Welcome

News Industri Indonesia

Sabtu, 15 Oktober 2011

Proyek Rel KA di Kalimantan Timur oleh Rusia Siap Diteken

Samarinda, Pemprov Kalimantan Timur (Kaltim) siap melaksanakan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahaan Kereta Api Russian Railways, asal Rusia dalam waktu dekat ini.

"Dengan Rusia, kita siap melakukan penandatanganan MoU dengan investor dari Rusia itu," kata Gubernur Kaltim Awang Farouk Ishak kepada detikFinance, Sabtu (15/10/2011).

Menurut Awang, presentasi telah dilakukan perwakilan Russian Railways beberapa waktu lalu, rel KA untuk pengangkutan batu bara nantinya akan dibangun sepanjang 180 kilometer, dari perbatasan Kalimantan Tengah (Kalteng) menuju Balikpapan (Kaltim)

"Tapi kita ingin jangan cuma batubara terus. Melainkan juga bisa untuk angkutan hasil karet, CPO (Crude Palm Oil) dan penumpang juga," ujar Awang.

Dijelaskan Awang, dikarenakan nantinya rel KA itu berada di perbatasan Kaltim-Kalteng, pihaknya juga siap melakukan pembicaraan dengan Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang.

"Kalau memang MoU dengan Kalteng itu wajib, pada prinsipnya kita siap. Silakan tanyakan ke Gubernur Kalteng soal itu," sebut Awang.

Seperti diberitakan detikFinance sebelumnya Russian Railways, perusahaan kereta api asal Negeri Beruang Merah, Rusia siap membangun 300 Km rel kereta api di Kalimantan Tengah dan Timur. Pihak Rusia berkomitmen membenamkan modal hingga US$ 2,5 miliar dalam proyek ini. Masalah kepastian proyek ini setidaknya ditegaskan oleh Presiden Direktur Russian Railways Vladimir Yakunin saat mengumumkan proyek tersebut di Moskow, Rusia beberapa pekan lalu.

Berdasarkan siaran pers yang diterima detikFinance dari Kedutaan Besar Rusia, Selasa (4/9/2011), disebutkan bahwa pendanaan proyek ini akan berasal dari bank-bank internasional sebesar US$ 2 miliar. Bahkan ada rencana menarik modal sebesar US$ 500 juta dari investor-investor swasta lainnya.

Namun Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang menolak rencana pembangunan rel kereta yang dimodali oleh perusahaan dari Rusia. Dia mengancam mundur bila proyek yang sudah disepakati dengan pemerintah pusat tersebut tetap berjalan karena mengancam kelestarian hutan tropis Kalimantan.

"Tapi saya tegas menolak. Saya memandang apa yang dilakukan tidak memperhatikan eksistensi hutan lindung. Padahal itu satu-satunya penyangga untuk sungai Barito di Kalteng sepanjang 1.000 km," kata Teras beberapa waktu lalu.

Sumber : Detik Finance

Tidak ada komentar: