operasionalisasi proyek CN295 yang dilakukan sejak Januari 2011. Ujicoba penerbangan dalam negeri dilakukan oleh pilot TNI AU untuk kebutuhan operasional TNI AU dan TNI Angkatan Darat, dan Polri.
Lebih lanjut, Purnomo mengemukakan pemerintah berkomitmen terus meningkatkan anggaran yang akan dialokasikan untuk sektor pertahanan.
Pada masa Kabinet Indonesia Bersatu II, Pemerintah menargetkan anggaran sekitar Rp150 triliun untuk memenuhi kebutuhan pengadaan, pemeliharaan, dan perawatan alutsista.
Penandatanganan kerja sama pengadaan pesawat CN295 disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di komplek PTDI Bandung.
Selain menyaksikan kerja sama pengadaan CN295, Presiden SBY juga turut menyaksikan penandatanganan kolaborasi produksi pesawat CN295 PTDI dan Airbus Military Industry, kerja sama pemasaran CN295 untuk kawasan Asia Pasifik oleh PTDI, serta penandatanganan letter of intent PTDI dengan Polri dalam rangka penggunakan produk-produk PTDI.
Dirut PTDI Budi Santoso menyatakan sanggup melaksanakan proyek tersebut mengingat kondisi keuangan perusahaan yang cenderung membaik setelah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Dia mengatakan sebelumnya posisi ekuitas perusahaan berada dalam kondisi negatif, sehingga perusahaan tidak sanggup mengikuti tender.
Akan tetapi, setelah dilakukan restrukturisasi pada keuangan perusahaan, posisi ekuitas perusahaan kini berada dalam kondisi positif. Restrukturisasi itu berupa penyertaan modal negara non-tunai pada APBN dan APBD-perubahan.
“Idealnya penjualan perusahaan harus mencapai Rp2 triliun setiap tahunnya. Dengan demikian posisi perusahaan akan sehat,” katanya.
Menurut rencana, pemerintah juga akan kembali mengucurkan suntikan dana sebesar Rp1 triliun pada APBN 2012 yang dapat digunakan sebagai modal kerja. Selain itu, perusahaan juga dilaporkan berpeluang kembali mendapatkan fasilitas kredit perbankan karena ekuitas positif tadi.
Sumber : Bisnis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar