Welcome

News Industri Indonesia

Kamis, 06 Oktober 2011

Hatta : Nasionalisme tulang punggung kemandirian ekonomi

Jakarta - Usia kemerdekaan Indonesia masih relatif muda, yakni 66 tahun. Meski demikian, banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa ini. Dasar bagi terbentuknya negara modern telah dibangun kokoh. Tidak hanya yang bersifat formal seperti UUD 1945 dan Pancasila, tapi juga semangat hidup bersama dalam bingkai NKRI, dengan seluruh kebinekaan yang ada.

"Semangat untuk hidup bersama dalam integrasi inilh yang jadi peran fital kita dalam berbangsa dan negara," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa ketika memberikan orasi 'Nasionalisme dan Kemandirian Sebuah Keyakinan yang Menggetarkan' dalam Resepsi HUT ke-45 KAHMI di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (5/10) malam.

Dengan modal kebangsaan seperti itu, lanjut Hatta, peristiwa besar tidak mampu menggoyahkan tekad bangsa Indonesia untuk terus hidup bersama. Berbagai cobaan hanya meneguhkan padangan selama ini bahwa nilai kebersamaan yang dirumuskan pendiri bangsa memang tepat mengelola Indoneisa yang majemuk.

"Bulan Oktober penting bagi sejarah kebangsaan dan nasionalisme. Karena di bulan ini ada dua momentum besar yakni hari kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober, dan hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober," jelas

Meski demikian, kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini, nasionalisme bangsa Indonesia bukan tanpa tantangan. Setidaknya ada dua tantangan besar nasionalisme, yakni tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal datang dari kelompok masyarakat yang ingin melepaskan ikatan sebagai bangsa melalui gagasan disinterasi. "Dalam menghadapi ini, kita tidak boleh reaktif dengan represif. Harus melalui pendekatan persuasif dilandasi kasih sayang," ujar Hatta.

Tantangan eksternal adalah derasnya arus globalisasi. Berbagai masyarakat dan bangsa yang berbeda di dunia saling terhubung satu sama lain. Jika tidak dikelola dengan baik, globalisasi dapat mengikis semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Kecintaan pada negeri sendiri dapat berkurang dengan arus informasi yang tidak dapat dihindari.

"Tapi bukan berarti kita harus memusuhi globalisasi dan menjadi bangsa yang tertutup. Tantangan globaslisasi harus dijawab dengan internalisasi nasionalisme. Globalisasi bukan musih, tapi gunakan untuk meningkatkan posisi Indonesia di mata dunia," jelas pria berambut perak ini.

Caranya, dengan terus membangun kehidupan demokratis, penegakan hukum yang tegas dan tidak pandang bulu, serta pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat. "Sebagai Bangsa kita harus mandiri, yakni memiliki daya saing yang tinggi, memiliki kreativitas, inovasi, menguasai ilmu pengetahun dan teknologi," ujar Hatta.

Sumber-sumber kekayaan alam negeri ini yang melimpah harus dikelola sebaik-baiknya demi seluas-luasnya kesejahteraan masyarakat. Karena itu, pemerintah saat ini sedang berupaya keras menegosiasi ulang kontrak pertambangan, mineral dan batu bara. "Kaji ulang cara kita mengelola kekayaan alam. Harus dihadirkan keadilan pengelolaannya. Renegosiasi kontrak harus menghadirkan keadilan yakni peningkatan royalti, divestasi, nilai tambah dan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaannya," pungkas Hatta.

Sumber : Detiknews

Tidak ada komentar: