Welcome

News Industri Indonesia

Rabu, 19 Oktober 2011

RI harus merevitalisasi industri manufaktur

Sarimas, Produk Industri Manufaktur Indonesia
JAKARTA, Sejumlah pihak kembali mengingatkan tentang betapa pentingnya membangun industri manufaktur di dalam negeri agar ekonomi Indonesia semakin berdaya saing. Indonesia juga harus menyusun skema industri dengan nilai tambah tinggi dan fokus menggarap sektor hilir.
"Penguatan industri manufaktur sangat mendesak agar ekonomi kita semakin berkualitas dan tidak hanya bergantung pada sumber daya alam. Di tahun-tahun mendatang, persaingan ekonomi tak lagi bersandar pada komoditas, tapi produk-produk yang punya nilai tambah dan daya saing," ujar ekonom Universitas Padjadjaran, Ina Primiana, saat dihubungi, Rabu (19/10/2011).
Ina mengatakan, harus ada revitalisasi industri manufaktur secara serius dan berkelanjutan. Pemerintah tak bisa lagi mengabaikan penguatan industri. Selama ini, sektor industri nyaris selalu tumbuh di bawah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).
Yang perlu dilakukan pemerintah adalah membangun keterkaitan antara sektor industri dan sektor pertanian-pertambangan, sehingga bisa menghasilkan produk hilir dengan daya saing tinggi. Sektor industri dan pertanian adalah dua sektor penyangga utama ekonomi republik ini dengan penyerapan tenaga kerja hingga 52%.
Dari Makassar, mantan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla di sela-sela perhelatan Munas XIV HIPMI mengatakan, syarat membangun industri yang terintegrasi dengan pertanian adalah adanya riset dan penelitian yang tangguh. "Saya katakan, kita ramai-ramai protes soal impor kentang, impor beras, dan lainnya. Nah, belajar dari itu, semestinya riset dipacu dong," ujar JK, sapaan akrab Jusuf Kalla.
JK mengatakan, di masa ketika dia menjadi Wapres, Indonesia sudah mampu swasembada pada sejumlah komoditas. Itu karena dia rajin mengontrol kinerja Kementerian Pertanian.
"Kantor Kementerian Pertanian Indonesia itu paling besar dibanding negara lain. Saya datangi, eh kau jangan sibuk saja di kantor. Orang pertanian kok lebih sibuk mengurusi kertas daripada mengurusi sawah. Ayo turun ke lapangan. Saya perintahkan bikin bibit yang bagus. Tiap minggu saya tagih perkembangannya, dan akhirnya masa itu pertanian kita maju," ujar JK.
Setengah menyindir, JK lantas melanjutkan, "Nggak tahu kenapa, dua tahun setelah saya keluar dari pemerintahan, impor kok makin terus-terusan saja."

Sumber : Kabar Bisnis

1 komentar:

Dedy Londong mengatakan...

Nice Article Bro ... keep in touch