Welcome

News Industri Indonesia

Sabtu, 15 Oktober 2011

Hatta: Celakalah Indonesia Bila Melupakan Riset

Jakarta, Riset merupakan pintu dari peradaban. Sebab dengan adanya riset banyak temuan-temuan baru atau invention yang tercipta. Jika invention ini dipoles oleh para enterpreneur, pemilik jiwa wirausaha, maka temuan baru tersebut akan berkembang menjadi sebuah inovasi.

Inovasi merupakan dasar bagi suatu bangsa yang ingin menyelesaikan persoalan satu demi satu, terutama masalah pangan di masa depan. Atas dasar itu, Indonesia harus mengembangkan riset sekuat-kuatnya untuk meningkatkan ketersediaan pangan sekaligus memperkokoh daya saing produk dalam negeri yang pada saatnya nanti dapat memantapkan daya saing dan daya tahan bangsa.

"Umat manusia akan terus tumbuh berkembang bahkan akan mencapai 9 miliar jiwa dalam satu dekade ke depan. Kita butuh energi dan pangan 60 persen lebih besar dari keadaan sekarang. Tantangan ini harus direspon," tutur Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Jumat (14/10/2011) saat berbicara dalam pembukaan Expo Nasionalinovasi Perkebunan.

Indonesia sendiri dihuni lebih dari 230 juta jiwa. Wajib hukumnya bagi negara sebesar ini untuk tidak menggantungkan kebutuhan pangannya kepada bangsa lain. Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan paling dasar ini. Lapi pula, Indonesia adalah negara yang berpeluang menjadi pemasok pangan dunia. Dengan demikian, aliran barang antar negara adalah keniscayaan dalan perekonomian global dewasa ini, sehingga bukan untuk diperdebatkan.

Mandiri untuk tidak tergantung pada pasokan pangan negara lain tidaklah cukup. Indonesia juga harus meningkatkan daya tahannya dari setiap goncangan yang bisa terjadi oleh kelangkaan pasokan pangan dari pasar global.

"Inovasi adalah kata kunci untuk meningkatkan daya saing dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. Saya sungguh memberikan penghargaan yang sangat tinggi atas beragam inovasi di bidang perkebunan," tutur Menteri Riset dan Teknologi (2001-2004) ini.

Inovasi di bidang perkebunan ada baiknya diarahkan ke perlindungan petani. Perlindungan ini bisa dilakukan dengan penyediaan benih unggul, akses ke permodalan, ketersediaan lahan, dan stabilisasi pasar. Dengan demikian, sebuah inovasi akan tetap dibutuhkan pada setiap aspek kenegaraan, baik pada pelaku usaha maupun pemerintah, terutama pada saat menerbitkan regulasi.

"Banyak masyarakat yang tergantung pekerjaannya pada pertanian, yakni hampir 40 persen dari jumlah penduduk. Memberikan perlindungan ke sektor pertanian adalah mutlak, karena tidak ada negara di dunia yang tidak memberikan perlindungan ke petani," tuturnya.

Sumber : Detik

Tidak ada komentar: