“Dalam merespon dinamika global, telah dihadapkan pada tantangan untuk terus meningkatkan daya saing negara. Upaya mengatasinya, dibutuhkan peran Sistem Inovasi Nasional (SIN), karena kompleksitas dan keragaman sumberdaya yang dibutuhkan serta luasnya wilayah Indonesia, sehingga diperlukan banyak pihak untuk melakukan prakarsa penguatan sistem inovasi sehingga sangat dibutuhkan komitmen bersama dan kolaborasi sinergis”.
Hal demikian dikatakan Kepala BPPT, Marzan Aziz Iskandar saat sambutannya dalam Studium Generale di Universitas Negeri Semarang (UNNES), (10/10). Pada kesempatan tersebut, juga dilakukan Penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara BPPT dan UNNES tentang pengkajian, penerapan dan pemasyarakatan teknologi.
Adapun ruang lingkup kegiatannya mengenai pengkajian pengembangan dan penerapan teknologi yang strategis untuk meningkatkan kinerja kedua institusi. Peningkatan kualitas pendidikan iptek yang bermanfaat bagi masyarakat, pengkajian pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri keolahragaan, pengkajian pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri manufaktur.
Marzan mengatakan secara generik terdapat enam kelemahan dalam pengembangan sistem inovasi. Diantaranya kelamahan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi, kelemahan kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang serta rendahnya kemampuan absorpsi industri/UKM.
Selain itu, tambahnya, kelemahan pada keterkaitan, interaksi dan kerjasama difusi inovasi. Kemudian kelemahan mengenai persoalan budaya kreatif inovatif, serta kelemahan fokus, rantai nilai, kompetensi dan sumber pembaruan ekonomi sosial dan tantangan global.
BPPT, ungkapnya selain berperan dalam upaya penguatan SIN, bersama dengan perguruan tinggi dan lembaga litbang juga berperan dalam implementasi konsep Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), terutama pada strategi ketiga yaitu mendorong pengembangan SDM dan IPTEK sesuai kebutuhan peningkatan daya saing, dengan memasukkan unsur SIN.
Oleh karena itu diharapkan melalui penguatan Sistem Inovasi Daerah di Provinsi Jawa Tengah dapat menjadi gerakan bersama atau yang disebut Gerakan Indah Nusantara, yang dalam hal ini BPPT dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi, pemerintah daerah dan industri.
Menanggapi pernyataan Kepala BPPT, Rektor UNNES, Sudijono Sastroatmodjo, menyampaikan bahwa dengan bertemunya dua institusi ini dapat saling memberi manfaat dan memberi kontribusi berupa karya dan pemikiran untuk kemajuan bangsa dan negara.
Menurutnya, selama ini UNNES dikenal tidak hanya mempersiapkan mahasiswa menjadi guru saja, tetapi juga mempersiapkan sarjana yang punya kemampuan khusus di berbagai bidang. “Oleh karena itu, dengan kehadiran BPPT di UNNES dapat menjadi berkah dalam memberikan motivasi, semangat dan harapan bagi lembaga dan mahasiswa dalam mengembangkan berbagai inovasi teknologi. Karena UNNES memiliki kapasitas yang bisa dikembangkan,” jelasnya
Dengan demikian, moment penandatanganan MoU ini dimaknai sebagai langkah awal dalam memberi harapan bagi UNNES. Mahasiswa harus turut serta dalam semangat MOU dan perjanjian kesepakatan ini. kunci keberhasilan ini terletak juga di tangan mahasiswa”, tegas Rektor UNNES.
Selain penandatangan MoU, juga dilakukan tiga Perjanjian Kerjasama antara Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika (BPPH) dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M). Hadir dalam acara tersebut segenap jajaran Rektorat UNNES, Mahasiswa dan Perekayasa BPPH-BPPT. Sumber : BPPT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar