Jakarta, Pelaku industri timah dalam negeri mengaku sudah kesal dengan ulah trader yang memainkan harga timah. Posisi Indonesia yang menjadi eksportir timah terbesar di dunia justru tak punya kuasa dalam menentukan harga.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Timah Indonesia (AITI) Rudy Irawan mengatakan selama ini harga timah dunia ditetapkan di London Metal Exchange (LME). Ia berharap sudah seharusnya sebagai eksportir utama, Indonesia bisa menentukan harga timah dunia.
"Kita kenapa yang mengatur London, kenapa nggak Jakarta atau Bangka Belitung. Saatnya kita yang mengatur harga timah," katanya kepada detikFinance, Rabu (28/9/2011)
Ia yakin dengan berbagai asumsi ekonomi global yang akan positif termasuk Eropa, dalam waktu singkat harga timah bisa kembali menembus Us$ 24.000 per ton. Jika kondisi Eropa sudah pulih maka harga timah internasional bisa mencapai US$ 30.000 per ton.
Dikatakannya harga timah sempat mencapai rekor tertinggi pada April 2011 sebesar US$ 34.000 per ton sebelumnya adanya gejolak krisis Eropa.
"Kurang ajar trader dan fund manager, karena seharusnya permintaan stabil. Mereka mengambil keuntungan, kasihan ya, kita negara penyuplai 80% timah dunia kenapa diatur," katanya.
Menurutnya dengan keputusan penghentian ekspor timah 1 Oktober 2011, saat ini pelaku industri masih memiliki stok timah untuk 2 bulan cadangan ekspor atau sekitar 16.000 ton.
Rudy meyakini para industri timah dalam negeri yang umumnya perusahaan besar, tak masalah dengan menghentikan ekspor karena masih memiliki return yang cukup.
Seperti diketahui langkah penghentian ekspor timah sudah menjadi kesepakatan pelaku timah di dalam negeri yang didukung oleh pemerintah daerah Bangka Belitung.
"Ini kesepakatan oleh gubernur Bangka Belitung, pemain timah termasuk swasta dan pemerintah. Sudah ada peraturan gubernur, akan di bawa ke menteri ESDM, peraturan menteri akan segera digodok," katanya.
Produksi timah Indonesia selama ini berasal dari Bangka Belitung mencapai 8.500 ton per bulan ke pasar global. Rencana Indonesia menghentikan ekspor timah itu sempat membuat harga timah melonjak hingga 7,3% menjadi US$ 21.795 per ton pada Selasa. Namun harga sudah turun lagi menjadi 2,5% menjadi US$ 21.250 per ton.
Sumber : Detik Finance
Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Timah Indonesia (AITI) Rudy Irawan mengatakan selama ini harga timah dunia ditetapkan di London Metal Exchange (LME). Ia berharap sudah seharusnya sebagai eksportir utama, Indonesia bisa menentukan harga timah dunia.
"Kita kenapa yang mengatur London, kenapa nggak Jakarta atau Bangka Belitung. Saatnya kita yang mengatur harga timah," katanya kepada detikFinance, Rabu (28/9/2011)
Ia yakin dengan berbagai asumsi ekonomi global yang akan positif termasuk Eropa, dalam waktu singkat harga timah bisa kembali menembus Us$ 24.000 per ton. Jika kondisi Eropa sudah pulih maka harga timah internasional bisa mencapai US$ 30.000 per ton.
Dikatakannya harga timah sempat mencapai rekor tertinggi pada April 2011 sebesar US$ 34.000 per ton sebelumnya adanya gejolak krisis Eropa.
"Kurang ajar trader dan fund manager, karena seharusnya permintaan stabil. Mereka mengambil keuntungan, kasihan ya, kita negara penyuplai 80% timah dunia kenapa diatur," katanya.
Menurutnya dengan keputusan penghentian ekspor timah 1 Oktober 2011, saat ini pelaku industri masih memiliki stok timah untuk 2 bulan cadangan ekspor atau sekitar 16.000 ton.
Rudy meyakini para industri timah dalam negeri yang umumnya perusahaan besar, tak masalah dengan menghentikan ekspor karena masih memiliki return yang cukup.
Seperti diketahui langkah penghentian ekspor timah sudah menjadi kesepakatan pelaku timah di dalam negeri yang didukung oleh pemerintah daerah Bangka Belitung.
"Ini kesepakatan oleh gubernur Bangka Belitung, pemain timah termasuk swasta dan pemerintah. Sudah ada peraturan gubernur, akan di bawa ke menteri ESDM, peraturan menteri akan segera digodok," katanya.
Produksi timah Indonesia selama ini berasal dari Bangka Belitung mencapai 8.500 ton per bulan ke pasar global. Rencana Indonesia menghentikan ekspor timah itu sempat membuat harga timah melonjak hingga 7,3% menjadi US$ 21.795 per ton pada Selasa. Namun harga sudah turun lagi menjadi 2,5% menjadi US$ 21.250 per ton.
Sumber : Detik Finance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar